Pendakian Gunung Slamet via Bambangan (Camp di pos paling angker, Samaranthu)
April 25, 2017
Edit
Mt Slamet, April 2017
Jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan terletak di Dukuh Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa tengah.
16 orang Tim Pendaki Cepat dan Ceria
(cepat lelah, cepat istirahat, cepat makan, cepat tidur..dan entah cepat apa lagi)
YouTube
Pendakian Gunung Slamet via bambangan, April 2017
Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah, dan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa, sebuah gunung aktif dengan ketinggian 3.428 Mdpl, dan terdapat beberapa jalur pendakian, diantarnya adalah jalur Bambangan, Guci Tegal, Baturaden, Kaligua Bumiayu.
Saya berangkat dari rumah di Cirebon Hari Jumat malam Tanggal 21 April 2017.
Kami berangkat menggunakan 8 motor dengan jumlah personil 16 orang dari berbagai mancanegara di wilayah tiga Cirebon, dan kami menamakan tim kami Pendaki Cepat dan Ceria (cepat lelah, cepat istirahat, cepat makan, cepat tidur..dan entah cepat apa lagi) 😛.
Tim ini terdiri dari : Saya, Suami, Mulya, Rahman, Agus, Wiedhi, Bill, Koko, Egi, Reza, Robbin, Rifky, Algi, Dwy, Ayu, Yayang.
Mereka rata-rata adalah pekerja dan pelajar SMA, jadi berasa punya anak dan keponakan banyak..kwkw.
Sepanjang perjalanan diwarnai dengan hal-hal yang memprihatinkan (lebay), dari yang beras ketinggalan, oli motor habis, ban kempes, motor mogok, banyak mampir sana sini, dll...tapi kami semua happy, perjalanan saya anggap lancar jaya walau rasanya kaga nyampe-nyampe 😛.
Untuk yang menggunakan bis atau kereta sebaiknya turun di Purwokerto dan melanjutkan dengan kendaraan umum atau menyewa kendaraan umum menuju Desa Bambangan, Purbalingga.
Perjalanan menggunakan motor menuju Bambangan
Motor bisa dititipkan di Pos Pendakian maupun di Basecamp untuk para pendaki beristirahat maupun menginap disediakan secara gratis.
Setelah berbagai ritual yang tidak jelas, saya dan tim Pendaki Cepat dan Ceria yang berjumlah 9 orang (Saya, Suami, Mullya, Agus, Wiedhi, Bill, Dwy, Ayu, Yayang) pergi lebih dulu memulai pendakian, karena tim Pendaki Cepat dan Ceria yang 7 orang (Rahman, Koko, Egi, Reza, Robbin, Rifky, Algi) masih harus menunggu rombongan dari Jakarta.
Saya memilih jalur Bambangan karena jalur ini yang paling populer, saking populernya ketika saya mendaki berasa seperti di pasar..rameeee bangeuddd...beudddddd 😂
Kebetulan memang long weekend, pendaki yang naik pada hari itu mencapai 1500an orang..OMG.
Di Pos Pendakian kami melakukan pendaftaran, mengisi data berikut harus memberikan satu buah KTP asli milik ketua rombongan yang dalam hal ini adalah KTP asli milik suami saya, serta memberi nama-nama lengkap pendaki, dan membayar Simaksi Rp. 10.000,- per orang.
KTP asli akan dikembalikan seusai pendakian dengan menukar sampah selama pendakian.
Simaksi
Pendakian kali ini mengalir begitu saja, karena saya tidak pernah mimpi untuk mendaki Gunung Slamet, jadi syukur..tidak jadipun tidak apa-apa.
Mimpi dalam hidup saya hanya ingin bisa muncak Gunung Ciremai via Linggarjati, dan Gunung Merbabu via Selo, sudah tercapai.
Pos Pendakian Gunung Slamet via Bambangan
Perjalanan dari Pos Pendakian diawali dengan trek aspal riang gembira, melewati perkebunan menanjak landai aduhai.
Trek awal pendakian via Bambangan
Namun setelah melewati perkebunan...trek mulai menanjak pilu, masih terbilang tidak curam, tapi jidat mulai berkerut-kerut, nafas ngos-ngosan...mari memulai dengan ritual banyak becanda dan banyak istirahat 😆.
Dari Pos Pendakian menuju Pos 1 adalah jarak yang paling panjang, sehingga setelah melewati 3/4 perjalanan kami istirahat.
