-->

Pendakian Gunung Ciremai via Apuy (Jalur Ciremai paling pendek yang aduhai)

Mt Ciremai, januari 2017

Gunung Ciremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat, memiliki ketinggian 3078 Mdpl.
Ada 3 jalur untuk menuju Puncak Ciremai, yaitu via Palutungan (Kuningan), atau via Linggarjati (Kuningan), via Apuy (Majalengka).

Jalur Palutungan adalah jalur terpanjang dengan trek dari tingkat mudah hingga ekstrim, Jalur Linggarjati adalah jalur panjang dengan trek ekstrim, Jalur Apuy adalah jalur paling pendek dan tidak terlalu ekstrim (kata mbah google), padahal mah ekstrim 😂.





Pendakian Gunung Ciremai via Apuy, Januari 2017 (YouTube) 

 



Setelah mencoba pendakian Gunung Ciremai via Palutungan bulan Desember 2016 lalu (Baca : Pendakian Gunung Ciremai via jalur Palutungan),
kini saya dan suami mencoba via Apuy (4 januari 2017), yang kata mbah google trek lebih ringan dari Palutungan (tapi kenyataan nya tidakksss !!).

Menurut saya, tingkat prustasi memang ada dijalur Palutungan, namun tingkat keterkejutan penyiksaan ada dijalur Apuy, karena kenyataannya tidak sesuai dengan yang saya baca di mbah google.

Jalur via Apuy ini terletak di Kampung Apuy, Desa Argamukti, Kecamatan Majalengka.
Untuk menuju Basecamp/Pos Pendakian atau Pos 1 Berod, lebih sulit jika di banding Palutungan dan Linggarjati.

Karena memang jauh, jika menggunakan angkutan umum maupun kendaraan pribadi harus ekstra hati-hati, karena ruas jalan yang sempit, turun naik dan berbelok-belok...curam.
Namun pemandangannya sangat indah menuju Pos Pendakian.

Sedangkan via Palutungan dan Linggarjati akses kendaraan lebih mudah, jalan sampai Pos Pendakian adalah jalan ber aspal bagus dan lebar yang dilalui kendaraan umum.
So..silakan memilih, setiap jalur memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing :)

Untuk rencana pendakian ini kami sudah siap-siap 3 hari sebelumnya..packing sudah pasti.
Fisik ???  selalu apa adanya kami..tidak pernah ada persiapan fisik apapun 😁.



Kami berangkat sekitar jam 4.00 subuh dari rumah kami di Cirebon menggunakan motor.
Subuh yang "menggairahkan"...saya kesulitan tidur malamnya karena takut kesiangan, sedangkan suami tidak tidur sama sekali karena sibuk obrak abrik isi carrier agar masing-masing barang hinggap dengan sempurna ditempatnya..deuhhhh.

Berat beban carrier suami 25 kg, sedangkan berat beban carrier saya 11 kg..niat banget suami, saking kerajinan itu carrier di timbang pakai timbangan badan dirumah.

Jam 06.00 kami tiba ditempat tujuan, dua jam perjalanan kami menuju Basecame Apuy / Berod.
Lancar sajakah perjalanan kami ??? tentu tidak !! 😔

Hal pertama yang mengejutkan saya..jalan dari Maja menuju basecamp Apuy sangat menyiksa.
Jalan beraspal dengan pemandangan yang indah sebenarnya..namun turun naik curam dan berbelok-belok tajam, kanan kiri meliuk naik turun tajam.. Setajam S I L E T  !! ....ampunnn biyang.

Jalur yang seperti itu membuat saya yang duduk dibelakang motor dan membawa beban carrier harus menahan bagian paha dan (maaf) selangkangan hingga sakit, aksi menahan ini agar saya tidak merosot ke bawah jok dan besi belakang motor.. tapi nyatanya merosot lagi..merosot lagi !! capedeh.

Dan kami menggunakan motor matic, sudah tau dong gimana kualitas matic jika berhadapan dengan tanjakan ? hmmmm...enaknyoooooooo tersiksooooo !! 😏😂

Menuju jalan yang menyempit melewati perumahan warga, pengguna motor dikenakan biaya retribusi Rp.5000,-/motor.

Begitu memasuki jalan sempit menanjak (hanya cukup satu mobil) yang di dominasi aspal, batu, dan tanah yang tidak rata, penyiksaan di mulai lagi.

Motor tidak seimbang ngesot-ngesot karena jalan licin, membuat saya terpaksa harus turun dari motor berkali-kali karena takut motor nyungsep ke bagian bawah perkebunan, hingga akhirnya saya tidak naik motor sampai basecamp Apuy... hiks hiks.

Saya harus rela jalan kaki menanjak dengan wajah kerung (berkerut-kerut)....wowwwww, belum sampai ke Basecamp saya sudah harus memulai pendakian, sedangkan suami saya berjuang mengendarai motor dengan jalan yang seperti itu.

Sama halnya dengan pengendara motor lainnya...kami yang sebagai penumpang harus rela berjalan kaki  bersama-sama menuju Berod.
Lutut saya langsung teklok, kerongkongan kering....sebenarnya bisa saja saya minum, tapi males banget jika harus menurunkan carrier dan membongkar isinya.
So....terima aja derita lo !! 😝

Sedangkan pendaki yang dari rumah menggunakan jasa angkutan umum, untuk menuju basecamp Apuy menggunakan mobil bak terbuka sewaan dari pasar Maja, bagaimana nasibnya ?
Saya berusaha menebak-nebak saja, karena tak langsung merasakan yang mereka rasakan.
Sepertinya mereka bersuka-cita memacu adrenalin, teriak-teriak sangat seru ketika pak supir menjalankan mobil dengan lihai gagah berani..saya melihatnya merasa ser-seran, ngeri.

Untuk yang menggunakan jasa angkutan umum (bus/elf) menuju Apuy adalah :

Dari Jakarta, naik bus jurusan Cirebon atau yang arah Cirebon turun di lampu merah Palimanan, lalu dilanjutkan naik bus/elf menuju lampu merah Kadipaten, lalu naik elf jurusan Cikijing, dan berhenti di Terminal maja.

