Jalur Pendakian Gunung Gede Pangrango Via Cibodas
May 24, 2017
Edit
www.wisatahalimun.co.id |
Gunung Gede dan Pangrango adalah 2 gunung populer di kalangan pendaki Indonesia, sangat digandrungi. Hal itu tergambar dari catatan statistik yang menunjukan bahwa ada, kurang lebih, 50.000 pendaki yang menjamahinya pada setiap tahun. Meskipun pendakian gunung Gede Pangrango bukanlah hal yang mudah dilakukan.
Peraturan yang diterapkan tergolong ketat, sebelum kamu melakukan pendakian di sana, kamu harus melakukan booking online terlebih dahulu, satu bulan sampai 3 hari sebelum tanggal pendakian. Jumlah pendaki pun dibatasi, hanya 600 pendaki pada setiap malamnya, 100 pendaki melalui jalur Selabintana, 200 pendaki lewat jalur Gunung Putri dan 300 di jalur Cibodas. Ditambah, setiap tahunnya, dari bulan Desember sampai bulan Maret, jalur pendakian gunung Gede Pangrango selalu ditutup.
Namun tentu saja, peraturan ini dibuat bukan asal-asalan dan bukan untuk menyulitkanmu. Peraturan ketat ini diterapkan untuk tetap menjaga kelestarian alam di sana, melindungi setiap hewan yang berhabitat di sana. Mungkin, bila peraturan dibuat tidak seketat demikian, jalur pendakian Gede Pangrango akan sesak tanpa celah dan kelestarian di sana bisa saja terancam karena kepadatan pendaki.
Nah, bila kamu sedang mengidam mendaki gunung Gede atau gunung Pangrango lewat jalur Cibodas, maka artikel ini sangat tepat untuk kamu. Sebab, dalam artikel ini kamu akan mengetahui info jalur pendakian gunung Gede Pangrango, lengkap sampai tuntas, khususnya lewat jalur pendakian Cibodas.
Sebelum membahas lebih jauh, mungkin kamu punya pertanyaan, kenapa jalur pendakian gunung Gede dan Pangrango dibahas bersamaan, padahal ke-2 gunung ini jelas berbeda?. Seperti dalam tulisan saya yang berjudul 9 gunung tertinggi di Jawa Barat menjelaskan bahwa, karena sangat berdekatan, maka jalur pendakiannya pun sama. Yaitu;
- Jalur Pendakian Cibodas
- Jalur Pendakian Gunung Putri
- Dan Jalur Pendakian Selabintana
Rute Perjalanan Menuju Basecamp Cibodas
Mula-mula, kita akan membahas rute perjalanan menuju basecamp Cibodas terlebih dahulu, hal ini penting, tanpa mengetahuinya, mana mungkin kita bisa melakukan pendakian ke sana. Basecamp ini berada pada ketinggian 1.425 mdpl.
Untuk menemukannya, kamu bisa menggunakan bis atau angkutan umum lainnya dengan jurusan Jakarta-Bandung, atau sebaliknya, bila kamu datang dari arah Bandung. Kemudian turunlah di pertigaan Cibodas, dilanjut dengan menggunakan angkutan umum menuju Kebun Raya Cibodas. Di sana kamu bisa melihat tempat parkir luas, jajaran pedagang yang menjajalkan oleh-oleh dan makanan, dan area berkemah yang terletak di dekat kantor Taman Nasional.
Sajian suasana alam sudah mulai terasa, menenangkan dan sejuk, khas rimbunnya pohon di hutan tropis. Namun sayang, kesejukan hutan itu harus berkurang sebab keberadaan lapangan golf yang terbentang hingga arah puncak gunung Pangrango. Membuatnya terlihat gundul dan panas menyengat.
