Pendakian Gunung Ciremai via Linggarjati (Perjalanan dijalur kejam nan mistis, menggapai impian 25 tahun silam)
March 30, 2017
Edit
Mt Ciremai, Maret 2017
Akhirnya lengkap sudah perjalanan saya melewati tiga jalur pendakian di Gunung Ciremai, via Palutungan, via Apuy, dan via Linggarjati.Puncak Gunung Ciremai via Linggarjati
Gunung Ciremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat, memiliki ketinggian 3078 Mdpl.
Walaupun ketinggian Gunung Ciremai tidak setinggi gunung-gunung di Jawa Tengah dan Jawa Timur, namun tingkat kesulitan jalur Linggarjati termasuk yang terberat di pulau Jawa.
Dan dari semua gunung tinggi yang ada ditanah Jawa, gunung Ciremai via Linggarjati lah yang start pendakiannya dimulai dari ketinggian yang paling rendah yaitu 600 Mdpl sehingga perjalanannya cukup panjang dan 90% nya adalah jalur terjal dengan kemiringan 70 sampai dengan 90 derajat.
Dan salah satu godaan terberatnya adalah dengan posisi pepohonan yang masih rapat-rapat membuat jalur ini sangat pengap, susah sekali merasakan angin sepoi-sepoi, sehingga pendaki cepat keletihan dan kehausan sejak awal pendakian.
Maka tak heran dengan kondisi jalur yang panjang, terjal, serta pengap ini banyak pendaki yang kehabisan perbekalan air.
YouTube
Pendakian Gunung Ciremai via Linggarjati
Pendakian Gunung Ciremai via Linggarjati
YouTube
Pendakian Gunung Ciremai via Linggarjati
Pendakian Gunung Ciremai via Linggarjati
Untuk mencapai Pos Pendakian Gunung Ciremai via Linggarjati, pendaki dari Jakarta dapat menggunakan bus Luragung dari terminal Lebak Bulus, Pulo Gadung, Kampung Rambutan, Kalideres, atau bus lain nya yang menuju Kabupaten Kuningan, dan turun di pertigaan Linggarjati, atau bisa juga berhenti di terminal Cilimus, lalu di lanjutkan menggunakan angkutan umum berwarna kuning atau ojek menuju Pos Pendakian Linggarjati.
Pos Pendakian via Linggarjati terletak di Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
Di Kecamatan Cilimus ini terdapat dua pos dan dua jalur pendakian yang resmi, yaitu via Linggarjati (Desa Linggarjati) dan via Linggasana (Desa Linggasana), dua desa yang jaraknya berdekatan.
Ketika melakukan pendakian menuju atas, dua jalur ini nantinya akan bertemu setelah Pos Bapa Tere, sebelum Pos Batu Lingga.
Artinya ketika turun bertemunya jalur ini berada setelah Pos Batu Lingga, sebelum Pos Bapa Tere.
Baca petunjuk baik-baik, karena banyak yang salah jalur ketika turun.
Di Kecamatan Cilimus ini terdapat dua pos dan dua jalur pendakian yang resmi, yaitu via Linggarjati (Desa Linggarjati) dan via Linggasana (Desa Linggasana), dua desa yang jaraknya berdekatan.
Ketika melakukan pendakian menuju atas, dua jalur ini nantinya akan bertemu setelah Pos Bapa Tere, sebelum Pos Batu Lingga.
Artinya ketika turun bertemunya jalur ini berada setelah Pos Batu Lingga, sebelum Pos Bapa Tere.
Baca petunjuk baik-baik, karena banyak yang salah jalur ketika turun.
Sebelum sampai di Pos Pendakian, kita akan melewati Gedung Perundingan Linggarjati dan tak lama kemudian akan menemukan Basecamp Ranger Linggarjati di sebelah kiri.
Di Basecamp ini kita bisa beristirahat, menitipkan motor (bagi yang menggunakan motor) dan mempersiapkan kekurangan logistik karena banyak warung disekitar Basecamp Ranger.
Basecamp Ranger Linggarjati
Saya memilih melewati jalur via Linggarjati, karena memang sudah impian saya yang terkubur 25 tahun silam.
Jalur ini mengingatkan pada masa lalu saat SMA kala saya aktif di Pecinta Alam.
Jalur yang konon dilewati oleh Wali Songo, dan dengan berbagai cerita menarik, sejarah, hingga kisah mistisnya.
Tentunya jalur ini punya cerita lain bagi saya, membuat saya menangis mengurung diri dikamar berhari-hari karena tak pernah bisa merasakan berada di puncak Ciremai waktu SMA dulu.
Cerita yang satu ini nanti akan saya ceritakan diakhir artikel.
Pendakian kali ini saya pergi dengan suami, dan tiga orang teman dari Tegal, bernama Boak, Dhonie, Baroz.
Saya sarankan untuk pendakian via Linggarjati sebaiknya camp 2x karena jalurnya yang panjang dan ampun-ampunan deh ! dijamin lempo alias lemes segala-galanya 😂.
Jalur ini mengingatkan pada masa lalu saat SMA kala saya aktif di Pecinta Alam.
Jalur yang konon dilewati oleh Wali Songo, dan dengan berbagai cerita menarik, sejarah, hingga kisah mistisnya.
Tentunya jalur ini punya cerita lain bagi saya, membuat saya menangis mengurung diri dikamar berhari-hari karena tak pernah bisa merasakan berada di puncak Ciremai waktu SMA dulu.
Cerita yang satu ini nanti akan saya ceritakan diakhir artikel.
Pendakian kali ini saya pergi dengan suami, dan tiga orang teman dari Tegal, bernama Boak, Dhonie, Baroz.
Saya sarankan untuk pendakian via Linggarjati sebaiknya camp 2x karena jalurnya yang panjang dan ampun-ampunan deh ! dijamin lempo alias lemes segala-galanya 😂.
Saya dan suami dari rumah berangkat subuh menjelang pagi menggunakan motor dari Cirebon menuju Basecamp Ranger Linggarjati memakan waktu 30 menit, sedangkan teman-teman dari Tim Tegal sudah sampai sejak malam hari di Basecamp Ranger Linggarjati dan menginap disana.
Saya, Suami, dan Tim Tegal (Boak, Dhonie, Baroz)
Sesampainya di Basecamp Ranger kami istirahat dan ngobrol-ngobrol santai sejenak dengan pendaki lainnya.
Setelah itu kami menuju Pos Pendakian yang berada tak jauh dari Basecamp Ranger bersama tim Tegal dan juga teman baru kami dari tim SkipersTrip asal Depok (Darfin, Glen, Aprili, Bayu, Rahmat, Denis, Black).
Setelah itu kami menuju Pos Pendakian yang berada tak jauh dari Basecamp Ranger bersama tim Tegal dan juga teman baru kami dari tim SkipersTrip asal Depok (Darfin, Glen, Aprili, Bayu, Rahmat, Denis, Black).
Pos Pendakian Linggarjati 600 Mdpl
Disinilah kami melakukan pendaftaran, mengisi data berikut harus memberikan fotocopy KTP, serta membayar Simaksi Rp. 50.000,- per orang.
Yang belum sempat mem fotocopy KTP, bisa melakukannya di area Pos Pendakian, karena ada beberapa tempat fotocopy disana.
Sedangkan untuk Simaksi, dengan membayar Rp.50.000,- /orang akan mendapat kupon untuk satu kali makan yang bisa di tukar di semua warung makan di sekitar Pos Pendakian hingga Pos 1 Cibunar, serta mendapat sertifikat ketika sudah selesai melakukan pendakian.
