-->

Kampung Arab Al-Munawar Siap Menjadi Kampung Wisata di Palembang




Selama ini yang saya tahu, mayoritas penduduk kota Palembang adalah campuran antara ras Tionghoa dan Indonesia. Pekat ingatan saya, kebanyakan orang - orang berkulit putih dan bermata sipit memiliki darah keturunan Palembang. Ternyata ketika saya berkesempatan mengunjungi Kota Palembang, saya di berikan pengetahuan baru bahwa dahulu kala Palembang bukan hanya di hampiri oleh masyarakat Tionghoa tapi juga Arab. Rekam jejak Arab di Palembang cukup berpengaruh terhadap kuliner, keturunan maupun arsitektur. Terlebih ketika saya diajak mengunjungi Kampung Arab Al-Munawar yang terletak tepat di sisi Sungai Musi.


Arsitektur Rumah Berumur 350 tahun

Rumah tertua yang berumur 350 tahun
Berjalan menelusuri gang yang cukup lebar, atmosfir yang terasa sudah sangat berbeda. Rumah rumah kokoh nan tinggi berbalut material kayu kuno yang sudah nampak lapuk. Jendela kayu besar berjarak 1 meter berjejer menghiasi dinding putih yang sudah nampak lusuh. Seratus meter berjalan dari jalan utama, akan di jumpai sebuah area atau lapangan yang berbentuk persegi panjang yang di kelilingi oleh rumah - rumah. Area ini seperti di khususkan untuk fasilitas berkumpul. Berjalan lurus melewati area tengah, kita akan menjumpai sungai musi dan jembatan Ampera. Bahkan, ketika menaiki perahu menuju Pulau Kemaro, Kampung Al-Munawar terlihat sangat cantik dari sisi sungai Musi.
Bapak Ketua RT yang berparas keturunan Arab berpose di depan jendela untuk menerima tamu
Rumah - rumah yang konon sudah berumur 350 tahun lamanya ini kini kian di jadikan warisan budaya bukti dari rekam jejak masyarakat Arab beratus tahun lamanya dulu. Terlihat sangat besar dan gagah, rumah Arab di huni oleh beberapa kepala keluarga dari beberapa keturunan. Salah satu bagian menarik adalah jendela rumah Arab ini. Dahulu kala, para penduduk kampung Al-Munawar menerima tamu hanya lewat jendela yang di batasi oleh kayu bermotif.
Bapak RT berpose di dalam kediamannya :)
Tidak heran jika saya merasa seperti tidak berada di Indonesia, karena penduduk yang menepati kampung Al-Munawar ini memiliki gen Arab yang sangat kuat. Wanita-wanita cantik beralis tebal tetap terlihat cantik meski di balut dengan cadar, pria - pria ganteng dengan hidung mancung yang berpakian lengkap dengan gamis putih panjang dan peci.
Meja makan ala Munggahan Palembang
Kuliner Arab ala Palembang
Pengaruh budaya Arab terhadap kuliner di Palembang cukup kuat, salah satu nya adalah tradisi munggahan yang biasa di lakukan untuk merayakan pesta pernikahan. Saya dan teman-teman di undang untuk mencicipi kudapan ala Palembang di salah satu rumah milik penduduk di Kampung Al-Munawar. Ternyata ketika saya masuk, menu makanan sudah di hidangkan lengkap dengan space nya untuk 8 orang.
FYI ini adalah nasi minyak dan ayam kari terenak yang pernah saya makan.
Semua menu makanan yang tersedia langsung di masak oleh Penduduk Al-Munawar. Bisa di bilang menu yang di sajikan mengadaptasi makanan khas Arab, seperti nasi minyak yang mirip dengan nasi kebuli, kemudian ayam kari dan daging kari yang bisa di jumpai di Arab. Adapun beberapa budaya yang harus di ikuti dalam proses makan ala munggahan ini. Tata letak nasi harus berada di tengah yang lengkap di keliling oleh lauk pauk. Sang penyantap makanan pun harus duduk mengelilingi kudapan yang sudah tersedia dan tidak boleh lebih dari 8 orang ! Tentunya di atas meja makan berupa lesehan yang di lapisi kain. Sebelum makan diwajibkan untuk mencuci tangan dengan teko air yang sudah di sediakan. Sekarang baru bisa menyantap makanan.
Ayam Kari Kampung Al-Munawar
Semur Kambing di Kampung Al-Munawar
Meskipun berbahan utama rempah - rempah, nasi minyak dan bumbu kari nya terasa sangat nikmat, bau nya tidak terlalu menyengat, dan tidak membuat enek (karena saya biasanya tidak suka masakan berkari), tapi berbeda dengan masakan yang di masak lansgung oleh warga keturunan Arab di Palembang ini. Selain nasi minyak nya, kopi yang di sajikan di gelas-gelas kecil pun sangat harum dan enak.

Kopi disajikan di gelas kecil
Tarian Budaya khas Arab 
Belum selesai sampai Kuliner saja, kami di ajak untuk menyaksikan tarian yang diringi oleh dendangan musik khas Arab. Mulai dari rebana sampai seruling memeriahkan suasana siang itu. Lima menit kemudian muncul beberapa pria yang mengehentakkan kakinya menuju ke area tengah yang sudah di penuhi oleh para penonton. Suasana pun semakin ramai ketika tim blogger ikut serta menari bersama mengikuti alunan musik. Dan kemeriahan ini di akhiri dengan foto bersama.
Tarian dan musik khas Arab
Foto Bersama keluarga Kampung Al-Munawar dan tim #PesonaSriwijaya

Anyway, Palembang menjadi salah satu kota yang akan di lintasi oleh fenomena Gerhana Matahari total pada tanggal 9 Maret. Adapun 11 provinsi di Indonesia yang akan di lewati Gerhana Matahari yang hanya berlangsung sekitar ratusan tahun sekali ini adalah Provinsi Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.


Ps : Perjalanan ini terangkum dalam hashtag #PesonaSriwijaya. Silahkan di lihat untuk foto foto nya di twitter dan instagram.

Jika ingin berkunjung ke Kampung Al-Munawar bisa menghubungi Bapak Latief (081373332436) sebagai guide, beliau akan membantu menyiapkan sajian khas Arab seperti kuliner dan pertunjukan :)


Baca Artikel lainnya mengenai Kampung Arab Al-Munawar di sini :

Satya Winnie - Kampung Al-Munawar, Rekam Jejan Arab di Palembang
Yuki Anggia - Kampung Al- Munawar, Kampung Arab yang Ramah Pariwisata
Wira Nurmansyah - Al-Munawar, Kampung Arab di Tepian Sungai Musi 
Tekno Bolang - Kisang Kampung Al-Munawar dan Gerhana Matahari Total di Palembang
 Firsta - Al Munawar: Sweet Hospitality from Maliki and Friends

cheers,
kadekarini

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel