-->

Pendakian Gunung Ciremai via Linggarjati (Enjoy trip 27 pendaki dijalur kejam)

Pendakian Gunung Ciremai via Linggarjati Juli 2017
Silaturahmi Lebaran, 27 orang Tim Pendaki Cepat dan Ceria.

Ini adalah untuk kedua kalinya saya melakukan pendakian Gunung Ciremai via Linggarjati ditahun ini.
Yang pertama adalah bulan Maret 2017.


Puncak Gunung Ciremai via Linggarjati
With Hubby and  My Children (Icha, Puput, Naufal, Seva)



Pendaki Cepat & Ceria
(Cepat lelah, cepat istirahat, cepat tidur, cepat makan 😅)

Niatnya pergi dengan suami dan 4 anak saya beserta 2 orang sahabat.
Agar anak-anak tau yang namanya mendaki dan merasakan berada di puncak gunung tertinggi di Jawa Barat, dengan trek terkejam & termistis via Linggarjati.

Namun semakin hari semakin banyak yang ingin berpartisipasi untuk ikut dalam pendakian ini, hingga akhirnya mencapai 27 orang, dari yang benar-benar pemula hingga yang sudah sangat sering mendaki...dan semua sudah saya anggap seperti keluarga layaknya anak sendiri 😇

 27 orang Tim Pendaki Cepat & Ceria yang turut serta dalam pendakian ini adalah : Saya, Suami, dan empat anak kami : Icha, Puput, Naufal, Seva.
Serta para sahabat yang sudah kami anggap seperti anak sendiri : Rahman, Agus, Wiedhi, Tyo, Yusuf, Bayu, Anwar, Egi, Opan, Iqbal, Yayang, Dwy, Ayu, Akhmad, Dicky, Arif, Winda, Arul, Rifai, Nasrullah, Moozany.

Postingan kali ini saya tidak akan terlalu banyak membahas trek dan waktu perjalanan, karena kami anggap pendakian ini sebagai silaturahmi dan wisata gunung keluarga....perjalanan santai, karena misi kami semua bisa sampai ke puncak dan turun dengan selamat.

Jika ingin mengetahui lebih lengkap tentang pendakian via Linggarjati, silakan baca postingan saya pada pendakian bulan Maret, KLIK : Pendakian Gunung Ciremai via Linggarjati (Perjalanan dijalur kejam nan mistis, menggapai impian 25 tahun silam)

Hari Jumat, 30 Juni 2017 pagi kami memulai pendakian dengan riang gembira penuh dengan keberisikan 😄.
Saya dan suami mengurus simaksi di Pos Pendakian, simaksi masih tetap Rp.50.000,-/orang.

Setiap pendaki yang turut serta saya kenakan biaya patungan Rp. 100.000,-/orang.
Rp. 50.000,- untuk simaksi, dan yang Rp. 50.000,- nya untuk dana logistik selama 3 hari.


Pada akhir pertemuan karena ada sisa dana logistik Rp. 281.700, maka saya kembalikan dan bagikan Rp. 10.000,-/orang..lumayan buat nambah uang bensin diperjalanan pulang..hehe.


Pos 1 Cibunar

Untuk menghemat tenaga, beberapa orang sahabat rela bolak balik dari basecamp menuju Pos 1 Cibunar menggunakan motor, mengantar kami satu persatu.

Saya, Suami, dan 4 anak kami
 
 
 

Setelah semua sampai di Pos 1, kami mengisi air dan packing ulang.
Di Pos 1 jugalah para Pendaki Cepat & Ceria yang belum saling mengenal berinteraksi, sok kenal sok akrab sok dekat 😄.

Sedangkan saya gelisah tak karuan sebenarnya, agak badmood....tiba-tiba harus mendaki dengan kondisi datang bulan, agak pusing dan sakit perut serta kurang tidur..dan ini adalah via Linggarjati gaes !!! @&^$%#@*

Namun demi tim saya berusaha untuk bersemangat, semoga tidak terjadi apa-apa....yang penting niat, tidak berpikiran macam-macam dan selalu berdoa 😇.

Dan setelah itu kami bersiap-siap melakukan pendakian....dan berdoa bersama sebelum mendaki.