Dari Bandung, naik elf di Terminal Leuwi Panjang jurusan Cikijing, dan Turun di Terminal Maja.

Dari Bekasi Timur, Naik bus jurusan Rajagaluh, turun di lampu merah Cigasong, lalu naik elf jurusan Cikijing, turun di Terminal Maja.

Dari Terminal Maja menuju Basecamp menggunakan ojek atau mobil bak.
Ongkos ojek berkisar antara Rp. 50.000,0 sd Rp. 60.000,-
Ongkos mobil bak berkisar antara  Rp. 400.000 sd Rp. 600.000,- (pulang pergi) kuota 10-12 orang.

Atau jika ingin lebih mudah, bisa langsung mengontak salah satu pemilik mobil dan minta di antar jemput di daerah yang diinginkan, Palimanan/Kadipaten/Pasar Maja...tergantung permintaan dan silakan tawar menawar.

Sekedar gambaran, teman saya dan suami bernama Kang Jajang (kenalan waktu akan mendaki Gunung Cikuray Garut. Baca : Pendakian Gunung Cikuray via Pemancar, Januari 2017), membawa 8 orang menggunakan bus dari Bekasi dan turun di Tol Palimanan, dan meminta bantuan suami untuk transportasi menuju Apuy.

Agar bisa leluasa berbicara langsung dan tawar menawar, Kang Jajang kami rekomendasikan menelpon sopir mobil bak yang kami kenal.
Rombongan dijemput di Tol Palimanan menuju Basecamp Berod dan setelah pendakian diantar lagi menuju Tol Palimanan dengan biaya Rp. 750.000,- (pulang pergi).

Hal seperti ini lebih praktis, sehingga tidak perlu mencari, menunggu dan turun naik kendaraan umum lagi, serta menghemat waktu serta tenaga.


Belum sampai pos pendaftaran Berod, sudah harus jalan jauh nanjak



Pos 1, Berod

Singkat kata, setelah perjuangan ohhh perjuangannnn....sampailah kami di Pos 1 Berod, tempat pendaftaran jalur pendakian via Apuy.
Motor dengan manis menggoda telah di parkir di tempatnya, biaya parkir Rp. 5000,- (tidak di hitung per hari, berapa hari pun tetap segitu bayar nya), dan di bayar ketika nanti sudah turun dari pendakian.


Pos 1, Berod



Tempat parkir motor di Pos 1 Berod

Setelah istirahat sebentar kami mulai melakukan pendaftaran di pos.
Biaya Rp. 50.000,- per orang, sudah termasuk jatah makan (nasi, telur dadar, tempe, tahu), dan sertifikat.




Setelah mendaftar kami langsung ke warung, suami memilih jatah makannya di makan di warung, sedangkan saya memilih di bungkus saja, karena mules dan belum lapar.

Saya memilih untuk ke kamar mandi melakukan aksi buang air besar agar tak melakukan  aksi menjijikan selama pendakian.
Namun apa yang terjadi ???...Ya Allah, saya harus mengulangi hal yang sama ketika mendaki via Palutungan, saya datang bulan lagi...ampun beribu ampun kenapa dia selalu datang saat saya ingin mendaki...arrgggghhh.
Mau gimana lagi..ya sudahlah, terima nasib saja.. *pasrah mode on.

Pendakian Ciremai terkenal dengan susahnya air, jadi bawalah air dari basecamp Apuy, karena air baru akan ada lagi di Pos 6 Goa Walet.
Untuk musim hujan air di Goa Walet cukup banyak, tapi saya tidak tau jika musim kemarau.

Jatah makan langsung di santap suami


Selesai aksi ini itu kami langsung menuju pos pemeriksaan barang.
Isi carrier tidak di periksa, tapi kami diberi pengarahan sebentar...entah apa pengarahannya, hanya suami yang mendengar, sedangkan saya sibuk sepih-selpih donk deh..haha.

Dan tidak lupa pula di harus kan mengisi formulir,  menulis semua barang-barang bawaan kami yang sekiranya akan menjadi sampah selama pendakian, seperti botol mineral, tissue, cemilan, mie instant dll.

Pos Pemeriksaan


Cussssss...jam 07.20 kami memulai pendakian, dari Pos 1 Berod menuju Pos 2 Arban.
Trek awal masih agak bersahabat, sepanjang jalan di dominasi jalan aspal berbatu, batu dan tanah..menanjak landai.

Namun trek ini membuat saya yang sudah melakukan pendakian dari awal terasa letih luar biasa.
Dari atas sampai bawah tubuh saya letih luar binasa, nafaspun selalu tidak bisa di ajak kompromi...ngos-ngosan !! harap di maklum, namanya juga udah emak-emak 😫

Jika keadaan sudah seperti itu kami selalu melakukan "ritual pendakian nan lelet" (ritual pendakian nan lelet adalah : banyak istirahat, banyak ngobrol dengan pendaki lain, dan banyak selpih-selpih tentunya..😃😃😃😃).

Trek dari Pos 1 menuju Pos 2
 
 

Suka banget dengan tempat ini, serasa lagi dimanaaaa gituuuu...


Pos 2, Arban

Sampai di Pos 2 Arban jam 08.30 (50 menit perjalanan Berod-Arban).
Kami disambut dengan kabut tebal di Arban, sungguh mempesona sekali suasana saat itu, saya betul-betul menikmati.
Selama istirahat di Arban tak kami temui pendaki lain yang lewat...Arban serasa milik kami berdua..kwkw 😍.

Pos 2 Arban




15 menit kami istirahat di Arban, dan Jam 08.45 melanjutkan perjalanan menuju Pos 3 Tegal Masawa.

Awalnya jalan masih menanjak landai penuh persahabatan bagai kepompong merubah ulat menjadi kupu-kupu ....syalalalalalaaa, suara air terdengar jelas dibagian kiri bawah menyejukan jiwa.