Yang belum sempat mem fotocopy KTP, bisa melakukannya di area Pos Pendakian, karena ada beberapa tempat fotocopy disana.
Sedangkan untuk Simaksi, dengan membayar Rp.50.000,- /orang akan mendapat kupon untuk satu kali makan yang bisa di tukar di semua warung makan di sekitar Pos Pendakian hingga Pos 1 Cibunar, serta mendapat sertifikat ketika sudah selesai melakukan pendakian.
Cukup lama kami sibuk mengisi data, karena harus mengisi selengkap-lengkapnya....membaca dan menulis saja kami sulit apalagi mengisi data lengkap... dezigghhhh 😂
Sibuk ngisi data..serius banget seperti lagi ujian aja..kwkw
Kami berlima memilih langsung mengambil jatah makan di warung Abah Saman.
Bak pejuang 45 yang sudah tak makan berhari-hari saya santap makanan dengan lahap..hap..hap..happp !!
Dan tragedipun terjadi....maag saya kambuh, sakitnya bukan main...saya merebahkan kepala di paha suami sambil menahan sakit....jika sedang di rumah mungkin saya sudah jujumpalitan (berguling-guling) di kasur.
Tim Tegal menawarkan saya obat, tapi saya tidak biasa minum obat jika maag kambuh...saya sudah tersugesti bertahun-tahun menggunakan minyak kayu putih saja untuk mengurangi sakit.
Agak lama kami di warung...menunggu sakit saya mereda, dan akhirnya kami memulai perjalanan jam 08.45 menuju Pos 1 Cibunar...dengan perut yang masih agak sakit.
Dari Pos Pendakian bisa menggunakan ojek menuju Pos 1 Cibunar dengan biaya Rp. 15.000,-
Tempat ojek berada didepan Pos Pendakian.
Saran saya jika punya dana lebih sebaiknya menggunakan ojek saja, menghemat tenaga dan waktu, karena walaupun jalannya beraspal namun menanjak berbelok tajam dan sangat teramat bikin ngos-ngosan, dijamin lemes dengkul jika berjalan kaki.
Lelaki tangguh otw Pos 1 Cibunar
Karena perut saya masih sakit maka saya memutuskan menggunakan ojek (tanpa sakit perutpun saya pasti tetap naik ojek keleeusss..kwkw).
Dan empat lelaki tangguh dengan percaya diri yang tinggi setinggi pohon toge berjalan kaki menuju Pos 1 Cibunar.
Dengan unyu-unyunya saya melakukan ritual perpisahan yang sangat menyentuh batin.. melambaikan tangan pada empat lelaki tangguh dengan senyum setengil-tengilnya.. byeeee byeeee boyyyy....pletakkkkk.
Pos 1, Cibunar
Bagaimana rasanya naik ojek ??? terasa sangat mengerikan karena jalan menanjak berbelok sangat tajam, namun hanya 10 menit sampai.
Saya riang gembira menunggu di warung sambil ngopi, ngobrol-ngobrol dengan ibu warung dan pendaki lainnya...huhuyyyy.
Bagaimana nasib empat lelaki tangguh ?? saya harus menunggu mereka sekitar 20 menit, karena mereka berjalan 30 menitan untuk bisa sampai di pos 1 Cibunar dengan nafas setengah tiang bendera bersimbah keringat ...wajah dekil of the kumel seperti habis kerja rodi...teklok nyampe Cibunar...uhuukkk uhuukk...makanya naik ojek aja browwww 😅
Oya..yang mau menambah perbekalan air bisa mengambil di Pos 1, karena di pos ini adalah tempat terakhir tersedianya air melimpah.
Bawa air yang banyak yaaaa....banyak pendaki yang kehabisan air di jalur Linggarjati ini..termasuk si gw ini..heuhhh.
Pos 1 Cibunar
Saya, Suami, Dhonie, Boak, Baroz.
Jam 09.00 kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 2 Leuweung datar.
Trek menanjak landai, didominasi pohon pinus yang teduh, semak, tanah, akar dan batu kecil dengan jalan setapak yang sempit dan nuansa yang agak-agak ga nyaman....entahlah kenapa saya dan suami merasa pengap dan panas melewati trek ini..tak ada angin sedikitpun.
Saya minta suami untuk berhenti berkali-kali karena menahan sakit perut dan rasa panas ditubuh, bahkan angin semilirpun susah sekali bersahabat memberi kesejukan...benar-benar pengap.
Tim Tegal berjalan lebih dulu, beberapakali mereka menunggu kami di trek yang datar, saya meminta mereka untuk tidak menunggu.
Harusnya mereka mengerti bahwa saya adalah orang yang sangat konsisten dan selalu teguh memegang komitmen.
Saya selalu konsisten berjalan dengan langkah stabil jika mendaki...stabil leletnya boooo...hahaha.
*biar lelet yang penting sampai, biar sampai harus lelet....arrgghhhh.
Otw Pos 2
Pos 2, Leuweung Datar
Jam 11.20 saya dan suami sampai di Pos 2, artinya dua jam dua puluh menit perjalanan kami dari Pos 1 ke Pos 2 (sudah termasuk istirahat dan selpih-selpih).
Saya hanya minta istirahat sebentar di pos ini, rasanya (kata orang sunda mah) keueung pisan..artinya semacam sungil gitu deh.
Masih juga ga ngerti sungil ??...ga usah nanjak via Linggarjati deh lu...cape jelasinnya..kwkw.
Belakangan setelah turun dari puncak saya dengar dari ibu warung di Cibunar, disitu pernah ada perempuan muda yang meninggal, dan ceritanya adalah ???
(males ah panjang banget ceritanya...kalo penasaran tanya aja sendiri sama ibu warung di Cibunar 😅)...pokonya banyak yang kesurupan disini.
Saya melanjutkan perjalanan menuju Pos 3 Kondang Amis, trek kurang lebih masih sama seperti sebelumnya.
Pos 2 Leuweung datar
Otw Pos 3
Pos 3, Kondang Amis
Jam 11.50 saya sampai di Pos 3 Kondang Amis, dan beristirahat agak lama disana.
Banyak pendaki dari berbagai fraksi mancanegara yang beristirahat juga, ada yang dari Tegal, Depok, Krawang, Bekasi, Bandung, Jakarta, Tangerang.
Pos 3 Kondang Amis
Pos ini cukup luas, cukup enak untuk dipakai beristirahat jika ramai-ramai, jika sendirian rada keueung juga ini tempat, aromanya agak gimana-gimana gitu..seperti ada yang memperhatikan tapi tidak tau dimana ...hmmmm.
Jam 12.25 saya melanjutkan perjalanan menuju Pos 4 Pangalap.
Trek mulai membuat saya lemas, sakit perut hilang, pusing menyerang....istirahat semakin di perbanyak, banyak bercanda dengan suami dan para pendaki membuat saya lupa sejenak akan rasa pusing di kepala.
Pos 4, Pangalap
Jam 12.55 saya sampai di Pangalap, tanpa istirahat saya melanjutkan perjalanan.
Trek semakin menanjak di dominasi tanah dan akar, tangan mulai menggapai akar-akar, sudah lemas rasanya kaki sehingga apapun yang ada didepan saya terabas saja.
Ujung-ujungnya kaki nabrak dan tersandung akar...wataawwww...nikmatnya rasa linu tiada dua.
Pos 5, Kuburan Kuda
Jam 14.10 saya sampai di Pos Kuburan Kuda.
Karena banyak pendaki yang beristirahat maka saya dan suamipun dengan sok imut-imut berpartisipasi ikut istirahat.
Padahal mah memang loyo dan sudah lemas...kita mah lemaspun ikut partisipasi biar kompak dengan pendaki lain...ahiwwwww..ngeeekkkk.
Trek menanjak terus, membuat hati ini dilanda perasaan yang tak karu-karuan, antara cinta dan rindu...rindu dan benci...benci dan lemas...lemas dan lapar...mamaaaaa pengen makan nasi rasanya anak mu ini...ngikkkkk.
Pamerangan ohh Pamerangan...dimanakah kamu ???
Beberapa menit sebelum sampai Pamerangan, gerimis sangat kecilpun turun...
Pos 6, Pamerangan
Jam 12.25 saya melanjutkan perjalanan menuju Pos 4 Pangalap.
Trek mulai membuat saya lemas, sakit perut hilang, pusing menyerang....istirahat semakin di perbanyak, banyak bercanda dengan suami dan para pendaki membuat saya lupa sejenak akan rasa pusing di kepala.
Otw Pos 4
Pos 4, Pangalap
Jam 12.55 saya sampai di Pangalap, tanpa istirahat saya melanjutkan perjalanan.
Pos 4 Pangalap
Trek semakin menanjak di dominasi tanah dan akar, tangan mulai menggapai akar-akar, sudah lemas rasanya kaki sehingga apapun yang ada didepan saya terabas saja.
Ujung-ujungnya kaki nabrak dan tersandung akar...wataawwww...nikmatnya rasa linu tiada dua.
Otw Pos 5
Baru nyadar, betis gw kok gede amat ya 😂
Pos 5, Kuburan Kuda
Jam 14.10 saya sampai di Pos Kuburan Kuda.
Karena banyak pendaki yang beristirahat maka saya dan suamipun dengan sok imut-imut berpartisipasi ikut istirahat.
Padahal mah memang loyo dan sudah lemas...kita mah lemaspun ikut partisipasi biar kompak dengan pendaki lain...ahiwwwww..ngeeekkkk.
Pos 5, Kuburan Kuda
Setengah jam kami beristirahat, lalu melanjutkan perjalanan menuju Pos 6 Pamerangan.Trek menanjak terus, membuat hati ini dilanda perasaan yang tak karu-karuan, antara cinta dan rindu...rindu dan benci...benci dan lemas...lemas dan lapar...mamaaaaa pengen makan nasi rasanya anak mu ini...ngikkkkk.
Pamerangan ohh Pamerangan...dimanakah kamu ???
Otw Pos 6
Beberapa menit sebelum sampai Pamerangan, gerimis sangat kecilpun turun...
Jam 15.45 saya sampai di Pamerangan, dengan perasaan galau saya berada diantara dua pilihan..pilih dia atau dirinya ?? melanjutkan perjalanan atau mewujudkan impian makan nasi ?? Wekkkkksss
Ingin melanjutkan perjalanan mumpung gerimis masih kecil, demi menyusul tim Tegal yang entah sudah sampai mana.
Tapi naga-naga didalam perut tidak bisa diajak kompromi nyakar-nyakar usus minta diisi nasi.
Harap maklum ya...sebagai orang bule asli dari Eropa bagian Jawa Barat perut saya wajib diisi nasi..@$&#@.
Dan...begitu banyaknya pendaki yang ngecamp di pos ini mengajak kami istirahat....alhasil saya dan suami mondar mandir ga jelas seperti setrikaan bodol di Pos Pamerangan..galau berjuta galau.
Setelah mondar mandir maju mundur cantiikkk..cantiikkk..dan gerimispun semakin membesar, akhirnya saya dan suami memutuskan mendirikan flysheet lalu masak, dan akhirnya makan nasi, daging rendang, mie kuah, berikut coklat jahe....horeee, nikmat tiada terkira rasanya..Alhamdulillah.
Ditunggu-tunggu hingga hari semakin gelap hujan tak juga berhenti, malah semakin membesar...akhirnya kami memutuskan mendirikan tenda.
*maafkan kami tim Tegal, kami tak bisa menyusul kalian...kalian pasti sangat merindukan kami yang renta ini 😂
Di Pos ini ramai sekali, ada yang berbincang, bercanda, bernyanyi dan bergitar....disela-sela suara tadi samar-samar saya dengar suara yang menakutkan...antara merintih dan cekikikan.
Saya diam saja, tak mengungkapkan pada suami..percuma saja diungkapkan...karena biasanya jika saya melihat/mendengar/merasakan sesuatu suami selalu menanggapi dengan perkataan...itu perasaan nenk aja, atau kalimat-kalimat semacam itu yang seolah-olah tidak mempercayai yang saya liat/dengar/rasakan.
Hal itu dilakukannya agar saya tidak ketakutan, tapi justru itulah yang selalu membuat saya penasaran dan terus ketakutan..@$&#@.
Belakangan saya tau..ternyata suami, beberapa tim SkipersTrip, dan Ranger mendengar juga yang saya dengar malam itu.
Kami berencana menyusul tim Tegal pukul 23.00, alarm HP saya nyalakan pukul 23.00, 24.00, 01.00.
Akhirnya saya dan suami masuk ke dalam sleepingbag,.tiduuurrrrr manis manja penuh pesona..ngorokkk.
Alarm berbunyi untuk pertama kalinya..hujan masih saja turun, saya tidur kembali....alarm kedua dan ketiga kalinya pun terdengar..masih juga hujan...ya sutralah akhirnya tidur lagi deh.
*maafkan kami lagi tim Tegal, tolong kami mohon hilangkan kangen kalian yang berlebihan pada kami...arggghhhh..plak plak plak 😂.
Jam 02.30 saya dan suami terbangun dan bersiap-siap untuk summit attack.
Jam 03.10 kami berangkat...tenda dan barang-barang yang tidak dibutuhkan kami tinggalkan di Pamerangan.
Karena Puncak masih jauh, saya dan suami terpaksa membawa carrier agar tidak kekurangan perbekalan..maklum lansia harus extra prepare.
Hal yang menyebalkan jika mau muncak harus bawa si kulkas 2 pintu..iihhhhhh.
Entahlah jam berapa saya sampai di Tanjakan Bingbin, hari masih sangat gelap.
Melihat nama Tanjakan Bingbin rasanya mules banget...pasti nyebelin kalo judulnya udah "tanjakan".
Dan memang bikin mules ini tanjakan...tapi saya berusaha santai lelet berjalan, menyimpan tenaga untuk trek selanjutnya.
Pos 8, Tanjakan Sareni
Jam 03.50 (sempet-sempetin liat jam) saya sampai disini, hanya istirahat 5 menit langsung cuzzzzz...menikmati tanjakan yang membuat tulang-tulang ditubuh serasa goyang patah-patah..eaa..eaaa..eaaaa.
Entahlah kenapa nama Tanjakan Seruni ini berubah jadi Tanjakan Sareni, mari berpikir😏.
Dan mari menikmati treknya yang panjang dan menanjak terus dari Seruni ke Bapa Tere...lemessss !!
Pos 9, Tanjakan Bapa Tere
Ingin melanjutkan perjalanan mumpung gerimis masih kecil, demi menyusul tim Tegal yang entah sudah sampai mana.
Tapi naga-naga didalam perut tidak bisa diajak kompromi nyakar-nyakar usus minta diisi nasi.
Harap maklum ya...sebagai orang bule asli dari Eropa bagian Jawa Barat perut saya wajib diisi nasi..@$&#@.
Dan...begitu banyaknya pendaki yang ngecamp di pos ini mengajak kami istirahat....alhasil saya dan suami mondar mandir ga jelas seperti setrikaan bodol di Pos Pamerangan..galau berjuta galau.
Setelah mondar mandir maju mundur cantiikkk..cantiikkk..dan gerimispun semakin membesar, akhirnya saya dan suami memutuskan mendirikan flysheet lalu masak, dan akhirnya makan nasi, daging rendang, mie kuah, berikut coklat jahe....horeee, nikmat tiada terkira rasanya..Alhamdulillah.
Pos 6, Pamerangan
Ditunggu-tunggu hingga hari semakin gelap hujan tak juga berhenti, malah semakin membesar...akhirnya kami memutuskan mendirikan tenda.
*maafkan kami tim Tegal, kami tak bisa menyusul kalian...kalian pasti sangat merindukan kami yang renta ini 😂
Di Pos ini ramai sekali, ada yang berbincang, bercanda, bernyanyi dan bergitar....disela-sela suara tadi samar-samar saya dengar suara yang menakutkan...antara merintih dan cekikikan.
Saya diam saja, tak mengungkapkan pada suami..percuma saja diungkapkan...karena biasanya jika saya melihat/mendengar/merasakan sesuatu suami selalu menanggapi dengan perkataan...itu perasaan nenk aja, atau kalimat-kalimat semacam itu yang seolah-olah tidak mempercayai yang saya liat/dengar/rasakan.
Hal itu dilakukannya agar saya tidak ketakutan, tapi justru itulah yang selalu membuat saya penasaran dan terus ketakutan..@$&#@.
Belakangan saya tau..ternyata suami, beberapa tim SkipersTrip, dan Ranger mendengar juga yang saya dengar malam itu.
Kami berencana menyusul tim Tegal pukul 23.00, alarm HP saya nyalakan pukul 23.00, 24.00, 01.00.
Akhirnya saya dan suami masuk ke dalam sleepingbag,.tiduuurrrrr manis manja penuh pesona..ngorokkk.
Alarm berbunyi untuk pertama kalinya..hujan masih saja turun, saya tidur kembali....alarm kedua dan ketiga kalinya pun terdengar..masih juga hujan...ya sutralah akhirnya tidur lagi deh.
*maafkan kami lagi tim Tegal, tolong kami mohon hilangkan kangen kalian yang berlebihan pada kami...arggghhhh..plak plak plak 😂.
Jam 02.30 saya dan suami terbangun dan bersiap-siap untuk summit attack.
Jam 03.10 kami berangkat...tenda dan barang-barang yang tidak dibutuhkan kami tinggalkan di Pamerangan.
Karena Puncak masih jauh, saya dan suami terpaksa membawa carrier agar tidak kekurangan perbekalan..maklum lansia harus extra prepare.
Hal yang menyebalkan jika mau muncak harus bawa si kulkas 2 pintu..iihhhhhh.
Pos 7, Tanjakan Bingbin
Entahlah jam berapa saya sampai di Tanjakan Bingbin, hari masih sangat gelap.
Melihat nama Tanjakan Bingbin rasanya mules banget...pasti nyebelin kalo judulnya udah "tanjakan".
Dan memang bikin mules ini tanjakan...tapi saya berusaha santai lelet berjalan, menyimpan tenaga untuk trek selanjutnya.
Pos 8, Tanjakan Sareni
Jam 03.50 (sempet-sempetin liat jam) saya sampai disini, hanya istirahat 5 menit langsung cuzzzzz...menikmati tanjakan yang membuat tulang-tulang ditubuh serasa goyang patah-patah..eaa..eaaa..eaaaa.
Entahlah kenapa nama Tanjakan Seruni ini berubah jadi Tanjakan Sareni, mari berpikir😏.
Pos 8 Tanjakan Sareni
Dan mari menikmati treknya yang panjang dan menanjak terus dari Seruni ke Bapa Tere...lemessss !!
Pos 9, Tanjakan Bapa Tere
Namun saya tak begitu prustasi melihat trek yang bikin dengkul ketemu jidat, jidat ketemu jempol itu, karena di awal sudah dapat info ada jalur disebelah kiri yang tidak separah jalur sebelah kanan di depan mata...aahh ini mah PHP sepertinya.
Dan rasa kantukpun tiba-tiba sangat mendera, saya tertidur cantik ngorok seperti gelandangan tingkat dunia dibawah pohon Pos Bapa Tere...hingga akhirnya di bangunkan suami karena hari sudah pagi.
Dengan perasaan loyo saya bangun, dan melanjutkan perjalanan jam 06.30 ke arah yang di infokan....aduhhhh biyang...ternyata tetap menanjak pilu linu treknya...benar-benar PHP.
Pos 9, Bapa Tere
Tim SkiperTrip di jalur kanan Bapa Tere
Saya, lewat jalur kiri Bapa Tere
Jam 08.30 saya sampai di Pos Batu Lingga, hanya minum dan foto sebentar lalu melanjutkan perjalanan.
Dengan trek yang aduhai menanjak dramatis.
Dulunya di pos ini ada sebuah batu besar bernama Batu Lingga, konon batu ini adalah tempat semedinya Sunan Gunung Jati, dan juga Nyi Linggi bersama dua pengikutnya macan tutul.
Disekitar batu banyak ditemukan uang receh dan sesajen yang disimpan para pendaki dan pendatang yang ingin melakukan ritual sesajen.
Namun batunya sekarang sudah tidak ada, entah kemana.
Info yang saya dapat bermacam-macam.
Ada yang bilang batunya dibuang ke jurang.
Jika dibuang ke jurang katanya mustahil karena batu berukuran sangat besar, dan tak ada tanda-tanda terlihatnya batu disekitaran jurang Pos Batu Lingga.
Adapula yang bilang batunya masih ada namun tak bisa terlihat dengan penglihatan mata normal manusia.
Entahlah mana cerita yang benarnya...
Pos 11, Sangga Buana 1
Dengan trek yang aduhai menanjak dramatis.
Dulunya di pos ini ada sebuah batu besar bernama Batu Lingga, konon batu ini adalah tempat semedinya Sunan Gunung Jati, dan juga Nyi Linggi bersama dua pengikutnya macan tutul.
Disekitar batu banyak ditemukan uang receh dan sesajen yang disimpan para pendaki dan pendatang yang ingin melakukan ritual sesajen.
Namun batunya sekarang sudah tidak ada, entah kemana.
Info yang saya dapat bermacam-macam.
Ada yang bilang batunya dibuang ke jurang.
Jika dibuang ke jurang katanya mustahil karena batu berukuran sangat besar, dan tak ada tanda-tanda terlihatnya batu disekitaran jurang Pos Batu Lingga.
Adapula yang bilang batunya masih ada namun tak bisa terlihat dengan penglihatan mata normal manusia.
Entahlah mana cerita yang benarnya...
Pos 10 Batu Lingga
Pos 11, Sangga Buana 1
Jam 09.05 saya sampai di Pos Sangga Buana 1, dan beristirahat selama 30 menit, lalu melanjutkan perjalanan.
Diperjalanan saya dan suami bertemu tim Tegal yang sudah turun muncak.
Dan terjadilah konfrensi temu kangen.
Kami istirahat dan ngobrol, saya meminta mereka untuk tidak menunggu kami, sambil meminta tolong mereka untuk menyimpan tiket simaksi ditenda kami jika mau pulang.
Walau sudah lemah letih lesu, saya merasa bahagia melihat batang pohon ditengah-tengah jalur..ahaaaaa...bergelantunganlah saya bak lutung di pohon..biar tampak kekinian.
Aku mah apa atuh.. sama lutung aja sirik pengen bisa gelantungan juga 🙈 🙊🙉.
Diperjalanan saya dan suami bertemu tim Tegal yang sudah turun muncak.
