6 Fakta dan Misteri Gunung Guntur yang Angker
September 12, 2017
Edit
Fakta dan misteri yang tersimpan dalam kegagahan gunung Guntur merupakan tema obrolan yang sangat menarik, pasalnya, saat membahasnya, maka kita akan menyelam ke dalam lautan sejarah yang luas, meliputi kisah legenda masyarakat Garut dan sejarah letusan hebat yang pernah dialaminya. Oleh karenanya, dalam tulisan yang sedang kamu baca saat ini, kamu akan mengetahui tentang beberapa fakta dan misteri gunung Guntur. Ulasannya sudah saya siapkan di bawah ini.
6 Fakta dan Misteri Gunung Guntur yang Angker
1. Asal-Usul Gunung Guntur, Garut
Kisah legenda gunung Guntur terjadi pada masa berkuasaaan kerajaan Timanganten yang kala itu dipimpin oleh Sunan Rangga Lawe. Menariknya, dalam kisah legenda ini, kita akan mengetahui kisah letusan dahsyat gunung Guntur, bak terjadinya kiamat.
Alkisah, raja Sunan Rangga Lawe memiliki saudari perempuan bernama Maharaja Inten Dewata yang tidak tinggal di kawasan kerajaan, dengan didampingi pelayannya bernama Batara Rambut Putih, dia lebih memilih untuk tinggal di sebuah pelosok desa bernama Kerobokan.
Pada suatu masa, kawasan yang diduduki kerajaan dan penduduk kerajaan Timanganten mengalami kekeringan yang diakibatkan kemarau panjang. Melihat rakyatnya yang hidup dengan kekurangan air, maka sang raja memerintahkan staf dan mentri kerajaan untuk mencarikan area yang tepat untuk membuat sebuah bendungan atau danau.
Setelah melakukan pencarian, maka mentri dan staff kerajaan memberitahukan kepada raja bahwa mereka telah menemukan kawasan yang dirasa sangat cocok untuk membuat sebuah danau. Salah satu mentri berujar.
Bila danau berhasil dibuat di area tersebut, maka seluruh kawasan kerajaan Timanganten akan menjadi subur dan rakyatnya akan segera bebas dari musibah kekeringan yang dilanda.
Namun, setelah diselidiki, ternyata pemilik dari kawasan tersebut adalah kakak perempuan sang raja, yakni Maharaja Inten Dewata. Mengetahui hal tersebut, raja Sunan Rangga Lawe mengutus salah satu anak buahnya untuk menemui Maharaja Inten Dewata dan meminta izin untuk membuat danau di atas tanah milik sang kakak perempuannya.
Akan tetapi, utusannya pulang dengan wajah masam, Maharaja Inten Dewata tidak memberikan izin. Dia beralasan bahwa kawasan tersebut merupakan satu-satunya tanah yang ia miliki. Raja pun memaklumi atas penolakan tersebut dan akan membatalkan proyek pembuatan danau, mencari solusi lain atas musibah kekeringan yang dilanda rakyatnya.
Setelah rakyat mendengar kabar bahwa Maharaja Inten Dewata menolak pembuatan danau. Seluruh rakyat justru mendesak sang raja agar segera dibuatkan danau, terpaksa raja sendiri yang harus meminta izin kepada kakak perempuannya atas kawasan tanah miliknya. Namun, Maharaja Inten Dewata tetap tidak mengizinkan.
Dalam keadaan yang setengah kacau, salah satu mentri senior mendatangi raja, memberikan usul supaya raja lebih mengutamakan kepentingan rakyat dibanding kepentingan Maharaja Inten Dewata. Mentri tersebut mencoba menggoda raja dengan perkataannya yang berbunyi.
Kerajaan ini hanya memiliki satu raja, yakni baginda sunan, tidak ada yang lebih berkuasa. Meski pun Maharaja Inten Dewata merupakan kakak kandung raja, ia tetap harus patuh. Bila tidak demikian, kerajaan ini memiliki 2 penguasa, yaitu sunan dan Maharaja Inten Dewata.
Termakan dengan omongan mentri, sang raja langsung memerintahkan semua abdi dalem agar segera mengerjakan pembuatan danau di atas tanah milik Maharaja Inten Dewata. Bahkan, raja sendiri turun tangan untuk memimpin pembuatan danau.
Pembuatan danau selesai, air mengalir di seluruh penjuru desa. Namun ada duka di mata Maharaja Inten Dewata, dia bersedih atas perlakuan adiknya yang semena-mena membuat danau besar di kawasan tanah miliknya.
Dengan perasaan marah, Maharaja Inten Dewata meninggalkan kediamannya menuju gunung Kecil (hari ini disebut gunung Putri). Berada di gunung Kecil, Maharaja Inten Dewata meminta kepada Batara Rambut Putih agar dibuatkan wadah air dan sekepal tanah. Ia berkata kepada Batara Rambut Putih.
Aku hendak menaiki gunung Kutu (hari ini disebut gunung Guntur), aku hendak melihat kawasan desa Kerobokan dari atas sana.