Ketika saya lihat memang ada aliran air dibawah situ, dan saya juga sempat menemukan jalan setapak menurun sangat curam dan licin menuju aliran air, namun saya sarankan jangan pernah mencoba-coba ke bawah, karena sekali lagi..sangat curam dan licin..B A H A Y A !

Dan setelah itu di sinilah untuk selanjutnya keterkejutan saya.
Jalan yang tadi nya trek masih sedikit bersahabat..tiba-tiba menjadi sangat asyik menyiksa !
Saya sempat terpesona ternganga melongo aduhai.....menuju Pos 3 treknya kejam membara ! Aduhhh...ya Allah..saya tak henti-henti menyebut setiap melihat trek yang aduhai menawan mempesona ini.

Di suatu trek dengan kecuraman yang bikin tepok jidat, tepok gigi, sampai tepok-tepok tangan (lebay).
Kami berpapasan dengan pendaki lain. Mungkin melihat sang emak-emak yang susah payah menanjak sana sini penuh perjuangan, si pendaki tadi menawari bantuan dengan mengulurkan tangannya untuk menarik saya ke atas.

Dengan suka rela saya terima bantuan itu...padahal tanpa dibantu pun saya bisa naik ke atas kok !! (sok kuat, sok hebat, sok muda), tapi tentunya dengan perjuangan yang menyiksa merana menderita lahir batin...haha
Melihat sang istri diberi bantuan uluran tangan, suamipun tak mau kalah minta ikut diberi uluran tangan supaya adil.....maksudnya sih agar senasib tak sepenanggungan 😅.

Ibarat kata trek ini membuat lutut ketemu dada, dada ketemu jidat, jidat ketemu jempol...ahhh halusinasi yang anehhh !! 😈

Trek bagaikan di Tanjakan Asoy jalur Palutungan, paha, kaki dan badan serasa ingin berpisah.. say goodbye.
Dengan trek seperti ini tentu saja kami jadi semakin banyak istirahat dan melakukan "ritual pendakian nan lelet".






Yang lebih aduhai lagi, setelah 40 menit perjalanan hujan deras membasahi bumi...lengkaplah sudah penderitaan.
Kami memakai raincoat, berjalan penuh deraian air mata membasahi wajah, air mata hujan !  *lebay.

Jika sudah hujan, pantang bagi saya untuk  melakukan "ritual pendakian nan lelet".
Cukup berhenti sebentar mengatur nafas lalu pergi lagi...karena dinginnya bakal nyiksa bingitsss.

Saya terus saja berjalan, walau dalam keadaan seperti itu masih sempat bercanda dengan suami.
Waktu jalur Palutungan kami kekinian dengan kata-kata cemungud eaaa !!

Di jalur Apuy kami kekinian dengan menyanyikan kata let's gooo..bla3 !!
(di ambil dari lirik lagu korea berjudul Mr Mr (baca : mister mister) yang biasa dinyanyikan anak-anak kami..hoho).





Jalur ini terasa berat bagi saya, berkali-kali saya berkata aduhhhh..Ya Allah, aduuuuhhh..Ya Allah, setelah itu selalu tiada henti membaca Al-Fatihah didalam hati.
Trek dengan kemiringan bervariasi antara 45 hingga 80 derajat dengan jalan licin semakin sempit di dominasi tanah,  akar-akar besar dan pepohonan yang tumbang.

Saya sudah tidak mau prustasi, tapi tetap saja prustasi...ahhhh terima nasib apa adanya...hanya bisa melongo..ternganga..dan seribu mimik wajah dramatis saya persembahkan untuk trek-trek didepan mata 😔.

Mana yang kata nya jalur Apuy treknya tidak berat ?? sungguh bohong banget mbah google.
Selidik punya selidik....berdasarkan info yang saya dapat dari pendaki-pendaki yang sudah pernah beberapa kali melewati jalur Apuy ini, ternyata sama-sama mengalami terkejut seperti yang saya rasa kan.

- Parah bu ! 2 tahun lalu saya kesini trek masih aman tidak seperti sekarang hancur dan nyiksa !

- Wahhh !! Apuy berubah banget..rusak sekarang mah !! padahal saya baru Agustus tahun lalu kesini.
(Arti nya sang pendaki baru 6 bulan yang lalu melewati jalur Apuy).

- Ini sih trek nya sama aja dengan Tanjakan Asoy dan  Linggarjati teh !

- Tadi nanjak via Palutungan ampun deh !!..makanya nyoba-nyoba turun via Apuy biar lebih ringan, gak taunya sama aja ! parah !

Beragam komentar saya dapatkan dari para pendaki, saya agak berlega hati.
Saya pikir saking reyotnya saya sehingga terlalu mendramatisir kejamnya trek jalur Apuy ini.
Ternyata banyak juga yang merasakan hal tersebut.

Hal ini kemungkinan karena hujan yang terus-menerus sehingga membuat trek semakin hancur.

Satu jam kami melangkah di iringi hujan...hingga akhirnya hujan reda dan kami bisa bersuka cita melakukan "ritual pendakian nan lelet" lagi karena trek semakin ampun-ampunan...huhuyyyyy.




Beberapa menit sebelum sampai ke Pos 3 Tegal Masawa, terdapat pepohonan yang tumbang menghalangi jalur pendakian.

Di situ lah Matahari terasa menghangat kan jiwa raga yang sedang di landa keletihan asmara mendalam luar biasa..eaaa !! *mulai lebay lagi 😫.

Kami melakukan "ritual pendakian nan lelet".
Serasa bule di Pantai Kuta saya berjemur tidur-tiduran sampai akhirnya tertidur sungguhan..ngorokkk 😴.

Konon menurut suami, saya tidak bergeming dalam posisi tidur saat banyaknya pendaki yang lewat, bahkan banyak yang istirahat ngobrol dengan suami.
Benar-benar saya terlelap, karena sama sekali saya tidak tau jika ada pendaki lewat dan ngobrol-ngobrol dengan suami, padahal posisi tidur saya menghalangi setengah jalan yang di lalui para pendaki.