Jalur Pendakian Gunung Pangrango Lewat Jalur Cibodas
Saat di basecamp Cibodas, kamu akan diminta agar menunjukan surat-surat perizinan mendaki dan barang bawaanmu. Bila ketahuan membawa barang-barang dilarang, seperti radio, pisau, odol, sabun, sampo dll, maka barang-barang itu harus kamu serahkan kepada petugas. Begitupun saat keluar dari taman nasional, kamu akan diperiksa lagi, mewajibkanmu memperlihatkan sampah bekas pendakian.
Selepas basecamp, kita akan mendapat sambutan dari jalan setapak berupa bebatuan, pemandangan berupa rimbunnya hutan tropis, diiringi dengan kicauan burung yang silih bergumam dan suara monyet yang seakaan keroncongan meminta makan. Setelah lepas dari kerimbunan hutan, berjalan sekitar 1,5 km, sampailah kita di sebuah telaga bernama Telaga Biru.
Telaga Biru sendiri merupakan sebuah danau yang cukup indah, sayang bila kamu tidak menikmatinya, warna danaunya bisa berubah-ubah karena ulah tanaman Ganggang yang hidup di dasar danau. Telaga ini berada di ketinggian 1.500 mdpl. Untuk melewatinya, kita harus berjalan dengan hati-hati di atas jembatan kayu yang sudah mulai rusak.
Jembatan kayu sepanjang, kurang lebih, 1 km itu akan mengantarkan kita kepada pos Rawa Gayang Agung yang berada di ketinggian 1.600 mdpl. Kemudian setelah berhasil menyebrangi jembatan, track pendakian kembali berupa bebatuan, hingga akhirnya kita sampai di Pos Panyancangan Kuda. Sebuah pos yang berada di ketinggian 1.628 mdpl.
Saat berada di pos Panyancangan Kuda, kamu bisa menemukan sebuah bangunan lengkap dengan atap, menjadikannya tempat favorit bagi para pendaki untuk berlindung dari hujan dan teriknya matahari. Mungkin kamu akan melihat pendaki lain yang mendirikan tenda di dalam bangunan tersebut, menurutku mereka egois, karena dengan mendirikan tenda, tempat bernaung itu akan semakin sempit, menghalangi pendaki lain untuk ikut berlindung.
Di pos ini juga terdapat pertigaan, jalan persimpangan. Jalan ke arah kanan adalah jalan menuju air terjun Cibereum dan jalan lurus adalah jalan untuk melanjutkan perjalanan ke puncak Pangrango. Bila kamu sedang tidak terburu-buru, sempatkanlah untuk menikmati kegagahan alam di air terjun Cibereum.
Untuk memudahkanmu berjalan sampai di air terjun, lebih baik simpan saja carrier dan barang bawaanmu di pos, saling bergantian untuk berjaga barang. Menyusuri track berbatu, sedikit menurun dan terdapat banyak genangan air, sekitar 30 menit, kamu akan sampai di air terjun Cibeurem. Sebuah air terjun yang terdiri dari 3 curug. Yaitu, curug Cigundul, Ciwalen dan curug Cidendeng, berada di ketinggian 1.675 mdpl.
Setelah puas bermain dengan percikan air di air terjun, mari kita lanjutkan perjalanan ini. Berawal dari pertigaan, jalanan mulai memperlihatkan sisi keangkuhannya, berupa jalur berbatu yang terjal, mulai menanjak dan berliku. Gemuruh dari air terjun masih terdengar jelas di sini, membuat kita merasa kecil di hadapan ciptaan tuhan yang lainnya. Mengajarkan kita untuk tidak bersikap sombong.
Bila kamu melewati jalanan ini pada sore atau pagi hari, suara-suara indah yang diperdengarkan oleh nyanyian berbagai jenis burung bisa kamu nikmati. Setelah sampai di ketinggian 1.820 mdpl, maka kita sampai di Pos Batu Kukus. Sebuah tempat dengan bangunan sederhana untuk sekedar beristirahat sambil melepas lelah. Dahulu, bangunan ini memiliki atap yang disangga oleh sebatang kayu besar di tengahnya. Sekarang?, entah atapnya sudah ke mana.