27 Pendaki Cepat & Ceria berdoa bersama di Pos 1 Cibunar



Pendakian dimulai...kicauan 27 orang tak henti-hentinya meramaikan pendakian.
Pendakian didepan dan ditengah di pantau oleh  Rahman, Agus, Wiedhi, Tyo, Anwar, Iqbal.

Saya dan suami memilih jalan sangat santai di belakang, karena masih ada beberapa sahabat di belakang kami yang masih belum kelar packing.
Sebut saja mereka dengan tim hore (Bayu, Yusuf, Egi, Opan)...karena selalu dengan senang hati di belakang kami saat pendakian...horeeeee 😂.

Paling tidak keleletan langkah saya bisa menunggu mereka ketika beristirahat, karena bagaimanapun saya berkeinginan bisa memantau semuanya, maklum saya dan suami yang paling tua...tentu punya rasa tanggungjawab membawa yang muda2 😇.

Masih selalu sama..dengan trek yang masih menanjak landai menuju pos 2 saya selalu merasa pengap gelisah gundah gulana 😝.


Otw Pos 2




Pos 2, Leuweung Datar

Sampai di Pos 2 kami semua beristirahat agak lama....ngemil, ngopi, ngobrol dan bercanda tiada habisnya 😂.

Di perjalanan sekitar pos ini, Rahman melihat ada yang mengikuti-ikuti saya, berupa siluman menyerupai harimau...uughh kenapa selalu penampakan harimau yang mengikuti saya 🙈.

Jika berada di pos Leuweung datar usahakan istirahat jika letih.
Terutama Maghrib, sebaiknya berhentilah dulu dan istirahat serta Sholat.. setelah itu baru lanjutkan perjalanan.

Beberapa cerita yang saya dengar,  terjadi sesuatu di Pos 2 jika memaksakan berjalan dalam keadaan yang sangat letih..apalagi jika waktu Maghrib.

So...ga ada salahnya istirahat dulu ya....😊


Pos 2 Leuweung datar







Setelah melepas letih, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 3 Condang Amis.
Sebagian besar Pendaki Cepat dan Ceria berjalan di depan, saya berdua suami di belakang...dan tim hore lebih belakang lagi..hadeuuhhhh 😅😅.

Trek mulai menanjak, menjelang siang kami sampai di Pos 3

Pos 3, Condang Amis

Siang hari kami sampai di Pos 3, dan melakukan makan siang bersama, serta Sholat Dzuhur.

Nasi, ayam goreng, telor dadar, sambal yang saya masak dari rumah menjadi menu kami siang itu.
Dan kami istirahat panjaaaannnggg dan lamaaaaaaa..kwkw.


Pos 3 Condang Amis






Setelah perut kenyang terisi kami melanjutkan perjalanan....

Sesudah Pos 3, kami berjalan mencar-mencar jauh....ada yang duluan di depan, ada yang jauh di belakang, ada yang istirahat ada yang tidak.

Pos 4, Pangalap kami lewat begitu saja karena tidak ingin beristirahat.

Menuju Pos 5, Kuburan Kuda saya dan suami beristirahat agak lama hingga akhirnya bertemu dengan tim hore dan istirahat bersama.

Momen ini membuat saya ingin buang air kecil, mumpung ramai ada tim hore...saya merasa aman buang air ke jalan setapak, agak jauh dan menurun dari tempat istirahat.

Seperti biasa setiap buang air saya mengucapkan permisi....sambil buang air saya berceloteh : punten permisi numpang pipis punten permisi bla bla bla..

Entahlah..karena buang air kecil tak kunjung selesai, saya merasa agak takut sendirian berada di hutan pinggir jurang.

Tiba-tiba ditengah celotehan melintas sekelebat putih namun perlahan, sosok lali-laki dari arah jurang menjawab dengan jelas : hmmmm.

Saya langsung teriak sejadi-jadinya memanggil suami tanpa bisa beranjak dari posisi jongkok : Daaaarrrrrrrrrrrrrlllll !!!!

Suami langsung menjawab dan berlari-lari menghampiri saya...saya sedikit tenang ketika suami menampakan batang hidungnya, lalu berkemas membereskan perlengkapan buang air dan jalan tergesa-gesa tanpa bisa bicara apapun.....merinding disco rasanya.
Tim hore planga plongo melihat kehadiran saya tanpa ada yang berani bertanya satupun....&%@#*&.