Entahlah berapa lama saya tidur, sepert nya tidak terlalu lama tapi saya merasakan nikmatnya tidur bagai di Pantai Kuta.

Suami tiba-tiba membangun kan dan mengajak melanjutkan perjalanan.
Aaahhhhhh mengganggu  bule lagi berjemur saja suami saya ini !

Saya langsung bangun dan bergegas siap-siap melanjutkan perjalanan, rasanya jalan sempoyongan karena bangun tidur.. Let's Go !! sempoyongan !!

Tempat saya berjemur, tertidur lelap

Pos 3, Tegal Masawa

Tak lama kemudian kami sampai di Pos 3 Tegal Masawa jam 12.25..horayyyy.
(Lama perjalanan kami dari Pos 2  ke Pos 3 adalah 3 jam 40 menit).


Kami di sambut kabut tebal di Pos 3 Tegal Masawa.


Di Pos 3 Tegal Masawa, kami ngobrol dengan pendaki lain, minum dan ngemil-ngemil.
Yang pasti saya sibuk foto sana sini...foto di sini suram, foto di sana muram, saya kesal tidak mendapatkan hasil terbaik.
Helowwww....berkabut keleuusss. Berkabutttt woooiiiii !!!

Setelah diselidiki bak detektif kelas hiu, ternyata lensa HP saya ber embun...huhhhh terpaksa dengan sangat tidak rela saya masukan HP ke dalam tas pinggang, dan mengeluarkan Camera dan HP lain nya.

Tak kuat menahan dingin saya meminta suami untuk melanjutkan perjalanan.
35 menit saya istirahat di Pos 3, jam 13.00 kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 4 Tegal Jamuju...capppp cussssssss.


Trek di jalur ini masih di dominasi jalur terjal dan akar-akar besar...keletihan semakin menyiksa,  sudah pasti "ritual pendakian nan lelet" kami lakukan berkali-kali di trek ini.

Setiap bertemu pendaki yang turun mereka silih berganti saling menyemangati.
Semangat teh ! Semangat bu ! Semangat om ! Semangat pa ! pos 4 sebentar lagi !
(Saya selalu tidak percaya dengan kata  "sebentar lagi" di setiap pendakian..PHP, kwkw 😥)



Pos 4, Tegal Jamuju

Jam 14.50 menit saya sampai di Pos 4 Tegal Jamuju (artinya kami menempuh 1 jam 50 menit perjalanan dari Pos 3 ke Pos 4).

Kami banyak mendapat informasi, karena ada ranger juga di sana.
Kabarnya di Pos 5 Sanghyang Rangkah kemarin terkena badai, suhu mencapai 5 derajat celcius, dan lahan penuh dengan tenda sehingga tidak disaran kan nge-camp disana.
Suami meminta pendapat saya...bagaimana sebaiknya ? mau nge-camp dimana ? liat sikon aja ya ? bla..bla..bla.

Apapun yang di kata kan suami saya iya kan saja, walaupun hati kecil saya mengatakan : harus sampai Pos 5 hari ini !!
Karena sudah cita-cita saya sejak dari rumah harus bisa sampai Pos 5, dan nge-camp disana, agar tidak terlalu jauh dari puncak.

Dengan modus tertentu pastinya...karena saya sudah berangan-angan tidak mau membawa carrier dari pos 5 saat menuju puncak...haha.

Dan setelahnya, saya semakin banyak berdoa agar diberikan kelancaran dan cuaca bagus supaya bisa sampai di Pos 5, dan menuju puncak serta turun dengan selamat.



Pos 4 Tegal Jamuju



Hampir 1 jam kami istirahat di Pos 4, cuaca mulai cerah namun dingin menusuk kulit.
Dan akhirnya memutus kan untuk melanjut kan perjalanan.

Saya membuat perjanjian kecil dengan suami..jika dalam perjalanan ke Pos 5 cuaca tidak mendukung kami akan nge-camp di manapun itu.

(Tetap saja hati kecil saya ingin sampai Pos 5 hari ini..tak ingin nge-camp "dimana pun itu"...keukeuh !!)
Selalu berdoa sepanjang perjalanan agar keinginan saya terkabul.

Jam 15.05 kami cussssss menuju Pos 5.

Menuju pos 5 di dominasi pohon-pohon yang sangat besar, dibeberapa trek ada pohon tumbang menghalangi jalan, dan kami harus rela mengambil langkah tinggi, jalanpun semakin menyempit  terjal, dan akar besar dimana-mana.

Kami berjalan santai....lebih tepatnya lelet banget, hingga tak menyadari sedari tadi kami diikuti seorang ranger.
Saat akan menghadapi trek yang membuat saya ternganga memelas menderita.......saya berhenti seketika, mengumpulkan sisa-sisa nafas yang ada, dan menoleh ke belakang arah suami saya berada.
Tapi ternyata dibelakang suami saya ada seorang ranger, ikut berhenti.

Kami mempersilakan dengan seiklas-iklasnya agar sang ranger duluan saja, tapi sang ranger menolak, malah balik meminta kami untuk jalan duluan.
Kami menolak..seiklas-iklasnya lagi, karena kami mau berhenti sejenak mengatur nafas, namun sang ranger melolak lagi dan tetap ingin bersama kami.

Ada apa dengan kami 💑 ? ada apa dengan ranger 💪? ada apa dengan cinta 💜? @#%💔^&$@.

Dengan otak yang berputar setengah matang, baru kami sadari....mungkin (mungkin loh yaaa) sang ranger mau menjaga kami, karena kuatir kami hanya berdua, dan sudah tua pula 😫.

Tapi wajar saja saya dan suami berpikiran seperti itu, karena yang kami amati selama perjalanan, ranger di jalur Apuy ini memang aktif dan tanggap.

Lanjut...
Setelah saling tolak menolak bagai minum tolak angin, akhirnya sang ranger mau melanjutkan perjalanannya mendahului kami.
Nah gitu donk bang ranger, yang muda harus nurut sama yang tua...kwkw.
Kasian kalau bang ranger yang super setrong ngikutin kami terus, nanti bisa-bisa ikutan lelet....parah-parahnya bisa ikutan jadi tua juga 😏😝.