Dan terjadilah konfrensi temu kangen.
Kami istirahat dan ngobrol, saya meminta mereka untuk tidak menunggu kami, sambil meminta tolong mereka untuk menyimpan tiket simaksi ditenda kami jika mau pulang.
Walau sudah lemah letih lesu, saya merasa bahagia melihat batang pohon ditengah-tengah jalur..ahaaaaa...bergelantunganlah saya bak lutung di pohon..biar tampak kekinian.
Aku mah apa atuh.. sama lutung aja sirik pengen bisa gelantungan juga 🙈 🙊🙉.
Pos 11, Sangga Buana 1
Happpppp !!!...lutung-lutungan
Pos 12, Sangga Buana 2
Jam 11.00 saya sampai di Pos Sangga Buana 2.
Pos ini sangat cocok untuk mendirikan tenda karena lokasinya strategis untuk melakukan summit attack mengejar sunrise di puncak gunung Ciremai.
Kapan ya saya bisa merasakan sunrise di puncak ??? Wooiii jangan berhayal !! Ini aja kaga nyampe-nyampe puncak !!
Karena sudah banyak beristirahat sebelumnya, saya tidak istirahat lagi di pos ini, langsung melanjutkan perjalanan menuju Pos Pangasinan.
Awwww awwww...co cuiiiitttttttt....co cuiiiittttttt kejam banget treknya..pletakkk gubrakkk.
Hadeuuuhh nikmati lagi trek lebih kejam didepan mata (melongo pasrah), tubuh yang sudah semakin lunglai ini rasanya semakin tak berdaya memandang trek bagai liku-liku kehidupan nan kejam siap menghadang.
*mulai lebay bin alay.
Pos 12, Sangga Buana 2
Otw Pos 13
Pos 13, Pangasinan
Jam12.15 saya sampai di pos ini.....hiks...hiks..hiks..kebiasaan buruk saya..kalau sudah liat puncak di depan mata (namun jauh di kaki) bawaannya pengen nangis meraung-raung guling-gulingan di batu.
Ya Allah..orang diatas keliatan kecil-kecil banget...masih jauh ya menuju puncaknya..whuaaaaa...whuaaaaa..ngikkk...ngikkkk. (nangis merona membara didalam hati).
Pos 13, Pangasinan
Otw Puncak
(Puncak Ciremai dilihat dari Pos 13)
Puncak Gunung Ciremai 3078 Mdpl
Setelah ngos-ngosan menanjak tragis penuh tragedi...
Alhamdulillah...mimpi muncak Gunung Ciremai via Linggarjati yang sudah saya kubur dalam-dalam sejak SMA selama 25 tahun akhirnya bisa terlaksana.
Alhamdulillah...mimpi muncak Gunung Ciremai via Linggarjati yang sudah saya kubur dalam-dalam sejak SMA selama 25 tahun akhirnya bisa terlaksana.
Sungguh puas rasanya...puasss dan yakin puasss...Thanks God 😍
Puncak Gunung Ciremai 3078 Mdpl
Ketemu SkipersTrip lagi di puncak..tetap semangat walau mereka kehabisan air..kwkw
Setelah puas menikmati puncak, saya dan suami melanjutkan perjalanan turun.
Tim SkipersTrip sudah duluan turun sebelum kami.
Perjalanan turun langsung disambut dengan hujan, alamat saya tidak istirahat sama sekali jika cuaca hujan.
Saya dan suami berjalan tanpa henti hingga gelappun datang hujan masih mengiringi langkah kami menuju medan perang kemistisan...uhuk uhuk uhuk.
Kami kehabisan air...karena banyak memberi air pada pendaki lain yang membutuhkan saat menuju puncak dan ketika berada di puncak.
Alhasil kami meminta air pada seorang pendaki dari Bandung di Batu Lingga.
Air yang pas-pasan saya relakan semuanya untuk suami karena beliau mulai dehidrasi.
Utungnya saya termasuk orang yang bisa tahan haus jika perjalanan turun..terpaksa tahan...kwkw.
Kami kehabisan air...karena banyak memberi air pada pendaki lain yang membutuhkan saat menuju puncak dan ketika berada di puncak.
Alhasil kami meminta air pada seorang pendaki dari Bandung di Batu Lingga.
Air yang pas-pasan saya relakan semuanya untuk suami karena beliau mulai dehidrasi.
Utungnya saya termasuk orang yang bisa tahan haus jika perjalanan turun..terpaksa tahan...kwkw.
Sepanjang perjalanan malam saya dibuat kesal karena sinar headlamp yang saya gunakan mengundang binatang-binatang kecil rembetuk dan juga kupu-kupu putih menyerbu wajah yang sudah jutek ini, belum lagi air hujanpun ikut menyerbu.
Mungkin mereka terpesona dengan wajah jutek saya, sepertinya membuat mereka ingin menampar saya habis-habisan...plakkk plakkk plakkkk.
Mungkin mereka terpesona dengan wajah jutek saya, sepertinya membuat mereka ingin menampar saya habis-habisan...plakkk plakkk plakkkk.
Mereka sungguh tidak pengertian, mata saya yang sudah bolor ini dibuat semakin bolor karena kehadiran mereka yang mengganggu penglihatan saya ke depan nan gelap.
Yang membuat semakin emosi jiwa lagi adalah..tanpa ijin RT/RW setempat mereka seenak-enaknya masuk ke hidung dan mata saya....iiiihhhhhhhh benar-benar emosi jiwa.
Tapi anak sholeh harus sabar..sabar..dan sabar, jangan sampai ngamuk di gunung....pamali.
Tapi anak sholeh harus sabar..sabar..dan sabar, jangan sampai ngamuk di gunung....pamali.
Sekelebat bayangan beberapakali saya rasakan, suara gamelanpun terdengar di daerah Bapak Tere..suara gamelan yang aneh menurut saya, sangat kuno..bikin merinding, tapi tak saya hiraukan karena ingin cepat sampai ke Pamerangan.
Ternyata suara gamelan kuno ini memang sering didengar para pendaki, konon suara ini berasal dari mahluk halus yang ingin mengganggu konsentrasi pendaki agar salah jalan...entahlah.
Ternyata suara gamelan kuno ini memang sering didengar para pendaki, konon suara ini berasal dari mahluk halus yang ingin mengganggu konsentrasi pendaki agar salah jalan...entahlah.
Dan yang paling membuat uji nyali adalah.. ketika sedang melangkah syahdu sibuk dengan binatang-binatang kecil di wajah tiba-tiba saya dan suami menemukan jalur buntu akibat tiga pohon besar tumbang menghalangi jalan...saya bergidik dan tercengang.
Sejenak memandang dua pohon besar tumbang dihadapan kami...tercium jelas dari bentuk dan baunya pohon ini benar-benar baru tumbang..apakah kami disesatkan ??? apakah ada hubungannya dengan suara gamelan tadi ??? skip.
Saya sibuk mengamati pohon tumbang itu...takut ada orang tertimpa di bawahnya, tapi saking besar dan rimbun nya pohon mustahil bisa melihat ke bagian bawah.
Lalu saya sibuk menyinari ke arah depan mencari-cari apakah ada sambungan jalan setapak setelah pohon tumbang..namun tak saya temukan.
Saya panik pada saat itu..namun sudah tak bisa berbicara selain mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk.
Sementara suami sibuk meminta saya menyinarinya dengan headlamp mencari-cari celah di pohon tumbang agar bisa kami lewati, karena sulit rasanya menerobos pohon tumbang ini, dibawahnyapun jurang.