Setelah itu saya dan suami melanjutkan perjalanan...tim hore masih asik tidur-tiduran.

Kesalahan saya dalam moment ini adalah terlalu jauh memilih lokasi buang air kecil, dan saya takut ! 😂


Tempat istirahat bersama tim hore


Di Pos 5, Kuburan Kuda saya dan suami ngobrol-ngobrol sebentar dengan pendaki lain dan langsung melanjutkan perjalanan menuju Pos 6.

Trek mulai menanjak terjal bikin tambah lemas....tapi saya dan suami terus bersemangat karena saya  janji bertemu di Pos 6 dengan semua rombongan.

Dan ketika perjalanan turun, di pos ini Winda kerasukan...(katanya) kuntilanak...#&#??@&!
Tapi berkat kekompakan tim mengusir Neng Kunti dengan segala cara dan doa akhirnya bisa diatasi.

Sebaiknya usahakan jangan mendirikan tenda atau bermalam di Pos Kuburan Kuda ya..ini pos paling angker...banyak kejadian aneh.

Pos 6, Pamerangan 
Di Pos 6 kami memutuskan bermalam dan mendirikan tenda karena hari sudah sore menjelang malam.
dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya. 

Koki-koki gunung tim saya sibuk memasak untuk makan malam kami 😅.

Dua kali via Linggarjati, dan untuk kedua kalinya saya ngecamp di Pamerangan...dan disini tidak kalah angkernya...jadi harus ngecamp dimana atuh ??...kwkw.

Namun jika harus memilih sebaiknya di Pamerangan saja daripada di Kuburan Kuda..karena di Pamerangan lahan lebih luas dan banyak pendaki yang mendirikan tenda disini.

Namun menuju puncak masih sangat jauh...jika masih kuat berjalan dirikan tenda setelah Pamerangan saja.

Di Pos 6 sesuatu terjadi, saya baru keluar tenda anak-anak perempuan (Yayang, Icha, Puput, Seva) di sebelah kiri.

Tiba-tiba mendengar Yayang teriak merdu memanggil-manggil saya (tanteee..tanteee...) dari tenda yang sebelah kanan.
Padahal sejatinya Yayang ada di tenda sebelah kiri dan lagi tidur-tiduran sebelum saya keluar tenda, tidak mungkin tiba-tiba Yayang ada ditenda sebelah kanan.

Saya sempat terdiam...melongok ke tenda sebelah kanan, yang sudah jelas-jelas tidak ada Yayang.

Lalu saya memanggil Yayang dan bertanya pada Yayang, tadi manggil ?? enggak te..kenapa??
Awww...awww...saya langsung merinding masuk ke tenda dan tidak keluar-keluar lagi.

Lain hal nya dengan Agus dan beberapa teman, di Pamerangan mendengar suara harimau mengaum dengan jelasnya.

Pos 6, Pamerangan








Pagi menjelang siang setelah makan, bersenda gurau dan foto-foto kami melanjutkan perjalanan, bukan untuk summit attack, tapi menuju Pos 12 Sanggabuana 2, untuk bermalam kembali 😂.

Menuju Pos 7 Tanjakan Bingbin, Pos 8 Tanjakan Seruni, Pos 9 Tanjakan Bapa Tere adalah yang paling melelahkan....

Kami terpencar-pencar...saya dan suami kelaparan tidak membawa makanan, karena stok makanan ada di rombongan depan dan paling belakang....ngejar ke depan tak mungkin, nunggu yang belakang kelamaan.

Akhirnya kami terus berjalan hingga dan bertemu anak-anak dan tim....horeeee bisa makan 😂

Dan setelah itu berjalan lagi...berpencar-pencar.

Pos 7, Tanjakan Bingbin

Di pos ini kami tidak beristirahat, langsung melanjutkan perjalanan. 

Pos 8, Tanjakan Seruni

Sampai di Pos Tanjakan Seruni kami istirahat sebentar untuk minum, lalu melanjutkan perjalanan lagi.

Kami lebih banyak menghabiskan waktu istirahat diperjalanan, sehingga di dua pos tadi hanya lewat dan minum.

Pos 8 Tanjakan Seruni




Masak & Makan di perjalanan

 



 


Pos 9, Tanjakan Bapa Tere

Kami berkumpul kembali di Pos 9 Tanjakan Bapa Tere, tanjakan sadis yang dinanti-nantikan.....

Dengan melongo riang gembira menantap trek Bapa Tere, dan dengan semangat membara memulai ngantri melangkah dengan merangkak syahdu, menggapai akar demi akar di trek Bapa Tere yang memiliki kemiringan tanjakan hampir 90 derajat.

Lalu setelahnya...hahhhh hehhh hohhhh....ngos-ngosan....jidat ketemu dengkul, dengkul ketemu dada 😝😂.

Pos 9 Bapa Tere






Saya dan suami memilih jalan melambung di sebelah kiri Bapa Tere, yang tidak perlu menggapai-gapai akar, tapi tetap saja jalur ini menyulitkan.

Saya dan suami sampai duluan diatas trek Bapa Tere, sementara tim masih berjuang dengan nafas setengah tiang bendera di tanjakan Bapa Tere....tak lama kemudian mereka muncul satu persatu..kelelahan..dan kami pun istirahat lama.

Kelak dalam perjalanan turun di Bapa Tere siang menuju sore, saya berjalan sekitar 5-10 meter di belakang Opan, dengan jelas saya lihat dua pendaki berpapasan bahkan bersentuhan pundak dengan Opan, tapi anehnya mereka tidak saling bertegur sapa layaknya sesama pendaki jika berpapasan akan bertegur sapa.

Karena jalan sempit, saya berhenti berjalan dengan niat menepi dan memberi jalan pada dua pendaki yang berpapasan dengan Opan tadi agar bisa lewat...tapi tiba-tiba dua pendaki itu hilang seketika. 
Saya mencari-cari celingukan..memastikan yang saya lihat..tapi tidak ada siapa-siapa disitu...jalan pun tidak ada cabang lain selain yang kami lewati...arggghhhhh 😖

Saya sempat memanggil dan ingin bertanya pada anak saya (Icha) yang berjalan dibelakang saya..apakah melihat dua pendaki tadi ? namun saya urungkan karena kuatir Icha jadi takut.

Karena penasaran, saya terpaksa bertanya pada Opan...apakah tadi berpapasan dengan pendaki lain ?
Namun Opan sama sekali tidak melihat siapapun...argghhhhhh.

Dan setelah itu Opan merasakan tubuhnya dilanda meriang.


Di Pos 10, Batu Lingga...naik sedikit lalu mengarah ke kanan ada sumber mata air...tidak terlalu jernih...lumayan lah buat bersih-bersih buang air kecil..dan kami pun beramai-ramai buang air kecil 😅. 

Maaf tak berfoto-foto, walaupun hari masih sore tapi pohonnya rapat-rapat sehingga agak gelap suasana hari itu.

Sesuatu terjadi lagi disini, ketika hari sudah gelap, saya berjalan di belakang Ayu...jarak saya dan Ayu agak berjauhan, sekitar 5 meter.
Tiba-tiba saya melihat sekelebat lewat di depan mengarah ke Ayu, saya langsung menunduk tak ingin melihat.

Seketika itu juga ayu tampak kaget dan berbalik badan  lalu spontan bertanya pada saya : Tante nepak (mukul) aku ???
Saya jawab : Engga...itu daun yu...(padahal tak ada daun disitu..)

Saya menjawab seperti itu agar Ayu tidak takut....dia merasa ada yang memukul pundaknya.
Saya rasa sekelebat tadilah yang melakukannya...hiyyyyyy.

Di Pos 11, Sanggabuana 1 hari sudah gelap...kami tak beristirahat lama dan melanjutkan perjalanan.


Pos 12, Sanggabuana 2 

Tiba di Sanggabuana 2 semua mendirikan tenda, masak, makan malam dan ngobrol-ngobrol, saya dan suami mengadakan doorprize peralatan mendaki, sebagai rasa terimakasih kami pada tim...semoga bermanfaat .

Di pos ini, Seva anak saya melihat sosok anak kecil berjalan-jalan melewati tenda...sedangkan di pos ini hanya ada rombongan kami saja....hmmm.

Setelah itu masing-masing tidur didalam tenda...beristirahat untuk mempersiapkan summit attack.