Maknyus treknya, kaki sampai pabaliut mencari pijakan


Pada suatu jalan yang terhalang dua pohon besar tumbang kami beristirahat agak lama, ngobrol dengan pendaki-pendaki yang beristirahat di sana.
Salah satunya dengan pendaki asal Garut, ngalor ngidul sampai lupa waktu😀

Sebenarnya saya ingin ber-pose tidur sungguhan seperti di Pantai Kuta lagi saat itu, tapi setelah di amati sepertinya tidak bisa melakukan aksi seperti itu, karena kemanapun arah tidur saya akan menghalangi jalan pendaki yang lewat.

Ibaratnya sebelum tidur harus saya pasang dulu plang bertuliskan : Langkahi aku, kau ku tendang !!
Lupakan !! lebih baik saya foto-foto saja daripada cari gara-gara.


Lokasi dua pohon besar tumbang


Lalu kami melanjut kan perjalanan, kata pendaki-pendaki yang turun sih Pos 5 sudah dekat.
Yaaaa...mungkin berasa dekat karena mereka turun, entah bagi saya yang reyot ini masih harus berjuang naik, semoga mereka bukan memberi harapan palsu belaka..heuheu 😶.

Aaaahhh..ternyata palsu, saya kaga nyampe-nyampe ke Pos 5.

Hingga akhirnya, beberapa menit sebelum sampai Pos 5, kami bertemu beberapa pendaki asal Bandung yang kami kenal karena sering istriahat bareng sebelumnya.
Mereka mendirikan tenda disebuah lahan yang kosong, dan menawarkan agar kami mendirikan tenda disitu, karena di Pos 5 sudah penuh.

Suami minta pendapat saya, dan sayapun galau..galau..dan galau beribu-ribu galau.
(secara cita-cita saya ingin nge-camp di Pos 5).

Karena penasaran dan galau, saya meminta ijin pada suami untuk melihat situasi dan melakukan perjalanan sendirian menuju Pos 5.
Dan suami mengijinkan..Alhamdulillaaaahhhh, senang banget saya saat itu, walau sebenarnya tetap saja galau...apakah saya mampu berjalan sendirian ?? takut ga ya ?? bagaimana treknya ??
Tapi dengan sok gaya dan sok berani..sayapun akhirnya sendirian menuju pos 5, serasa solo hiking😟.


Pos 5, Sanghyang Rangkah

Dengan keberanian alakadarnya, tibalah saya di Pos 5...huhuuuyyyyyy.
Kemunculan saya di Pos itu beberapa pendaki menyapa ramah.

*Ehhh ibu baru nyampe.

*Bapanya mana bu ? kok sendirian ?

*Semangat teh udah nyampe !

*Istirahat dulu tante..cape.

Saya membalas semua ucapan tadi dengan ramah merona..bahagia rasanya melihat Pos 5.

Lalu saya celingak-celinguk mencari lahan kosong, ahaaaaa...dapat lahannya !

Hati saya senyam senyum sendirian...karena senang berada di Pos 5 dan melihat Puncak di depan mata walau jauh di kaki.

Estimasi dari Pos 5 menuju puncak (menurut mbah google) 2,5 sampai 3 jam..ahhh masa sih mbah ??
Bagaimana jika yang mendakinya orang seperti saya ? orang yang sibuk dengan "ritual pendakian nan lelet" butuh waktu berapa jam mbah ????? @#%$&;^@ 😷.


 Pos 5 Sanghyang Rangkah, puncak sudah di depan mata, tapi masih butuh 2,5 sampai 3 jam mencapai puncak..itu pun kata mbah google.


Oh iya sampai lupa...saya harus teriak ke arah bawah memberi kode pada suami kalau ada lahan kosong di atas.
Teriaklah saya dengan suara merdu yang memekakkan telinga...Kangggggggg...ada !!!! dan seisi Pos 5 menoleh semua kearah saya....haha...jadi isin (malu) tiada terkira.

Saya sangsi jika teriakan saya terdengar suami, karena posisi suami agak jauh dari Pos 5.
Tapi saya enggan berteriak lagi...kaga mau isin untuk yang kedua kalinya.
Yang di tunggu-tunggu tak nampak batang hidungnya, sayapun berniat turun lagi menyusul suami, tapi kenyataannya tak lama kemudian suami datang...lega rasanyahhhh.

Setelah memilih tempat, akhirnya kami mendirikan tenda, dan beristirahat ditemani angin kencang sepanjang malam, namun cuaca cerah tidak hujan......dinginnya ruarrrrrr biasa.

Pukul 3.00 sudah banyak pendaki yang bangun untuk summit attack, saya sendiri masih betah berada didalam sleeping bag.
Diri ini seakan tak rela terpisah kan jarak dan waktu dengan sleepingbag.

Pukul 04.00 saya masih juga tak ingin terpisahkan dengan sleppingbag walau maut memisahkan...eaaaa !!! (lebay bin alay).

Tapi suami saya dengan gagah berani keluar tenda...kedinginan !!
Dan menawarkan saya keluar dari tenda karena katanya diluar cerah bertabur bintang, mengganggu kemesraan saya dengan sleeping bag (mungkinkah suami cemburu akan kemesraan ini ?? 💔).

Setelah berpikir dengan otak yang beku, daripada nanti saya dapat persembahan muka manyun unyu-unyu dari suami, saya putuskan untuk memilih suami lagi, karena sleepingbag pun sungguh tak layak saya pertahankan (bersamanya tetap saja kedinginan).

Sayapun mengintip sedikit kearah luar, dan suami memberitahu sesuatu diatas langit sana.
Subhanallah, indah sekali langit bertabur bintang sangat jelas terlihat di ketinggian Pos 5.

Saya langsung bersemangat !!
Tak lama setelah itu saya dan suami bersiap-siap menuju puncak, walaupun puncak masih tertutup kabut tebal, rasanya sayang sekali suasana cerah bertabur bintang ini dilewatkan begitu saja.