Setelah mendapatkan air dan sekepal tanah, ditemani Batara Rambut Putih, Maharaja Inten Dewata pun bergegas menaiki gunung Kutu. Sesampainya di puncak, ia menumpahkan air yang dibawanya dan menyebarkan tanah yang dikepalnya. Kemudian turun kembali dan naik kembali ke gunung Kecil.
Sesaat setelah sampai di puncak gunung Kecil, tiba-tiba saja seluruh kawasan kerajaan Timanganten ditutupi awan gelap, seperti malam, gulita dan kelam. Letusan dahsyat terdengar dari arah gunung Kutu, mengakibatkan hujan api dan batu ke kawasan kerajaan, menghancurkannya. Saking hebatnya, gunung-gunung yang berada di sekitar gunung Kutu ikut tergoyang. Sangat mengerikan, bak dunia mau kiamat.
Semua rakyat sangat ketakutan, mereka memilih meninggalkan desa itu dan mengungsi ke daerah lain, seperti Cianjur, Bandung, Karawang dan daerah lainnya, membuat kawasan kerajaan Timanganten kosong tak berpenghuni. Letusan gunung Kutu menghapus peradaban kerajaan Timanganten dari dunia.
Menyadari betapa mengerikannya kemarahan sang kakak perempuan, akhirnya Sunan Rangga Lawe menemui Maharaja Inten Dewata, memohon ampunan sambil mencium kaki kakak perempuannya itu. Sang kakak pun memaafkannya dan tiba-tiba bencana besar tersebut berhenti seketika.
Setelah mendengar tolakan Maharaja Inten Dewata untuk pulang, sang raja pun kembali ke desa Korobokan. Namun kawasan tersebut terlihat kosong tak berpenghuni, luluh lantah, bahkan tak nampak satu pun hewan peliharaan.
2. Sejarah Penamaan Gunung Guntur, Garut
Lanjutan dari kisah di atas. Setelah terjadinya letusan dahsyat gunung Kutu, maka banyak orang-orang yang menyebut gunung Kutu dengan nama Guntur yang memiliki makna 'halilintar', menggambarkan letusannya yang seperti halilintar, mengagetkan dan bergemuruh.
Baca juga: sejarah gunung Cikuray di Garut
3. Gunung Guntur Merupakan Gunung Berapi Paling Aktif di Indonesia, Bahkan Mengalahkan Gunung Merapi
Dalam bukunya yang berjudul 13 Goentoer, Java Tweede Afduling, De Vulkaan en Vulkanische Verschjnslen West-en Midden-Java yang ditulis di tahun 1850. Franz Wilhelm Junghuhn (German) menuliskan tentang betapa aktifnya gunung Guntur di era tahun 1800-an. Dia menuliskan bahwa.
Gunung Guntur adalah gunung paling aktif di Indonesia, mengalahkan gunung Merapi di Provinsi Jawa Tengah. Pada kurun waktu dari tahun 1800 hingga 1847, gunung Guntur sudah meletus sebanyak 21 kali. Bila dirata-ratakan, meletus pada 2 tahun sekali.
4. Sejarah Letusan Gunung Guntur
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa pada era-nya gunung Guntur pernah menjadi gunung yang sangat aktif. Namun, setelah itu, aktifitasnya kian menurun perlahan. Pada umumnya, erupsi gunung Guntur disertai dengan letusan material vulkanik, lelehan lava dan lapili. Catatan menunjukan bahwa gunung Guntur meletus pada tahun.
1690, 1777, 1780, 1800, 1803, 1807, 1809, 1815, 1816, 1818, 1825, 1827, 1828, 1829, 1832, 1833, 1834-35, 1836, 1840, 1841, 1843 dan terakhir pada tahun 1847.
5. Bila Gunung Guntur Meletus
Pak Surono yang merupakan pimpinan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan bahwa gunung Guntur ini adalah salah satu gunung yang harus diwaspadai aktifitasnya.
Bayangkan, dengan sejarah letusan yang dahsyat, bahkan sebagian menggambarkan seperti hari kiamat. Selama lebih dari 1,5 abad, gunung Guntur menyimpan energinya, kemungkinan besar, meskipun bukan gunung yang tidak terlalu tinggi, letusannya dapat mengahancurkan perkotaan yang terletak di dekatnya. Makannya kami tidak boleh lengah dalam mengawasi aktifitasnya.
Baca juga: 8 misteri gunung Slamet, bila meletus dapat membelah pulau Jawa
6. Profil Gunung
Nama: Gunung Guntur, gunung Agung atau gunung Kutu
Lokasi: Kab. Garut, Jawa Barat, Indonesia
Ketinggian: 2.249 m (7.378 kaki)
Jenis gunung: Stratovolcano
Demikian merupakan ulasan tentang 6 fakta dan misteri gunung Guntur yang bisa saya sajikan kepadamu, semoga bermanfaat dan kita dapat mengambil pelajaran dari pembahasan kita kali ini.