Pos 12 Sanggabuana 2

 

 
 





Menjelang subuh, dengan susah payah membangunkan semua warga 😂 akhirnya kami bisa summit atttack beramai-ramai bersama.

Jalan masih gelap, kami semua melangkah perlahan karena jalan menanjak terjal didominasi batu diselingi gerimis kecil yang berasal dari kabut, sehingga membuat kami ngantri berjalan.

Pos 13, Pangasinan

Di Pos 13 Pangasinan kami istirahat menikmati sunrise pagi dan berfoto-foto, lalu melanjutkan perjalanan menuju puncak bersama-sama....huhuuyyyy walaupun jauh tapi puncak sudah didepan mata 😍


Pos 13 Pangasinan
4 anak saya yang imut manja (Naufal, Icha, Seva, Puput)


Otw Puncak






Ketika akan mencapai puncak, saya memperlambat langkah menyemangati anak-anak, suami pun memberi semangat pada anak-anak dan membimbing mereka hingga akhirnya sampai ke puncak.
Saya yang beberapa langkah lagi mencapai puncak memilih duduk sebentar ditemani Egi...terdiam menahan haru, menahan sakit perut, menahan pusing dan keletihan karena datang bulan...nano-nano banget rasanya 😅.

Lalu tak lama kemudian mendengar suami saya memanggil agar saya menyusul ke puncak..dan saya bergegas menuju suami saya ke puncak.

Alhamdulillah...setelah perjuangan panjang akhirnya kami semua bisa sampai ke atap tertinggi di Jawa Barat, Puncak Ciremai 3078 Mdpl hari Minggu 2 Juli 2017......Saya mengucapkan syukur yang tak terhingga dengan rasa haru semua bisa sampai ke puncak, karena tak mudah rasanya dengan jumlah 27 orang bisa berhasil mencapai puncak semua.

Dengan berbagai macam tabiat manusia, dengan keletihan, dan dengan kejadian beberapa orang serta anak saya sempat sangat keletihan, sakit, menggigil dan sebagainya...namun karena kekompakan dan saling support akhirnya semua bisa dilaluli 😇😊.

Saya melihat anak-anak dan tim sibuk berfoto-foto dan menulis salam-salam di kertas, sebagian ada yang menikmati puncak dan beristirahat.
 
Kalian hebat nak...untuk pertamakalinya mendaki dan langsung melewati trek terkejam dan mistis....dan berhasil !!

Bukan hanya anak-anak saya saja yang pemula...beberapa dari tim sayapun ada yang baru merasakan yang namanya mendaki dan tau bagaimana rasanya di puncak ....good job bro !!

Papa Mama bersama anaknya 😍

4 anak mama yang hebat !

Bersama anak-anak angkat 😂












Untuk pertama kalinya saya dan suami membawa 4 anak kami mendaki dan langsung via Linggarjati, trek terkejam yang ada di Gunung Ciremai.

Untuk kedua kalinya saya dan suami melewati jalur Linggarjati...penuh perjuangan dan tetap ada kisah mistis...namun bagi saya selalu punya kesan istimewa tersendiri melewati jalur ini..entah kenapa ? tanyakan saja pada Linggarjati...jangan tanya saya 😂😂.

Terimakasih untuk semuanya yang sudah berpartisipasi dalam pendakian, tanpa kalian semua saya dan suami tidak akan bisa membawa anak-anak kami menuju puncak Gunung Ciremai via Linggarjati 😇😘
Semua yang terjadi, baik dan buruknya jadikan pelajaran dan pengalaman hidup yang berharga, karena dalam setiap pendakian akan memiliki kisah yang berbeda 😊










photo by desi nono agus tyo anwar bayu egi wiendha


Artikel lainnya (KLIK) :

Traveler (Mountain Climbing) :


Tours (Traveling, Camping, Hiking) :
⏩ Wisata Religi ke Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon

Kuliner :
⏩ Kuliner Bandung : Kedai MeHek, maknyus harga bersahabat !!


Info :
⏩ 6 Tips Aman Persiapan Mendaki untuk Pemula dan Bukan Pemula
⏩ Fenomena Pendaki Kertas di Puncak Gunung 
⏩ Kisah Mistis Saat Pendakian Gunung




http://adventuresenja.blogspot.co.id/p/contact.html

http://adventuresenja.blogspot.co.id/p/about.html






Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel