7 Misteri Gunung Manglayang yang Angker
April 26, 2017
Edit
Gunung Manglayang. Termasuk dalam jajaran gunung-gunung yang terbentuk setelah terjadinya letusan besar gunung Sunda Purba yang terjadi pada 3 juta tahun silam. Gunung lainnya adalah gunung Tangkuban Perahu, Bukit Tunggul dan gunung Burangrang.
Banyak pemilik blog lain berpendapat bahwa karena ketinggiannya yang hanya di titik 1818 mdpl, gunung ini tidak begitu populer di kalangan para pendaki Indonesia. Namun menurut saya, gunung Manglayang memiliki tempat tersendiri di hati para pendaki yang pernah menyatroni gunung ini, baik karena pemandangannya yang aduhai atau track sadisnya yang setara dengan gunung-gunung di atas 2.000 mdpl (bila memakai jalur Barubereum).
Sejauh ini, gunung Manglayang memiliki 3 jalur pendakian. Yaitu, jalur Barubereum di Jatinangor, Batu Kuda di Cibiru dan Jalur Palintang di Ujung Berung, Bandung.
Namun dalam postingan yang sedang kamu baca saat ini, kita tidak akan membahas tentang keindahan alam atau jalur pendakian di gunung Manglayang. Tapi, kita akan membahas daya tarik lainnya, yakni misteri gunung Manglayang. Langsung di bawah sini;
7 Misteri Gunung Manglayang yang Angker
1. Sejarah Penamaan Gunung Manglayang
Nama 'Manglayang' sendiri diambil dari kata 'Layang' yang berarti terbang. Konon, dahulu ada seekor kuda terbang bernama Semprani yang sedang melakukan perjalanan udara dari Cirebon menuju Banten. Namun, saat melintasi gunung Manglayang, Semprani terjatuh, terperosok dan terjebak di lereng gunung Manglayang. Dia tidak bisa melepaskan diri dari semak belukar yang membelit dirinya.
2. Misteri Batu Kuda di Gunung Manglayang
Lanjutan dari cerita di atas. Kuda Semprani tidak bisa membebaskan diri dari tempatnya terdampar, saking lamanya, dia pun berubah menjadi batu. Saat ini, masyarakat sekitar percaya bahwa batu besar yang menyerupai kuda yang terletak di jalur pendakian Batu Kuda adalah perwujudan dari kuda Semprani.
Baca juga: 7 misteri gunung Ciremai
3. Misteri Batu Kursi
Dalam kisah Semprani, penunggang kuda, yaitu Prabu Layang Kusuma atau Eyang Prabu, merasa putus asa atas kejadian terjebaknya sang kuda di lereng gunung Manglayang. Kemudian dia menunggu sang kuda di atas sebuah kursi yang sekarang dikenal sebagai 'batu kursi'.
4. Misteri Batu Lawang
Selain batu kuda dan batu kursi. Di gunung Manglayang juga terdapat batu Lawang, dua batu kembar yang berdiri sejajar, menyerupai gerbang. Biasanya di antara kedua batu tersebut, banyak orang yang mengadakan ritual agar keinginan mereka bisa terwujud. Berupa pembacaan mantra atau berdzikir.
Namun tidak sembarang orang yang bisa melakukan ritual tersebut. Sebab, sebelum melakukan ritual, mereka harus mendapatkan izin dari kuncen dan ruh penunggu terlebih dahulu.
5. Misteri Penampakan Nenek-Nenek di Gunung Manglayang
Kemarin dulu ada satu rombongan yang hendak melakukan pendakian di gunung Manglayang. Sebelum sampai di basecamp, ada seorang anggota perempuan yang pingsan dan terpaksa harus dipulangkan kembali ke rumahnya. Keesokan harinya dia tersadar dan siuman. Kemudian dia bercerita seperti ini;
Saat pingsan, seolah-olah aku melakukan pendakian di gunung Manglayang. Singkat cerita, waktu sudah sore, aku dan teman-teman melakukan kegiatan api unggun. aku kepikiran untuk menghubungi mamah, aku pergi dari teman-teman dan mencari sinyal telephone. Setelah dapat sinyal dan siap mengetik nomor mamah, aku malah mendengar suara dari semak-semak memanggil namaku sebanyak tiga kali.
Karena penasaran, aku melihat ke arah semak-semak, tapi aku tidak melihat seorang pun di sana. Malah suara itu berubah menjadi cekikikan, aku merasa takut dan segera berlari menuju teman-teman yang sedang melakukan kegiatan api unggun. Di sana, aku malah melihat bayangan hitam menyerupai nenek-nenek yang sedang membungkuk, sontak saja aku berteriak 'itu ada bayangan hitam'. Tapi ternyata hanya aku yang melihat bayangan itu. Teman-teman malah ngomong 'mana gak ada apa-apa di sana'.
Aku semakin tegang dan seorang teman berinisiatif membawaku ke dalam tenda. Menenangkanku sampai aku tertidur, namun setelah tertidur, aku merasa ada seseorang yang meniup wajahku, langsung terbangun dan seketika dikejutkan oleh wajah seorang nenek keriput yang sedang menyeringai tepat di depan mataku. Aku pun berteriak dan menangis.
Sebagian teman mendatangi tendaku dan kembali menenangkanku. Aku ingin pulang, tapi kepala rombongan tidak mengizinkan karena hari sudah terlalu malam. Terpaksa aku menunggu esok pagi. Waktunya tidur, semua teman sudah tertidur dan hanya aku yang tegang, belum bisa tidur. Tiba-tiba telingaku seperti bersentuhan dengan benda lengket dan basah. Gila, nenek-nenek itu sudah ada di sampingku dan sedang menjilati telingaku sambil cekikikan. Namun, sekarang aku tidak bisa mengeluarkan suara dan langsung pingsan. Tau-tau sudah ada di rumah.
Namun menurut sang ibu dan teman-teman pendakiannya, si perempuan itu tidak pernah mendaki gunung Manglayang. Waktu kejadian pingsan di jalan, dia segera dibawa pulang dan baru siuman keesokan harinya.
6. Kepercayaan Masyarakat Sekitar Tentang Gunung Manglayang
Dahulu, masyarakat sekitar percaya bahwa ada aturan yang mengatakan bahwa pada hari senin dan kamis, siapapun tidak diperbolehkan memasuki kawasan gunung Manglayang dan tidak boleh melakukan pendakian dalam jumlah rombongan ganjil. Sebab, pada dua hari itu, semua leluhur, termasuk roh Semprani datang ke gunung Manglayang untuk berkumpul.
Saat itu, banyak sekali hal buruk yang terjadi di gunung Manglayang, hingga akhirnya sekitar 44 sesepuh Jawa Barat berkumpul di gunung Manglayang untuk meminta para roh tidak terlalu mengganggu orang-orang yang datang ke Manglayang, kejadian ini disebut ritual 'keakuran' antara roh dan manusia.
Setelah ritual dilakukan di area Batu Kuda dan segala upaya dilakukan oleh para sesepuh. Akhirnya ritual keakuran menghasilkan kesepakatan. Yaitu, siapapun dapat mendatangi gunung Manglayang kapan saja dan berapapun jumlah rombongannya. Dengan syarat, orang-orang yang datang tidak merusak keasrian gunung Manglayang. Tidak boleh mencoreti batu, menguliti pepohonan dan membawa atau mencabut apapun tanpa izin.
Baca juga: 12 misteri gunung Salak
7. Tragedi Tahun 1977 di Gunung Manglayang
Menurut penuturan pak Epen, seorang kuncen gunung Manglayang, pada tahun 1977 adalah waktu pertama kali datangnya kuda Semprani ke gunung Manglayang. Sesaat setelah kedatangannya terjadilah longsor yang mengakibatkan, meskipun tidak ada korban jiwa, stidaknya 51 rumah mengalami kerusakan. Menurut pak Epen, kedatangan kuda Semprani bisa diartikan sebagai pemberi peringatan bahwa akan ada bencana di tempat yang didatanginya.
Demikian adalah 7 misteri gunung Manglayang yang angker. Mitos atau misteri akan selalu hidup sampai kapan pun. Percaya atau tidak, itu tidak masalah, hal terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menyikapi sebuah mitos. Apakah akan menjadikannya pelajaran untuk bersikap lebih baik kepada alam atau malah sebaliknya.