Di kejauhan di depan saya melihat sesuatu yang entah apa..para binatang kecil masih sibuk menampar wajah saya sehingga menghalangi penglihatan ke arah depan...berkali-kali saya kibas-kibaskan tangan agar mereka menyingkir dari hadapan saya.
Berkali-kali pula saya memantau ke arah sesuatu itu...hingga akhirnya saya lega bukan main..kang itu ada plang petunjuk arah turun !!..horaaayyyyy..berhasil..berhasil..doraaa.
Lalu bagaimana melewati pohon tumbang ini ?? dengan perasaan yakin tak yakin saya dan suami memipir ranting demi ranting pohon tumbang di pinggiran jurang dalam kegelapan...benar-benar uji nyali hidup dan mati rasanya.
Saya berusaha mengikuti suami dengan hati-hati, agar tak salah berpijak.
Finally....Alhamdulillah selamat bisa melewati uji nyali penuh tekanan itu.
Kami melanjutkan perjalanan dengan jatuh bangun aku mengejarmuuu, namun dirimu tak mau mengertiiii (digoyang maanggg).
Saya dan suami berkali-kali terjatuh dan terpeleset, beberapakali juga jatuh berjamaah karena trek licin dan tubuh sudah loyo....
Kita mah apa atuh..jatuh aja kompak berjamaah...prikitiewwww...aseeemmmm.
Suami semakin terlihat pucat karena dehidrasi, air di botol mineral dia hemat-hemat untuk bisa sampai ke Pos Pamerangan.
padahal kerongkongan saya sudah mulai mengering, tapi biarlah.....daripada suami saya kenapa-napa, bisa-bisa saya panik ketakutan.
Lebih baik saya yang kenapa-kenapa aja deh...suami masih punya keberanian dan bisa menolong saya...itu yang selalu ada dalam pikiran saya jika keadaan terdesak.
Setelah perjalanan panjang nan meletihkan, jam 19.45 kami sampai di Pos Pamerangan.
Dua orang (salah satunya dari SkipersTrip) menghadang kami menanyakan keberadaan lima orang teman-teman mereka.
Whatttttt !! mereka belum sampai ????...saya hanya bisa terjongkok lunglai memikirkan dimana mereka ???
Lima orang tim SkipersTrip sejatinya turun duluan dari puncak harusnya sudah sampai, dan kami tidak pernah menyusul mereka.
Sedangkan dua pendaki lagi waktu kami turun masih istirahat menuju puncak.. dan kami tidak merasa disusul mereka, lalu dimana mereka ??
Apa tertimbun pohon tumbang tadi ?? no no no...jika tertimbun pasti terlihat karena mereka berlima, namun entah yang dua orang lagi.
Setelah menunggu-nunggu akhirnya mendapat kabar kalau ada dua tim (berjumlah delapan orang) nyasar ke Basecamp Linggasana...lima orang dari tim Skipers dan tiga orang lainnya entah dari fraksi mana....Gubrakkkkk.
Kalian hebat ihhhh.. nyasar ke jalur Linggasana rupanya...hahaha.
Alhamdulillah lega mendengar mereka selamat.
Lalu yang tiga orang siapa ?? sedangkan sisa yang belum sampai Pamerangan dua orang ?? akhirnya saya dan suami masuk tenda penuh rasa penasaran.
Didalam tenda kami mencari-cari tiket simaksi yang kami minta dari tim Tegal...kok ga ada ?? apa tim Tegal belum turun ?? dimana mereka ?? jangan-jangan yang sisa tiga orang nyasar ke Linggasana adalah tim Tegal ??
Euuhhhhhh...pusing tujuh kelililing mikirinnya, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk tidur.
Sulit rasanya untuk tidur karena tenda sebelah salah seorang perempuannya tertawa-tawa.
Bukan masalah tertawanya...tapi tertawa dengan siapa dia ?? sedangkan tidak ada suara lain yang sedang diajak bercanda dan tertawa...anehhhh !!
Saya bergidik......ahhhhhhh..dan saya ngantuk tak tertahankan.
Jam 01.30 suami membangunkan saya karena lapar, saya buatkan mie instant, setelah makan suami langsung tidur lagi.
Saya tidak bisa tidur karena mendengar suara tertawa lagi...akhirnya daripada melamun saya sibuk menghangatkan kaos kaki yang basah diatas kompor sambil berdoa-doa...lalu keadaan sangat hening pada saat itu.
Tiba-tiba dari sebelah tenda saya dengar suara perempuan...suara yang aneh, seperti sedang berbuat mesum...tidak tau malu sekali bersuara seperti itu keras-keras...saya mulai suudzon.
Lumayan lama suara terdengar..saya risih sendiri dan kesal..dasar ga tau malu itu perempuan, pikir saya.
Namun tak lama kemudian..suara mesum berubah jadi cekikikan berkali-kali...persis seperti kuntilanak di film-film.
Saya ketakutan merinding....berkali-kali saya lihat keluar tenda nan gelap gulita tidak ada penampakan apapun...Sumpahhhh takut banget rasanya saat itu !!
Berkali-kali pula saya buka tutup resleting tenda untuk melihat keluar karena penasaran...tetap gelap gulita, tak ada satu tenda pun yang menyalakan lampu, kecuali tenda saya....benar-benar menakutkan...suara cekikikan terus terdengar tiada henti.
Saya bangunkan suami sampai mengguncang-guncang tubuhnya...susahnya minta ampun seperti di sirep tak bergeming sedikitpun...malah semakin pulas ngorok.
Entah berapa lama suara itu terdengar dalam sepinya malam..hingga tiba-tiba saya mendengar suara pelan lainnya memanggil-manggil nama seseorang....la..la..la...dan terdengar lagi suara seorang laki-laki yang entah sedang bicara apa.....saya baru tersadar, tenda sebelah ada yang kesurupan.
Saya ketakutan...membangunkan suami lagi..namun tetap tak bergeming...iihhhhh kebluk amat !!
Maksud hati ingin mengajak suami ke tenda sebelah untuk bantu doa...namun akhirnya tengah malam didalam tenda saya baca doa-doa sendirian untuk menjaga diri saya dan bantu doa untuk tenda sebelah sampai jam 04.00 subuh.
Hingga akhirnya suara cekikikan pun hilang....saya benar-benar letih luar biasa saat itu rasanya...dan akhirnya tertidur.
Pagi hari pendaki dari tenda sebelah yang kesurupan mendatangi tenda kami....dan bercerita panjang lebar tentang kejadian tadi malam.
Perempuan yang kesurupan mendapat pesan dari yang merasukinya, katanya mahluk-mahluk halus sudah ingin mengganggu kami semua yang ada di Pamerangan namun dihalangi oleh yang merasuki perempuan tadi...dia meminta agar gunung dipelihara, jangan di kotori, jangan buang sampah sembarangan, ada yang haid, ada yang berbuat mesum disini, banyak-banyak permisi dll.
Belakangan saya juga dapat info dari ibu warung di Cibunar, kemarin nya ada yang kesurupan juga di Pos Leuweung datar...haduhhh.
Dan info lagi, sisa pendaki yang dua orang belum datang tadi malam, sudah sampai di Pamerangan jam 10 malam.
Ternyata mereka mondar mandir keatas kebawah karena jalan buntu mencari jalan lain, dan akhirnya mengalami hal yang sama dengan saya, melihat plang petunjuk turun dan menerobos pohon.
Hati semakin tenang mendapati kabar tersebut, sehingga saya dan suami bisa ber hepi-hepi di Pamerangan dengan para pendaki lainnya.
Setelah kami berbincang-bincang dan bercanda serta selpih-selpih, akhirnya berpisahlah kami dengan rombongan tenda sebelah yang kesurupan..mereka gagal muncak karena takut kenapa-kenapa.