Maksudnya sih cuma istirahat doank, tapi apa mau dikata, namanya juga Pendaki Cepat dan Ceria (cepat lelah, cepat istirahat, cepat makan, cepat tidur..dan entah cepat apa lagi), dengan kompaknya akhirnya kami tertidur berjamaah berjam-jam...sungguh tim yang hebat !! 😂
Sebelum Pos 1 akan menemukan beberapa warung...saya pikir ini adalah Pos 1, ternyata bukan....dan masih lama mencapai Pos 1...argghhhhh.
Tidur berjamaah
Pos 1, Pondok Gembirung
Saya tiba di Pos 1 pukul 11.45.
Di Pos ini terdapat beberapa warung yang menyediakan berbagai minuman hangat, minuman dingin, nasi uduk, mendoan, mie instant, semangka dll.
So...yang isi carriernya tidak mau berat bawalah uang yang banyak untuk bisa jajan di warung-warung, karena pada waktu saya mendaki warung-warung tidak saja terdapat di Pos 1, tapi ada juga sebelum Pos 1 dan di Pos 2, Pos 3, Pos 5, Pos 7, buka sampai malam.
Tapi sebaiknya sebelum melakukan pendakian carilah info terlebih dahulu Pos berapa saja yang warungnya buka, karena tidak setiap hari warung-warung buka.
Pada waktu saya melakukan pendakian semua warung buka karena memang long weekend dan jumlah pendaki sangat banyak pada saat itu.
Dalam hal ini saya dan rombongan selalu mampir ke tiap warung yang ada di pos-pos untuk jajan.
Alhasil, perut selalu terisi berdampak kami jadi mengantuk, ujung-ujungnya tidur manis dan uangpun menipis.
Pos 1, Pondok Gembirung
Warung di Pos 1
Setelah berlama-lama santai di warung saya melanjutkan perjalanan menuju Pos 2.
Di awal perjalanan dengan jelas bau kemenyan menyegak hidung...hmmmm.
Trek mulai menanjak membuat sekujur tubuh yang tadinya segar bugar setelah beristirahat lama akhirnya meronta-ronta linu...maklum ya..namanya juga pendaki 'lansia'..kwkw.
Tak lama sebelum sampai ke Pos 2 gerimispun turun.
Menuju Pos 2
Pos 2, Pondok Walang
Pukul 14.10 saya sampai di Pos 2.
Seperti di Pos 1, saya beristirahat di warung bersama tim untuk ngemil-ngemil dan ngopi.
Beberapa tenda sudah berdiri di Pos ini.
Pos 2
Karena hujan semakin deras kamipun malas untuk beranjak dari warung, disamping itu melihat beberapa teman sedang tertidur pulas...jadi berlama-lamalah kami di Pos ini.
Jalan licin, hutan mulai lebat, akar-akar bertebaran dan banyak jalan yang sempit.
Menuju Pos 3
Pos 3, Pondok Cemara
Pukul 18.00 saya sampai di Pos 3, karena Maghrib tim sepakat istirahat lagi disebuah warung sekitar 45 menit untuk ngemil-ngemil dan ngopi-ngopi lagi.
Banyak tenda berdiri di pos ini.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 4, headlamp mulai kami nyalakan di kegelapan malam dengan jalan yang licin dan trek masih tidak berbeda jauh dari yang sebelumnya, menuju Pos 4 yang terkenal dengan kisah-kisah mistisnya.
Pos 3
Menuju Pos 4
Pos 4, Pondok Samaranthu
Pukul 19.50 saya sampai di Pos 4.
Penasaran banget dengan Pos ini karena katanya paling angker, sehingga para pendaki paling tidak mau ngecamp disini.
Ya ya ya....dibandingkan pos-pos sebelumnya Pos 4 ini memang paling berbeda suasananya, sangat keueung/sungil menurut saya.
Pohon-pohon tua dan beberapa sudah tumbang terkesan ruwet banget...tapi saya terpaksa istirahat karena tim kelelahan, dan hujan masih saja turun sehingga kami mendirikan flysheet serta mulai masak-memasak.
Setelah beristirahat sekian lama, salah satu dari kami merasa tidak mampu untuk melanjutkan perjalanan, sehingga kami sepakat mendirikan tenda di Pos 4...aw awwww.
Lahan yang ruwet membuat para lelaki bekerja keras mendirikan tiga tenda.
Dan dua tenda (termasuk tenda saya) harus rela berdiri dibawah pohon tumbang, karena sudah tidak ada lahan lagi.