Pukul 05.00 kami berangkat, tenda dan barang kami tinggal kan di Pos 5, kami hanya bawa barang seperlunya saja dengan satu carrier milik suami.

Dengan semangat mengelora saya langkahkan kaki dengan ringan dan manis manja...hohohoooo.
Akhirnya tercapai keinginan saya menuju puncak tanpa membawa carrier...syalalalalala...hahayyyy.

Menjelang pagi tanjakan demi tanjakan sempit tanpa ampun menguras tenaga saya.
Namun pemandangan kearah bawah sungguh indah luar biasa...membuat keletihan sedikit terobati.





Pukul 07.15 kami sampai di simpang Apuy - Palutungan, disinilah bertemu jalur pendakian via Apuy dan via Palutungan.
Kami melakukan "ritual pendakian nan lelet" lalu melanjutkan perjalanan menuju Pos 6 Goa Walet.


Simpang Apuy



Pos 6, Goa Walet

Jam 08.15 kami sampai di Pos 6 Goa Walet.
3 jam 15 menit waktu tempuh kami dari Pos 5 ke Pos 6.
Di Pos 6 pun kami melakukan "ritual pendakian nan lelet" lagi.


Setelah puas beristirahat selama 20 menit, cussssss menuju puncak pukul 08.35.
MasyaAllah, luar biasa letihnya otw puncak, sungguh menggoda iman jalurnya..tapi, aku suka !! aku suka !!

Trek menuju puncak



Puncak Ciremai

Setelah berkelok-kelok ngesot penuh perjuangan nan meletihkan...bergelut dengan trek yang tiada ampun, akhirnya detik-detik menuju puncak saya berbelok ke kanan memilih-milih jalan terbaik nan landai mencapai puncak, agar bisa melangkah lelet layaknya sedang berjalan-jalan bagai anak Mall..tetap lelet..haha.


 Melenggang kangkung detik-detik menuju puncak

And......YESSSSS !!!
Pukul 9.15 saya sampai di Puncak Ciremai 3078 Mdlp...Alhamdulillah.
(50 menit perjalanan dari Pos 6 ke Puncak Ciremai).

Untuk kedua kalinya saya yang sampai puncak lebih dulu dibanding suami.
Tapi kali ini bukan karena suami cedera kaki lagi, melainkan karena suami berkewajiban menjepret aksi anak mall menuju puncak 😂.

Pagi yang luar biasa, sangat cerah dengan keindahan tiada terkira.
Terbayar sudah keletihan selama pendakian, menikmati Maha Karya Sang Pencipta.







Ada satu hal yang membuat saya dan suami terpingkal-pingkal di Puncak Ciremai, akibat ulah para pemuda yang entah apa maksudnya ber foto-foto hanya memakai handuk saja...aduuuhhhh kelakuan.
Mereka malah asyik tertawa-tawa berfoto, dan tak lama kemudian dengan nyengir kuda malu-malu menghampiri kami minta tolong difoto.

Dalam sekejap suami saya beralih profesi menjadi fotografer gratisan di puncak.
Dan sayapun dalam sekejap beralih profesi menjadi paparazzi....sayang sekali jika moment itu tidak saya abadikan..hahaha.

Kelakuan abg yang hanya pakai handuk saja di puncak

Hampir dua jam kami berada di puncak, menikmati sepuasnya keindahan dan turun pukul 10.35.
Kami tak langsung menuju Pos 5, tapi mampir dulu ke Goa walet untuk mengambil air.

Suasana di Goa Walet sangat sunyi, tidak satupun orang dan tenda berdiri di Pos ini...hanya ada saya dan suami.
Saya mengambil air sendirian ke dalam goa...awalnya fine, tapi ketika memasuki tengah-tengah goa jadi merinding entah kenapa.
Berkali-kali saya berucap..punten, permisi, punten, permisi...minta air..dan Al-Fatihah didalam hati.

Sialnya ketika mengisi air kok rasanya lama sekali penuhnya...saking terburu-buru jadi tumpah-tumpahan terus.
Setelah air di botol penuh semua saya langsung ngacir menuju suami...hiyyyyyy.


Goa Walet

Tempat mengambil air di Goa Walet



Dan kamipun menuju Pos 5.
Tak lupa saya melakukan aksi perosotan dengan riang gembira bagai anak balita disetiap menemukan trek batu besar yang menurun rata 💨😍.

Perosotaaannnnnnn !! 😄

Perjalanan turun yang luar biasa menyiksa, seperti halnya perjalanan turun via Palutungan, bagian belakang kanan lutut saya terserang nyeri lagi.
berkali-kali saya minta ijin berhenti pada suami karena tak kuat menahan nyeri, hingga akhirnya saya memutuskan memakai hot cream, namun tidak mengurangi rasa sakit.

Usaha selanjutnya saya coba memakai 6 buah hot koyo menutupi lutut belakang, sakitnya pun tidak berkurang, tapi agak lumayan ada rasa panas-panas nyelekit yang membuat saya merasa sedikit nyaman.

Perjalanan turun menuju Pos 5 seperti tiada ujungnya dengan keadaan kaki yang sakit.

Pukul 12.45 kami sampai di Pos 5, di sambut indah nya kabut sutra putih @#$%&^^@.
Si tenda kuning yang paling mentereng dan kece sudah melambai-lambai merindukan kehadiran kami *sangat lebay.

Tenda yang tadinya penuh sesak di pos ini, hanya tersisa beberapa tenda saja.
Namun dari kejauhan sangat berisik suara orang yang sedang bercanda, ternyata ada rombongan baru di pos ini namun belum mendirikan tenda.


Kami langsung masuk ke dalam tenda untuk istirahat, saya memasak dan membuat air panas untuk ngopi, sambil berdiskusi dengan suami apakah akan berkemas-kemas sekarang atau nanti ??

Di sela-sela diskusi saya dan suami, kami mulai merasa terganggu dengan kehadiran rombongan tadi.
Anehhh...saya sudah sering nge-camp, dari suasana sepi sampai yang paling berisik sekalipun tapi tidak pernah merasa terganggu.