Jam 09.40 kami meninggalkan Pos Pamerangan menuju Basecamp Linggarjati...cemunguuudddd !!
Ahamdulillah..siang hari kami sampai di Basecamp Linggarjati tanpa kurang satu apapun.
di Basecamp Linggarjati kami dapat info bahwa tiga orang yang nyasar ke Basecamp Linggasana adalah Boak, Dhonie, Baroz. (tim Tegal)......yaelahhhhhh...ternyata kalian toh...prok prokk prokkk 👏👏👏 😅
Sudah tuntas tenang rasanya semua sudah sampai dengan selamat sentausa adil dan makmur.
Sejenak memandang dua pohon besar tumbang dihadapan kami...tercium jelas dari bentuk dan baunya pohon ini benar-benar baru tumbang..apakah kami disesatkan ??? apakah ada hubungannya dengan suara gamelan tadi ??? skip.
Saya sibuk mengamati pohon tumbang itu...takut ada orang tertimpa di bawahnya, tapi saking besar dan rimbun nya pohon mustahil bisa melihat ke bagian bawah.
Lalu saya sibuk menyinari ke arah depan mencari-cari apakah ada sambungan jalan setapak setelah pohon tumbang..namun tak saya temukan.
Saya panik pada saat itu..namun sudah tak bisa berbicara selain mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk.
Sementara suami sibuk meminta saya menyinarinya dengan headlamp mencari-cari celah di pohon tumbang agar bisa kami lewati, karena sulit rasanya menerobos pohon tumbang ini, dibawahnyapun jurang.
Di kejauhan di depan saya melihat sesuatu yang entah apa..para binatang kecil masih sibuk menampar wajah saya sehingga menghalangi penglihatan ke arah depan...berkali-kali saya kibas-kibaskan tangan agar mereka menyingkir dari hadapan saya.
Berkali-kali pula saya memantau ke arah sesuatu itu...hingga akhirnya saya lega bukan main..kang itu ada plang petunjuk arah turun !!..horaaayyyyy..berhasil..berhasil..doraaa.
Lalu bagaimana melewati pohon tumbang ini ?? dengan perasaan yakin tak yakin saya dan suami memipir ranting demi ranting pohon tumbang di pinggiran jurang dalam kegelapan...benar-benar uji nyali hidup dan mati rasanya.
Saya berusaha mengikuti suami dengan hati-hati, agar tak salah berpijak.
Finally....Alhamdulillah selamat bisa melewati uji nyali penuh tekanan itu.
Kami melanjutkan perjalanan dengan jatuh bangun aku mengejarmuuu, namun dirimu tak mau mengertiiii (digoyang maanggg).
Saya dan suami berkali-kali terjatuh dan terpeleset, beberapakali juga jatuh berjamaah karena trek licin dan tubuh sudah loyo....
Kita mah apa atuh..jatuh aja kompak berjamaah...prikitiewwww...aseeemmmm.
Suami semakin terlihat pucat karena dehidrasi, air di botol mineral dia hemat-hemat untuk bisa sampai ke Pos Pamerangan.
padahal kerongkongan saya sudah mulai mengering, tapi biarlah.....daripada suami saya kenapa-napa, bisa-bisa saya panik ketakutan.
Lebih baik saya yang kenapa-kenapa aja deh...suami masih punya keberanian dan bisa menolong saya...itu yang selalu ada dalam pikiran saya jika keadaan terdesak.
Setelah perjalanan panjang nan meletihkan, jam 19.45 kami sampai di Pos Pamerangan.
Dua orang (salah satunya dari SkipersTrip) menghadang kami menanyakan keberadaan lima orang teman-teman mereka.
Whatttttt !! mereka belum sampai ????...saya hanya bisa terjongkok lunglai memikirkan dimana mereka ???
Lima orang tim SkipersTrip sejatinya turun duluan dari puncak harusnya sudah sampai, dan kami tidak pernah menyusul mereka.
Sedangkan dua pendaki lagi waktu kami turun masih istirahat menuju puncak.. dan kami tidak merasa disusul mereka, lalu dimana mereka ??
Apa tertimbun pohon tumbang tadi ?? no no no...jika tertimbun pasti terlihat karena mereka berlima, namun entah yang dua orang lagi.
Setelah menunggu-nunggu akhirnya mendapat kabar kalau ada dua tim (berjumlah delapan orang) nyasar ke Basecamp Linggasana...lima orang dari tim Skipers dan tiga orang lainnya entah dari fraksi mana....Gubrakkkkk.
Kalian hebat ihhhh.. nyasar ke jalur Linggasana rupanya...hahaha.
Alhamdulillah lega mendengar mereka selamat.
Lalu yang tiga orang siapa ?? sedangkan sisa yang belum sampai Pamerangan dua orang ?? akhirnya saya dan suami masuk tenda penuh rasa penasaran.
Didalam tenda kami mencari-cari tiket simaksi yang kami minta dari tim Tegal...kok ga ada ?? apa tim Tegal belum turun ?? dimana mereka ?? jangan-jangan yang sisa tiga orang nyasar ke Linggasana adalah tim Tegal ??
Euuhhhhhh...pusing tujuh kelililing mikirinnya, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk tidur.
Sulit rasanya untuk tidur karena tenda sebelah salah seorang perempuannya tertawa-tawa.
Bukan masalah tertawanya...tapi tertawa dengan siapa dia ?? sedangkan tidak ada suara lain yang sedang diajak bercanda dan tertawa...anehhhh !!
Saya bergidik......ahhhhhhh..dan saya ngantuk tak tertahankan.
Jam 01.30 suami membangunkan saya karena lapar, saya buatkan mie instant, setelah makan suami langsung tidur lagi.
Saya tidak bisa tidur karena mendengar suara tertawa lagi...akhirnya daripada melamun saya sibuk menghangatkan kaos kaki yang basah diatas kompor sambil berdoa-doa...lalu keadaan sangat hening pada saat itu.
Tiba-tiba dari sebelah tenda saya dengar suara perempuan...suara yang aneh, seperti sedang berbuat mesum...tidak tau malu sekali bersuara seperti itu keras-keras...saya mulai suudzon.
Lumayan lama suara terdengar..saya risih sendiri dan kesal..dasar ga tau malu itu perempuan, pikir saya.
Namun tak lama kemudian..suara mesum berubah jadi cekikikan berkali-kali...persis seperti kuntilanak di film-film.
Saya ketakutan merinding....berkali-kali saya lihat keluar tenda nan gelap gulita tidak ada penampakan apapun...Sumpahhhh takut banget rasanya saat itu !!
Berkali-kali pula saya buka tutup resleting tenda untuk melihat keluar karena penasaran...tetap gelap gulita, tak ada satu tenda pun yang menyalakan lampu, kecuali tenda saya....benar-benar menakutkan...suara cekikikan terus terdengar tiada henti.
Saya bangunkan suami sampai mengguncang-guncang tubuhnya...susahnya minta ampun seperti di sirep tak bergeming sedikitpun...malah semakin pulas ngorok.
Entah berapa lama suara itu terdengar dalam sepinya malam..hingga tiba-tiba saya mendengar suara pelan lainnya memanggil-manggil nama seseorang....la..la..la...dan terdengar lagi suara seorang laki-laki yang entah sedang bicara apa.....saya baru tersadar, tenda sebelah ada yang kesurupan.
Saya ketakutan...membangunkan suami lagi..namun tetap tak bergeming...iihhhhh kebluk amat !!
Maksud hati ingin mengajak suami ke tenda sebelah untuk bantu doa...namun akhirnya tengah malam didalam tenda saya baca doa-doa sendirian untuk menjaga diri saya dan bantu doa untuk tenda sebelah sampai jam 04.00 subuh.
Hingga akhirnya suara cekikikan pun hilang....saya benar-benar letih luar biasa saat itu rasanya...dan akhirnya tertidur.
Pagi hari pendaki dari tenda sebelah yang kesurupan mendatangi tenda kami....dan bercerita panjang lebar tentang kejadian tadi malam.
Perempuan yang kesurupan mendapat pesan dari yang merasukinya, katanya mahluk-mahluk halus sudah ingin mengganggu kami semua yang ada di Pamerangan namun dihalangi oleh yang merasuki perempuan tadi...dia meminta agar gunung dipelihara, jangan di kotori, jangan buang sampah sembarangan, ada yang haid, ada yang berbuat mesum disini, banyak-banyak permisi dll.
Belakangan saya juga dapat info dari ibu warung di Cibunar, kemarin nya ada yang kesurupan juga di Pos Leuweung datar...haduhhh.
Dan info lagi, sisa pendaki yang dua orang belum datang tadi malam, sudah sampai di Pamerangan jam 10 malam.
Ternyata mereka mondar mandir keatas kebawah karena jalan buntu mencari jalan lain, dan akhirnya mengalami hal yang sama dengan saya, melihat plang petunjuk turun dan menerobos pohon.
Hati semakin tenang mendapati kabar tersebut, sehingga saya dan suami bisa ber hepi-hepi di Pamerangan dengan para pendaki lainnya.
Pos 6 Pamerangan
bersama rombongan dari Krawang
Setelah kami berbincang-bincang dan bercanda serta selpih-selpih, akhirnya berpisahlah kami dengan rombongan tenda sebelah yang kesurupan..mereka gagal muncak karena takut kenapa-kenapa.
Jam 09.40 kami meninggalkan Pos Pamerangan menuju Basecamp Linggarjati...cemunguuudddd !!
di Basecamp Linggarjati kami dapat info bahwa tiga orang yang nyasar ke Basecamp Linggasana adalah Boak, Dhonie, Baroz. (tim Tegal)......yaelahhhhhh...ternyata kalian toh...prok prokk prokkk 👏👏👏 😅
Sudah tuntas tenang rasanya semua sudah sampai dengan selamat sentausa adil dan makmur.
Basecamp Ranger
with SkipersTrip
Ini lanjutan cerita yang saya janjikan diawal artikel....
Akhirnya trek impian bisa saya lalui walaupun harus menguburnya selama 25 tahun.
Karena dulu saya sering hiking di jalur Linggarjati, namun belum pernah sekalipun saya melihat puncaknya Ciremai dikarenakan tidak mendapat ijin dari orangtua, khususnya Papa.
Thanks Dad...damailah di surga.
Saya mengerti kenapa dulu Papa melarang muncak Ciremai via Linggarjati, karena Papa sangat sayang dan kuatir pada saya.
Thanks Dad...damailah di surga.
Saya mengerti kenapa dulu Papa melarang muncak Ciremai via Linggarjati, karena Papa sangat sayang dan kuatir pada saya.
Kemanapun saya pergi dalam kegiatan Pecinta Alam dan kegiatan lainnya di Sekolah Papa selalu demokratis, tidak pernah sekalipun Papa melarang, yang penting ada surat ijin dari sekolah.
Kekuatiran Papa pada saya sangat beralasan, karena muncak Ciremai via Linggarjati kala itu tidak ada ijin dari sekolah.
Walaupun saat itu awalnya saya sedih dan menangis seorang diri dikamar berhari-hari karena tidak boleh ikut muncak dengan teman-teman dan pembina sekolah...namun kini saya mengerti, semua adalah karena Papa tidak mau terjadi hal yang tak diinginkan, karena Papalah yang bertanggungjawab pada hidup saya.
Walaupun saat itu awalnya saya sedih dan menangis seorang diri dikamar berhari-hari karena tidak boleh ikut muncak dengan teman-teman dan pembina sekolah...namun kini saya mengerti, semua adalah karena Papa tidak mau terjadi hal yang tak diinginkan, karena Papalah yang bertanggungjawab pada hidup saya.
Miss you so much Dad...really..really miss you.
Saya sudah menjadi tanggungjawab suami kini, dialah yang pada akhirnya membawa saya ke Puncak Gunung Ciremai via Linggarjati..Papa tidak perlu kuatir lagi.
Thanks Darling..telah membuat mimpi saya menjadi nyata.
Thanks Darling..telah membuat mimpi saya menjadi nyata.
Keindahan, rasa syukur dan doa di Puncak Ciremai saya persembahkan buat Papa...semoga Papa ditemani Peri Kecil saya tenang di sana...Love you.
Artikel lainnya (KLIK) :
Traveler (Mountain Climbing) :
⏩ Gunung Ciremai via Apuy (Jalur Ciremai paling pendek yang aduhai)
⏩ Gunung Cikuray via Pemancar (Kecil-kecil cabe rawit)
⏩ Gunung Ciremai via Linggarjati (Perjalanan menggapai impian 25 tahun silam)
⏩ Gunung Slamet via Bambangan (Camp di pos paling angker, Samaranthu)
⏩ Gunung Ciremai via Linggarjati (Enjoy Trip, 27 pendaki cepat dan ceria)
⏩ Gunung Merbabu via Selo (View nya Subhanallah)
⏩ Gunung Ciremai via Apuy (Enjoy trip, Info, biaya dan transportasi)
⏩ Gunung Ciremai via Linggasana (Jalur Baru, tidak lewat jalur Linggarjati)
⏩ Gunung Sindoro via Kledung (Keindahan Puncak & Sensasi Ojek Sindoro)
⏩ Gunung Cikuray via Pemancar (Kecil-kecil cabe rawit)
⏩ Gunung Ciremai via Linggarjati (Perjalanan menggapai impian 25 tahun silam)
⏩ Gunung Slamet via Bambangan (Camp di pos paling angker, Samaranthu)
⏩ Gunung Ciremai via Linggarjati (Enjoy Trip, 27 pendaki cepat dan ceria)
⏩ Gunung Merbabu via Selo (View nya Subhanallah)
⏩ Gunung Ciremai via Apuy (Enjoy trip, Info, biaya dan transportasi)
⏩ Gunung Ciremai via Linggasana (Jalur Baru, tidak lewat jalur Linggarjati)
⏩ Gunung Sindoro via Kledung (Keindahan Puncak & Sensasi Ojek Sindoro)
Tours (Traveling, Camping, Hiking) :
⏩ Camping Perdana Membawa Anak-Anak Di Buper Ipukan
⏩ Enjoy di Jalur Pendakian Bersama Anak-Anak
⏩ Menikmati Keindahan dan Kesegaran Alam Di Buper Ipukan
⏩ Pesona Alam Buper Cidewata Sadarehe, Gunung Ciremai
⏩ Wisata Religi ke Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon⏩ Enjoy di Jalur Pendakian Bersama Anak-Anak
⏩ Menikmati Keindahan dan Kesegaran Alam Di Buper Ipukan
⏩ Pesona Alam Buper Cidewata Sadarehe, Gunung Ciremai
Kuliner :
Info :
⏩ 6 Tips Aman Persiapan Mendaki untuk Pemula dan Bukan Pemula⏩ Fenomena Pendaki Kertas di Puncak Gunung
⏩ Kisah Mistis Saat Pendakian Gunung
#pendakiangunungciremaivialinggarjati #puncakgunungciremai #gunungciremai