Setelah lelah mulai redup dari pernafasan dan melanjutkan perjalanan. Jalanan kembali menanjak, namun berubah menjadi tanah yang terlihat alami. Kemudian kadar tanjakan menurun drastis, jalur mulai landai dan bonus-bonus turunan sering ditemui, memudahkan kita untuk sampai di pos Pondok Pemandangan yang berada di ketinggian 2.150 mdpl.
Selepas pos ini, kita akan dihadapkan dengan lintasan ekstrim, berupa sebuah lereng curam, berbahaya, licin dan sempit, di bawahnya mengalir air panas yang suhunya mencapai 70°C. Hati-hatilah saat melintasinya. Lebih baik tidak terburu-buru, menunggu, saat ada pendaki lain yang datang dari arah berlawanan, takut tersenggol, terpeleset dan terjadi hal fatal yang tidak diinginkan.
Meskipun banyak pendaki yang berhenti untuk menghangatkan badan di atas lereng tersebut, namun lebih baik kita tidak mengikuti tingkah mereka, karena hal itu bisa menghalangi pendaki lain yang hendak melintas. Tidak lupa, usahakan untuk mengenakan sepatu, karena bila kamu memakai sendal, suhu panas dari air tersebut akan terasa di kulit kaki, seolah menyimpan kaki kita di atas air yang mendidih.
Pada saat musim pendakian, lintasan ekstrim ini akan padat dan mengantri. Sambil menunggu antrian, saya sarankan untuk beristirahat di pos Pondok Pemandangan terlebih dahulu.
Setelah meninggalkan lintasan panas tersebut, dengan berjalan beberapa saat, kita akan sampai di Pos Kandang Batu yang berada di ketinggian 2.220 mdpl. Di pos tersebut terdapat sebuah sungai yang dialiri oleh air hangat. Apa yang bisa kamu lakukan dengan sungai tersebut?.
Tentu saja mandi, menghangatkan tubuh, membantu melancarkan peredaran darah dan merefleksi tubuh, seakan lelah menguap seketika. Tubuh kembali segar. Namun jangan mencemari air sungai tersebut dengan mandi menggunakan sampo dan sabun, karena banyak pendaki lain dan hewan di sana yang menggantungkan kebutuhan air di sungai ini.
Setelah mandi di pemandian air panas, selepas pos Kandang Batu, perjalanan ini akan dihadang oleh sebuah sungai. Bila mendaki di musim hujan, alirannya akan deras dan membuat kita harus berhati-hati saat melewatinya, dan bila mendaki di musim kemarau, kamu bisa meloncati batu-batu yang timbul dari dalam sungai. Tetap hati-hati, jangan sampai salah memilih pijakan.
Kemudian kita akan melewati sebuah area tanah datar yang cukup luas, cukup untuk mendirikan beberapa tenda. Lalu, pada jalanan berikutnya, kita akan kembali mendengar suara gemuruh air terjun yang terlihat di bawah jalur pendakian. Masih di sekitar air terjun, kamu akan menghadapi lintasan sempit dan terjal, sistem mengantri masih diterapkan pada lintasan ini. Setelahnya, jalur akan kembali landai dan bonus-bonus turunan sudah menunggumu di depan. Hingga akhirnya, kamu sampai di Pos Kandang Badak yang berada di ketinggian 2.395 mdpl.
Pos Kandang Badak adalah tempat paling ideal untuk mengisi kembali persediaan air. Karena setelahnya, kamu akan kesusahan menemukan sumber air. Pos ini juga merupakan pos terakhir, sebelum kamu manapaki puncak gunung Pangrango
Bisa dibilang, perjalanan di antara Kandang Badak sampai puncak Pangrango adalah perjalanan sesungguhnya, sadis dan menyiksa, melelahkan dan menanjak, track yang akan menguji persiapan fisik dan mentalmu, ditambah suhu udara akan menurun. Dalam perjalanan, kamu akan menemukan persimpangan, arah kiri untuk puncak gunung Gede dan arah kanan menuju puncak gunung Pangrango.
Kurang lebih, dengan berjalan 3 jam dan berjarak 3 km, dengan melewati hutan yang sangat lebat, kamu sudah sampai di puncak gunung Pangrango.
Puncak Gunung Pangrango atau Puncak Mandalawangi (3.019 mdpl)
Puncak Pangrango sendiri merupakan sebuah area tanah datar yang luas, terdapat sebuah tugu dan bangunan kayu yang sudah rusak, di sela rimbunnya pepohonan yang mengelilingi, kamu bisa mengintip pemandangan gunung Gede dan asap kawahnya yang menyembul.
Lembah Mandalawangi (2.994 mdpl)
Siapa yang tak kenal dengan lembah Mandalawangi, sebuah tempat favorit bagi seorang pecinta alam yang meninggal di puncak Mahameru, yaitu mendiang Soe Hok Gie. Sebuah puisi Soe Hok Gie tentang lembah Mandalawangi menggambarkan keindahannya, berbunyi;
Malam itu ketika dingin dan kebisuan menjelimuti Mandalawangi, kau datang kembali dan bitjara padaku tentang kehampaan semua
Untuk menuju lembah Mandalawangi, dari puncak Pangrango, kamu bisa mengambil track yang berada di sebelah kiri atau arah barat. Jalanannya menurun. Setibanya di sana, kamu akan disambut oleh hamparan bunga Edelweis yang sangat merona. Sebab, Mandalawangi adalah salah satu tempat dari 7 tempat hamparan bunga Edelweis.
Sesekali, sebagian pendaki mendirikan tenda dan bermalam di sini. Sesekali juga, tempat ini adalah tempat yang sangat indah untuk menikmati sunset.
Puncak Gunung Gede (2.958 mdpl)
Dari persimpangan yang telah disebutkan di atas, untuk menuju puncak gunung Gede, kamu harus memilih jalan sebelah kiri. Setelah itu, kamu akan berjalan di punggungan gunung yang terjal, dalam perjalanan, sebuah tanjakan sadis yang bernama tanjakan Setan sudah menunggumu, untuk melewatinya, kamu bisa mengandalkan tali baja yang sudah disiapkan.
Puncak gunung Gede merupakan tempat yang dingin, dipenuhi dengan hembusan angin kencang dan udara lembab, pakailah jaket setebal mungkin. Dalam udara yang sangat dingin, bagi kamu yang belum mengisi perut, rentan sekali sakit. Usahakanlah makan terlebih dahulu sebelum sampai di puncak gunung Gede.
Berbeda dengan puncak Pangrango yang meruncing sempurna, puncak gunung Gede terlihat memanjang. Di sana, kamu bisa menikmati sajian berupa pemandangan kawah gunung Gede yang terdiri dari kawah Wadon dan kawah Ratu. Sesekali, bau menyengat belerang akan menusuk hidungmu. Selain itu, di tebing bibir kawah, hidup sekumpulan bunga Edelweis yang sangat indah.
Alun-Alun Surya Kencana
Bila gunung Pangrango punya Lembah Mandalawangi, gunung Gede pun tak mau kalah, dia punya Alun-Alun Surya Kencana. Sebuah tempat yang dipenuhi dengan bunga-bunga Edelweis, berlatar belakang pemandangan gunung Gemuruh, terdapat tempat luas untuk mendirikan tenda dan di sana, kamu bisa menemukan sumber air yang sangat jernih. Mungkin sejernih cintaku padamu beb.
Demikian adalah informasi jalur pendakian gunung Gede Pangrango lewat jalur Cibodas yang bisa disampaikan oleh penulis lugu dan sederhana ini. Semoga bermanfaat buat kamu yah.