Kok kali ini saya dan suami merasa terganggu ya ??
Rombongan ini anak mudanya bercanda dan bermain yang menurut saya aneh dan tidak lazim, dan semua suaranya kok nyaring-nyaring seperti pakai toa.
Yang tunya lebih parah lagi...ngoceh melulu, ngatur sana sini, memarahi para porter.

Saya dan suami mulai terserang rasa kesal, sehingga memutuskan segera berkemas-kemas agar bisa cepat melakukan perjalanan turun.

Begitu bagian dalam tenda sudah beres, kami berencana melanjutkan membongkar tenda.
Tapiiiii....rencana tinggal rencana, belum sempat keluar tenda hujanpun turun...OMG.

Alhasil..kami terpaksa harus nge-camp semalam lagi di Pos 5, dan tentu harus rela menikmati suara toa rombongan tadi semalam suntuk !!

Saya tidak habis pikir, kok ada orang seperti itu...ngomong ga ada berhentinya, kencang-kencang, ngatur-ngatur, sompral, sombong di tempat seperti ini.
Jika diperhatikan rombongan ini termasuk orang berada, dan sudah  mendaki berbagai macam puncak gunung, tenda bermerk mahal, mereka juga menyewa banyak porter..tapi kok ngomong tidak ada rem nya.

Sebelum maghrib banyak pendaki lain berdatangan untuk nge camp di Pos 5, dalam sekejap lahan pos penuh sesak.
Dan...Dari sesudah maghrib hingga menjelang malam, seisi pos disuguh kan dengan kata-kata yang tidak pantas didengar, apalagi harus di ucapkan kencang-kencang.

Maaf, kira-kira seperti ini lah kata-kata nya (yang merasa jijik sebaiknya tidak usah baca) :
- Kalau mau berak dimana ?
- Siapa yang mau berak ?!
- Gw mau ee nih !
- Berak berjamaah aja !
- Ya udah kalo mau ee ke sana aja !!
- Bla..bla..bla.

Masih banyak lagi kata-kata ee dan berak yang mereka suguh kan tiada henti ! BEUUUHH !!
Apa tidak bisa pelan-pelan ?? apa tidak bisa menggunakan kata BAB ??

Belum lagi porter yang dimarah-marahi.
Ingat !!! porterrrr jugaaa manusiaaaa, punyaaa rasaa punyaaa hatiiiiiii, jangaaaan samakaaan dengaaannn... pisau belatiiiiiiiiiiiiiiiiiii !!!!

Di tambah omongan sompral...
Saya sempat mendengar seseorang dari rombongan itu mengingatkan, untuk tidak menyimpan sampah atau makanan diluar tenda, karena disini banyak babi.
Lalu dengan sombong plus suara kencang orang yang di ingat kan itu berkata : Babi takut sama orang ***** (menyebutkan nama suku daerah) !!! .

Mendengar omongan tersebut kontan mulut saya berujar pelan pada suami : Sompral !!
Saya benar-benar tak nyaman, bayangkan saja....rombongan tadi beberapa diantaranya tidak berhenti bicara hingga subuh...dan menurut saya dan suami, yang di omongin tuh ga penting bangeeeuudd !!

Menjelang tengah malam seisi pos heboh karena banyaknya babi yang datang, semua sampah para pendaki di ambil dan di porak porandakan di luar tenda oleh babi.
Termasuk kresek sampah kami, padahal diletakan di teras dalam tenda, dan teras dalam keadaan tertutup.

Babi yang hebat..bisa mengambil kresek didalam teras tenda dengan rapi.
Teras tenda sama sekali tidak ada yang rusak atau lepas pasak nya, kresek pun keluar dengan sempurna tanpa acak-acakan, entah bagaimana cara babi ini bisa mengambilnya.
Suara babi sangat jelas tepat di samping tenda kami sedang mengunyah, entah apa yang di makan.

Dan sudah pasti donk rombongan tadi yang paling kenceng hebohnya.
Yang paling surprise adalah...saya mendengar bahwa dua buah carrier rombongan yang sompral tadi di ambil babi dari dalam tenda, dan isinya habis porak poranda tak bersisa, hanya disisakan satu buah jeruk saja.
Kontan saya mengucap pelan lagi pada suami : sukurrrr !!! (sompral sih tuh orang !).

Anehhhh...malam kemarin sama sekali tidak ada babi yang nongol, padahal cuaca cerah.
Kok sekarang babi datang banyak banget (kata nya sih ada sekitar 12 babi), padahal hujan turun tiada henti sejak sore.

Lucunya lagi...para pendaki dari masing-masing tenda bersahut-sahutan teriak menyindir keberisikan rombongan itu..hahaha.
Saya sedikit terhibur...ternyata para pendakipun sebal dengan rombongan itu.

Dan malam hari saya seperti merasakan demam, tak bisa tidur nyenyak..meriang luar biasa.
Suami memaksa saya makan nasi dan abon...saya tidak mau.
Tapi setelah di paksa lagi, dan di suapin...ya sudah deh terpaksa mau (nama nya juga di paksa, tambah embel-embel di suapin sudah jelas mau lah...kwkw).


Ngobrol ngalor ngidul

Pagi menjelang, rombongan itu pergi menuju puncak...Thanks God, rasanya pos ini tentram kembali.
Saya dan suami yang sejak siang kemarin mendekam didalam tenda akhirnya keluar menghirup udara segar nan dingin.

Kami pun ngobrol-ngobrol dengan salah satu sesepuh di Apuy yang juga porter dari rombongan tadi.
Ngobrol ngalor ngidul...sampai akhi nya kami diajak ke suatu tempat dimana ada ya mata air di Pos 5.
Aduhhhh..senang rasanya melihat air yang lumayan banyak tertampung di dalam cekungan batu besar yang bentuknya hampir mirip goa.
Saya benar-benar bisa melakukan aksi bersih-bersih, karena sedang datang bulan.
Tak lupa pula banyak keluar kata Assalamualaikum, punten dan permisi dari mulut saya.