Saya dan suami agak was-was sebenarnya....tapi mau gimana lagi, kami mengambil posisi terbaik untuk tidur, yaitu bagian kaki di area bawah pohon tumbang, yang penting kepala kami aman....@$#%&@
Satu-satunya foto di Pos 4
with abg labil (Dwy, Ayu, Yayang)
with abg labil (Dwy, Ayu, Yayang)
Tidur di Pos 4 malam itu walaupun suasana dan auranya angker tapi tidak ada yang aneh-aneh..saya, suami dan yang lainnya tidur pulas tanpa gangguan apapun.
Namun tetap saja judulnya angker, membuat kami semua tak berani buang air kecil/besar sendirian, selalu minta ditemani.
Kami bangun subuh dan Summit Attack pukul 05.30.
Saya, Suami, Mullya, Wiedhi dan Bill melakukan perjalanan pagi itu menuju puncak dengan santai menikmati pagi.
Perjalanan menuju Pos 5 trek tidak jauh berbeda dengan sebelumnya..tumbuhan liar, jalur menyempit dan akar-akar...lumayan bikin ngos-ngosan tingkat tinggi.
Tapi saya lebih bersemangat karena jarak antara pos ke pos tidak jauh-jauh seperti hal nya pos-pos di bawah yang bikin lemes sekujur tubuh.
Pos 5, Samyang Rangkah
Pukul 05.55 saya tiba di Pos 5.
Terdapat sumber mata air di Pos 5, tapi saya tidak mengambil air karena persediaan air masih cukup, saya selalu beli air mineral di warung.
Lahan di Pos 5 sangat sesak dengan tenda, karena pos ini merupakan tempat favorit untuk mendirikan tenda.
Pos 5
Di Pos 5 kami istirahat di warung untuk breakfast.
Sebungkus nasi uduk dengan isi soun + oreg tempe seharga Rp. 10.000, beserta beberapa gorengan dan teh manis cukup mengenyangkan perut saya...dan setelahnya perut mulai mules-mules gimanaaa gituuu...
Sarapan di warung Pos 5
Menuju Pos 6
Pos 6, Samyang Jampang
Saya sampai di Pos 6 pukul 7.00, hanya 5 menit beristirahat di pos ini dan langsung melanjutkan perjalanan.
Tidak ada satu tenda pun berdiri di pos 6.
Pos 6
Menuju Pos 7 jalur agak menanjak dari sebelumnya, Edelweis mulai terlihat tak beraturan di sepanjang jalan.
Menuju Pos 7 tidak begitu jauh dari Pos 6, namun acara istirahat selalu wajib saya lakukan..kwkw.
Menuju Pos 7
Pos 7, Samyang Kendit
Pukul 08.15 saya sampai di Pos 7, dan beristirahat selama 10 menit dan langsung melanjutkan perjalanan.
Beberapa tenda terlihat berdiri di pos ini, dan ini adalah pos terakhir yang disarankan untuk mendirikan tenda.
Pos 7
Menuju Pos 8
Pos 8, Samyang Jampang
Pos 8 letaknya tidak jauh dari Pos 7, sehingga 5 menitpun saya sudah sampai di Pos 8.
Kami istirahat sejenak dan foto-foto lalu melanjutkan perjalanan.
Tidak ada satu tendapun di Pos 8, karena memang tidak disarankan...lahan sudah terbuka, rawan badai dan petir.
Tidak ada satu tendapun di Pos 8, karena memang tidak disarankan...lahan sudah terbuka, rawan badai dan petir.
Pos 8
Menuju Pos 9
Pos 9, Pelawangan
Pukul 09.00 saya sampai di Pos 9, dan ini adalah pos terakhir.
Kami menyempatkan mengisi perut dengan nasi satu bungkus untuk beramai-ramai, demi menambah tenaga menuju puncak yang sudah sangat dekat di mata namun jauh di kaki, jauh di tangan, jauh di gapai...hiks.
Takjub memandang trek menuju puncak yang di dominasi pasir, kerikil dan bebatuan yang sangat labil.
Perlu extra hati-hati melewatinya, karena licin dan jika salah berpijak pada batu bisa mengakibatkan pendaki terpeleset/terjatuh dan batu bisa berjatuhan ke bawah sehingga membahayakan pendaki lain yang masih berada dibawah.
Berkali-kali saya mengamati trek menuju puncak yang terjal....begitu banyaknya pendaki sehingga terlihat seperti pasar tumpah 😁.
Susah payah Saya, Suami, Mullya, Wiedhi, Bill melewati trek pasir & batu
Menuju Puncak.
Menuju Puncak.
Puncak Gunung Slamet
Setelah perjuangan melewati trek yang menggoda iman, akhirnya sampai juga di puncak pukul 10.45.
Alhamdulillah...puas banget rasanya bisa berada di Puncak Gunung Slamet.
Puncak Gunung Slamet
Setelah dua jam menikmati puncak, pukul 12.30 saya memulai perjalanan turun dari puncak menuju Pos 4 tempat saya dan tim mendirikan tenda.
Di Pos 4 kami masak memasak, dan setelah makan mulailah acara packing dan membongkar tenda.
Angin kencang tiba-tiba datang membuat pepohonan di Pos 4 bergoyang-goyang menakutkan seperti akan tumbang ditambah hari mulai gelap, saya kuatir dengan keadaan saat itu sehingga memutuskan untuk meninggalkan Pos 4 lebih dulu, berempat perempuan semua (Saya, Dwy, Ayu, Yayang).
Sedangkan suami dengan Mullya, Wiedhi & Bill menuntaskan packing tenda yang belum kelar.
Sedangkan suami dengan Mullya, Wiedhi & Bill menuntaskan packing tenda yang belum kelar.
Saya memimpin perjalanan, beberapakali saya seperti diikut-ikuti sesuatu.
Suara langkah seolah-olah lebih banyak dari empat orang, dan terdengar jelas suara laki-laki entah berbicara apa.
Beberapakali saya menoleh ke belakang dan berhenti, namun suara langsung hilang dan hanya ada kami berempat saja.
Dwy, Ayu dan Yayang selalu menanyakan kenapa saya berhenti dan menoleh ke belakang, saya menjawab tidak ada apa-apa, agar mereka tidak takut dan kuatir.
Dwy, Ayu dan Yayang selalu menanyakan kenapa saya berhenti dan menoleh ke belakang, saya menjawab tidak ada apa-apa, agar mereka tidak takut dan kuatir.
Jengah rasanya perjalanan, kenapa suami dan tim laki-laki belum juga terlihat ?? Karena tidak nyaman merasa diikut-ikuti.
Sayup-sayup terdengar Adzan Maghrib saya memutuskan untuk berhenti menunggu suami dan yang lainnya.
Sayup-sayup terdengar Adzan Maghrib saya memutuskan untuk berhenti menunggu suami dan yang lainnya.
Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, kami melanjutkan perjalanan malam hari.
Belakangan saya dapat cerita dari Wiedhi dan Bill ternyata mereka juga mengalami hal yang sama, diikuti suara laki-laki dari Pos Samaranthu.
Belakangan saya dapat cerita dari Wiedhi dan Bill ternyata mereka juga mengalami hal yang sama, diikuti suara laki-laki dari Pos Samaranthu.
Saya juga sempat melihat penampakan berwarna putih duduk menghalangi jalan yang bercabang di sebelah kiri, namun saya memutuskan mengambil jalan lainnya di sebelah kanan walaupun lebih curam dibanding jalan yang sebelah kiri.
Saya juga berkali-kali mencium jelas bau kemenyan diantara Pos 3 hingga Pos 1.
Namun semua itu tak saya hiraukan....berdoa terus didalam hati.
Tiba di Pos 1 yang rencananya hanya istirahat sejenak, eehhhh malah pada tidur semua.
Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk ikutan tidur juga 😄.
Kita mah apa atuh..urusan tidur pasti kompak !!!
Kita mah apa atuh..urusan tidur pasti kompak !!!
Pagi hari kami melanjutkan perjalanan, karena semua segar bugar kami melakukan perjalanan turun dengan langkah cepat setengah berlari...ini baru namanya Pendaki Cepat dan Ceria yang sebenarnya...hahaha.
Alhamdulillah kami sampai Pos Pendakian dengan riang gembira.
Intinya segala sesuatu yang dilakukan saat pendakian harus dengan niat yang baik, banyak berdoa dan banyak permisi...dan jangan buang sampah sembarangan, bawa kembali SAMPAH ke Basecamp yaaaa !!
Sepanjang jalan pendakian Gunung Slamet saya senang, walaupun masih ada sedikit sampah tapi gunung ini termasuk kategori bersih menurut saya, karena tidak seperti gunung-gunung yang pernah saya daki sebelumnya yang masih agak banyak sampah...
Setelah sibuk mandi dan berkemas-kemas kami melanjutkan perjalanan pulang, serta menyempatkan diri beristirahat makan, ketawa ketiwi bersama Tim Pendaki Cepat dan Ceria di alun-alun Brebes.
Sampai ke rumah tanpa kurang satu ap pun..kami semua senang.Intinya segala sesuatu yang dilakukan saat pendakian harus dengan niat yang baik, banyak berdoa dan banyak permisi...dan jangan buang sampah sembarangan, bawa kembali SAMPAH ke Basecamp yaaaa !!
Sepanjang jalan pendakian Gunung Slamet saya senang, walaupun masih ada sedikit sampah tapi gunung ini termasuk kategori bersih menurut saya, karena tidak seperti gunung-gunung yang pernah saya daki sebelumnya yang masih agak banyak sampah...
Setelah sibuk mandi dan berkemas-kemas kami melanjutkan perjalanan pulang, serta menyempatkan diri beristirahat makan, ketawa ketiwi bersama Tim Pendaki Cepat dan Ceria di alun-alun Brebes.
Pendakian kali ini saya benar-benar enjoy..karena banyak warung di pos-pos pendakian 💪😁.
Mendaki Gunung Slamet menurut saya.. ibarat menyatukan tiga jalur pendakian yang ada di Gunung Ciremai.
Walaupun lebih tinggi dari Gunung Ciremai tapi saya tidak merasa pendakian ini lebih berat ... I don't know why ?? hanya jiwa raga saya yang bisa menjawab.
Mendaki Gunung Slamet menurut saya.. ibarat menyatukan tiga jalur pendakian yang ada di Gunung Ciremai.
Walaupun lebih tinggi dari Gunung Ciremai tapi saya tidak merasa pendakian ini lebih berat ... I don't know why ?? hanya jiwa raga saya yang bisa menjawab.
Artikel lainnya (KLIK) :
Traveler (Mountain Climbing) :
⏩ Gunung Ciremai via Apuy (Jalur Ciremai paling pendek yang aduhai)
⏩ Gunung Cikuray via Pemancar (Kecil-kecil cabe rawit)
⏩ Gunung Ciremai via Linggarjati (Perjalanan menggapai impian 25 tahun silam)
⏩ Gunung Slamet via Bambangan (Camp di pos paling angker, Samaranthu)
⏩ Gunung Ciremai via Linggarjati (Enjoy Trip, 27 pendaki cepat dan ceria)
⏩ Gunung Merbabu via Selo (View nya Subhanallah)
⏩ Gunung Ciremai via Apuy (Enjoy trip, Info, biaya dan transportasi)
⏩ Gunung Ciremai via Linggasana (Jalur Baru, tidak lewat jalur Linggarjati)
⏩ Gunung Sindoro via Kledung (Keindahan Puncak & Sensasi Ojek Sindoro)
⏩ Gunung Cikuray via Pemancar (Kecil-kecil cabe rawit)
⏩ Gunung Ciremai via Linggarjati (Perjalanan menggapai impian 25 tahun silam)
⏩ Gunung Slamet via Bambangan (Camp di pos paling angker, Samaranthu)
⏩ Gunung Ciremai via Linggarjati (Enjoy Trip, 27 pendaki cepat dan ceria)
⏩ Gunung Merbabu via Selo (View nya Subhanallah)
⏩ Gunung Ciremai via Apuy (Enjoy trip, Info, biaya dan transportasi)
⏩ Gunung Ciremai via Linggasana (Jalur Baru, tidak lewat jalur Linggarjati)
⏩ Gunung Sindoro via Kledung (Keindahan Puncak & Sensasi Ojek Sindoro)
Tours (Traveling, Camping, Hiking) :
⏩ Camping Perdana Membawa Anak-Anak Di Buper Ipukan
⏩ Enjoy di Jalur Pendakian Bersama Anak-Anak
⏩ Menikmati Keindahan dan Kesegaran Alam Di Buper Ipukan
⏩ Pesona Alam Buper Cidewata Sadarehe, Gunung Ciremai
⏩ Wisata Religi ke Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon⏩ Enjoy di Jalur Pendakian Bersama Anak-Anak
⏩ Menikmati Keindahan dan Kesegaran Alam Di Buper Ipukan
⏩ Pesona Alam Buper Cidewata Sadarehe, Gunung Ciremai
Kuliner :
Info :
⏩ 6 Tips Aman Persiapan Mendaki untuk Pemula dan Bukan Pemula⏩ Fenomena Pendaki Kertas di Puncak Gunung
⏩ Kisah Mistis Saat Pendakian Gunung