Menuju mata air ini tidak begitu jauh, ada di dekat Pos 5, tapi hendaknya jangan penasaran mencoba-coba untuk mencari sendirian, karena jalannya harus melewati semak-semak, melangkahi ranting-ranting pohon, sempit, licin dan jurang di pinggir nya.

Setelah dari tempat air, saya dengan santai mulai membereskan barang-barang, memasukan ke dalam carrier satu persatu...dan membongkar tenda bersama-sama suami.
Pukul 10.30 kami berpamitan pada seisi pos 5, dan memulai perjalanan turun.



Hot koyo sangat membantu kesembuhan nyeri bagian belakang lutut saya, sehingga saya tidak merasakan sakit lagi.
Tapiiii...perut saya merasakan sakit luar biasa akibat datang bulan..beberapakali saya berhenti sebentar untuk mengatur nafas agar sakit berkurang.

Menghadapi trek turun saya stres karena curam licin dalam keadaan sakit perut..ditambah kurang darah, kurang tenaga, kurang bergairah...eaaa !!! 😫

Sepanjang perjalanan saya irit bicara, rasanya tak punya daya untuk mengeluarkan suara dalam keadaan menahan sakit perut sepanjang jalan kenangan..kita selalu bergandeng tangan..sepanjang jalan kenangan..kau peluk diriku mesraaa...argghhh lupakan !! hal yang ga mungkin banget !

Beberapa kali kami terpeleset karena jalur curam dan licin, kadang jalan menurun landai pun hampir terpeleset...gini nih nasib emak-emak letoy bin reyot.

Di setiap pos kami selalu istirahat, dan ngobrol lama dengan para pendaki lainnya, sehingga sampai ke basecamppun jadi sangat lama..kwkw.

Walaupun stres, perjalanan turun secara keseluruhan saya anggap lancar jaya aja deh !! (lancarnya maksa, biar terlihat keren dikit).
Yang penting lutut kanan belakang tidak kumat, saya sudah sangat bersyukur.

Ya ya ya...lutut belakang kanan memang tidak kumat, tapi begitu lewat Pos 2 Arban, pada saat jalan menurun rata...lutut depan saya malah yang di serang sakit.
Baru kali ini perjalanan turun lutut depan sakit....saking kesal saya lari saja, ehhhhh kaga bisa nge rem !! kwkwk.

Ingin putus asa tapi apa alasannya ??? sedangkan saya sudah mau sampai basecamp, walau rasanya kaga nyampe-nyampe.


Abaikan orang dan carriernya, lihat kantong kresek hitam isi sampahnya



Pukul 14.30 kami sampai di Pos 1 Berot ( 5 jam perjalanan dari Pos 5 ke Pos 1 ).
Alhamdulillah sampai juga akhirnya.. 😇

Di Pos pemeriksaan kami melapor serta memberi sampah yang kami bawa, dan mendapat sertifikat.


Kami istirahat lama di warung, ber jam-jam...makan, ngopi, ngobrol, ketawa ketawa dengan para pendaki dan porter serta ranger disana...menceritakan kegaduhan dan penderitaan para porter bersama rombongan yang menyebalkan di Pos 5...kwkw.

Sebenarnya kami juga ditawar kan menginap di rumah Abah Juned, sang penunjuk jalan menuju air di Pos 5 tadi, tapi kami tolak secara halus karena esok hari kami harus mulai bekerja lagi.

Di perjalanan pulang sore menjelang malam...sudah pasti penyiksaan dijalan lagi....turun dari motor beberapakali karena motor ngesot-ngesot...jalan kaki lagi deh gw.
Perjalanan yang naik turun curam, berkelok-kelok tajam kanan kiri tiada henti..ugghhhh.

Dan setelahnya jalan lurus tiada habisnya kaga nyampe-nyampe ke rumah.
Beberapa kilo sebelum sampai ke rumah, terpaksa harus beli makan dulu untuk di rumah karena naga-naga di perut sudah pada ngamuk minta diisi.

Pilihan kami tertuju pada sate kambing.
Ketika turun dari motor menuju si sate kambing...ampunnnn berat banget rasanya lutut ini mengangkat.
And.....hujan mengguyur tanpa permisi.
Baiklah....perjalanan pulang dari si sate kambing ke rumah hujan-hujanan...keindahan yang menyiksa.

Akhirnya...sampai juga kami dirumah malam hari tanpa kurang satu apapun.

Alhamdulillah...pendakian kali ini semakin banyak mengajarkan sesuatu tentang makna hidup dan bagaimana cara bersyukur.

Menambah teman, menambah saudara, menambah ilmu, menambah tali silaturahmi, menambah rejeki, menambah kesabaran dan keikhlasan..InsyaAllah.

Segala sesuatu yang indah tidak mudah untuk dicapai, harus disertai dengan perjuangan dan pengorbanan, yang paling utama membutuhkan kesabaran, sehingga kita mengerti bagaimana cara bersahabat dengan alam, dan menghargai ciptaan yang Maha Sempurna.

Ada perubahan pos di jalur Apuy ketika saya kesana lagi bulan Agustus 2017, info ter update Via Apuy :  Pendakian Gunung Ciremai via Apuy, Agustus 2017


Subhanallah... nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan








Artikel lainnya (KLIK) :

Traveler (Mountain Climbing) :


Tours (Traveling, Camping, Hiking) :
⏩ Wisata Religi ke Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon

Kuliner :
⏩ Kuliner Bandung : Kedai MeHek, maknyus harga bersahabat !!


Info :
⏩ 6 Tips Aman Persiapan Mendaki untuk Pemula dan Bukan Pemula
⏩ Fenomena Pendaki Kertas di Puncak Gunung 
⏩ Kisah Mistis Saat Pendakian Gunung
⏩ In Memoriam, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa (Bpk. Arief Agustianto)


http://adventuresenja.blogspot.co.id/p/contact.html

http://adventuresenja.blogspot.co.id/p/about.html







Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel