-->

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung (Keindahan Puncak & Sensasi Ojek Sindoro)

Mt. Sindoro, November 2017


Gunung Sindoro adalah gunung volcano aktif dengan ketinggian 3153 Mdpl yang berada di Jawa Tengah, dengan Temanggung sebagai kota terdekat, dan dikenal sebagai gunung kembar dengan gunung Sumbing, karena letaknya yang berdekatan.

Untuk mencapai puncak Gunung Sindoro terdapat beberapa jalur pendakian, yaitu :
- Via Kledung, Temanggung
- Via Tambi atau Sigedang, Wonosobo
- Via Sibajak, Temanggung

Saya memilih Jalur pendakian gunung Sindoro via Kledung karena jalur ini merupakan paling favorit bagi para pendaki, menuju basecamp aksesnya tidak sulit ditemukan karena berada di jalan besar, dengan treknya yang menantang, dan pemandangannya yang luar biasa indah.



Puncak Gunung Sindoro



YouTube : Desi Oe
Pendakian Gunung Sindoro via Kledung





Sejak lama ada sedikit wacana mendaki ke gunung ini, namun karena membaca di internet gunung Sindoro tidak aman dengan banyaknya pendaki yang kehilangan barang dalam tenda di Pos 3 ketika di tinggal summit, saya jadi tidak berminat mendaki gunung Sindoro.

Namun setelah melihat di medsos gunung Sindoro telah aman, karena ada Pak Kuat yang sukarela menjaga Pos 3, saya setuju ketika Suami dan Agus mengajak ke gunung Sindoro

Akses menuju Basecamp Kledung bisa menggunakan bus jurusan Wonosobo, atau bus yang mengarah ke Wonosobo, turun di Terminal Mendolo dan dan dilanjutkan menggunakan elf menuju basecamp.
Jika menggunakan kereta api, turun di Purwokerto dan lanjut dengan bus menuju Terminal Mendolo Wonosobo, dilanjut menggunakan elf menuju basecamp, atau opsi lain bisa menggunakan jasa antar jemput pendaki menuju basecamp.

Jika dari Jakarta menggunakan bus Sinar Jaya jurusan Wonosobo, tarif sekitar Rp. 85.000 sd 100.000,-/orang.
Jika dari Bandung menggunakan bus Budiman jurusan Wonosobo, tarif Rp. 85.000,-/orang.
Dan berhenti di terminal Mendolo, Wonosobo, dari terminal menggunakan elf menuju basecamp dengan tarif Rp. 15.000,-/orang, sekitar 45 menit sampai 1 jam perjalanan.
Saya dan rombongan pergi dari Cirebon menggunakan motor, sedangkan teman yang dari luar kota Cirebon janjian ketemu di basecamp Kledung.
Dalam rombongan ada berbagai macam partai yang bersatu padu, yaitu dari Cirebon, Bandung, Jakarta, dan Bekasi.

Sebut saja kami tim etek-etek, yaitu saya, suami, Agus, Anwar, Tyo, Opik, Wahyu, Dani, Indra, Rosidin, Amsor, Toing.
*Baiklah...hanya saya satu-satunya perempuan didalam tim, paling cantik tentunya...arghhhhh.


Rombongan Cirebon berangkat jam 17.00 dan sampai basecamp Kledung jam 02.00, selama perjalanan mengandalkan google maps yang baik hati, bijaksana dan tidak sombong.

Perjalanan santai tentunya, banyak istirahatnya karena (maaf) bokong terasa panas duduk dimotor terus.
Ketika waktu sholat maghrib kami berhenti di masjid dan berlama-lama istirahat, dan ketika sampai Slawi kami pun makan malam dan bersantai-santai dipinggir jalan, dan entahlah istirahat-istirahat lainnya.

Riang gembira rasanya sampai di basecamp yang merupakan sebuah gedung lumayan luas.
Di basecamp dapat melakukan persiapan, istirahat, tidur, makan, dengan fasilitas charger HP gratis, dan terdapat tempat penjualan souvenir yang buka 24 jam.
Namun saya paling tidak suka dengan kamar mandinya, entah bagaimana menggambarkannya, hanya tiga kata : ga banget deh ! 


Basecamp Kledung - Sindoro



Kedatangan kami langsung di sambut oleh seorang petugas yang membuka pintu dan mempersilakan motor berikut mahluk-mahluknya masuk ke dalam basecamp, sudah banyak pendaki didalam basecamp.

Kami pun mengambil posisi mager (males gerak), dan saya langsung mengeluarkan sleepingbag lalu....ngorok indah mempesona.



Parkir motor dan tempat istirahat pendaki





Jam 07.00 saya terbangun, bersiap-siap lalu sarapan.

Terdapat beberapa warung di sekitar basecamp, saya memesan nasi bungkus untuk makan siang rombongan pada saat pendakian.

Beberapa warung saya datangi karena warung pertama tempat saya memesan kehabisan nasi, sehingga harus ke warung lainnya.
Dari sini lah saya mengetahui warung mana yang harganya lebih murah, dan memutuskan memesan nasi bungkus untuk berbelanja keperluan yang masih kurang.

Saya makan di warung Rp. 12.000,- dengan menu nasi, oreg tempe, tumis buncis, telur dadar, kerupuk dua buah dan teh manis hangat, ngambil sendiri sesukanya..murah banget menurut ukuran saya yang hidup di Jawa Barat.


Salah satu toko dan warung disekitar basecamp



Setelah beres semua, saya dan suami mengurus registrasi pendaftaran.
Registrasi (Simaksi) pendakian Gunung Sindoro Rp 15.000/orang, parkir motor Rp 5.000/orang.

Proses registrasi tidak begitu ribet, hanya diminta mencantumkan nama-nama rombongan, menyerahkan KTP asli salah satu rombongan dan setelah itu diberi tiket dan selembar kertas peta pendakian serta diberi pengarahan secara standar : bawa kembali sampah, batas waktu berada puncak antara jam 07.00 sd 12.00, batas terakhir mendirikan tenda di Sunrise Camp, dan nomer telpon basecamp jika terjadi sesuatu hal.


Simaksi

 


Dari basecamp menuju Pos 1 akan disajikan dengan pemandangan yang sangat indah, yaitu dengan adanya perkebunan warga dan melewati bebatuan yang tertata rapi.

Namun jika ingin memacu adrenalin dan menghemat tenaga serta waktu bisa menggunakan ojek, hanya memakan waktu 15-30 menit ke Pos 1 dengan tarif Rp. 15.000,-/orang, atau menuju Pos 1 setengah dengan tarif Rp. 25.000,-/orang.

Jika berjalan kaki memakan waktu 1,5- 2 jam ke Pos 1, dan 2-2,5 jam ke Pos 1 setengah...silakan memilih sesuai selera.

Ok fine !!...untuk merasakan sensasi dan ketegangan yang luar biasa memacu adrenalin, kami memutuskan menggunakan ojek (modus doank, padahal biar tidak lemas sampai di Pos 1 setengah 😂).

Awalnya aman melewati perkampungan, dan setelah itu....ooohhhhh nooooo... jalanan tanah licin dan berbatu, menanjak, sempit, berkelok, dilibas dengan gerung-gerung motor bebek dengan kecepatan tinggi...gaspollll !

Dalam perjalanan, pak ojek banyak mengajak ngobrol dengan ramah, mungkin agar saya bisa enjoy dan tidak tegang.
Ya..ya..ya..terimakasih atas keramahannya pak ojek, dan sayapun tetap saja tegang !!

Bibir boleh saja berkicau ngobrol dengan pak ojek, tapi otak saya beda ceritanya, secara tanpa menggunakan helm dengan kondisi perjalanan seperti itu, bagaimana jika motor oleng dan saya jatuh ??? belum mulai pendakian sudah harus di evakuasi ?? OMG, tidakkkkksssss..nista banget rasanya. #abaikan.

Berkali-kali pak ojek meminta saya untuk memajukan posisi duduk, karena jika posisi tidak maju maka motor tidak dapat melaju nanjak.

Memajukan posisi duduk ?? please deh pak (bukan muhrim) !!
Alhasil karena kekerasan kepala saya yang tidak mau nempel dengan pak ojek, berkali-kali motor tak dapat menanjak dengan sempurna melewati bebatuan dan jalan bergelombang !!
(dalam hal ini ketika pak ojek meminta saya maju, saya pun seolah-olah memajukan posisi duduk, padahal cuma angkat badan trus duduk lagi dengan posisi yang masih sama..kwkw).

Saya didera penderitaan yang mendalam, karena motor jadi ngepot-ngepot bikin jantung mau copot, berasa lama sampainya..whuaaaaaaaa, pengen nangis guling-guling.

Dan kelak (curhat sejenak), ketika prosesi turun menggunakan ojek dari Pos 1 setengah menuju basecamp..adalah hal yang sangat mengerikan dua kali lipat dibanding ketika naik, tanah lebih licin lagi karena sudah diguyur hujan.
Rombongan saya sudah duluan menuju basecamp mengggunakan ojek, sedangkan Saya, Suami dan Tyo belakangan menyusul.

Lady first...saya naik ojek dengan manisnya mendahului Suami dan Tyo.
Namun karena ojek yang saya tumpangi jalan melambat akibat saya mulai pasang body tegang, ojek suami menyusul tanpa permisi..ga sopan ! 😕

Selanjutnya, dengan kecepatan lebih tinggi (karena jalan menurun), dan karena saya keukeuh (ngotot) dengan posisi menahan badan agar tidak nempel dengan pak ojek (da aku mah orangnya setia sama suami), motorpun ngepot geboy asoy, hampir nyusruk keluar jalur...awwwwwwww !! sungguh mengerikan !!
Sudah bisa dipastikan, kejadian itu membuat saya teriak histeris bagai naik halilintar di Dunia Fantasi.

Karena kejadian tersebut dengan indahnya ojek yang membawa Tyo menyusul ojek saya...ihhhh pada ga sopan !! lady first sudah tak berlaku pada saat itu.

Pak ojek yang sudah biasa wara-wiri di trek nan aduhai mengerikan ini, terlihat santai saja mengajak saya ngobrol lagi dengan ramahnya, tanpa terlihat takut sedikitpun sangat lihai dengan kecepatan tinggi melewati jalan licin bergelombang dan berkelok-kelok.. sangat pelit rem !!...wussssss...wusssss...wusssss !! (kepala serasa coplok dari badan saya).

Sesampai di basecamp saya melihat suami masih menunggu diluar basecamp, sepertinya lega melihat kehadiran pujaan hatinya, sudah tentu lega....ugghhhh pasti Tyo cerita kejadian nyusruk tadi pada suami. skip.

Singkat kata, setelah memacu adrenalin dengan pak ojek, sampailah di Pos 1 Setengah.


Pos 1 Setengah

Sebut saja pos 1 setengah, karena memang seperti itu namanya.
Dan saya tidak akan bercerita tentang Pos 1 nya, karena ojek dengan ngebutnya melewati pos tersebut, sehingga saya tidak pernah tau dimana Pos 1 ...kwkw.

Di pos ini kami langsung ngoceh-ngoceh menceritakan pengalaman masing-masing menggunakan ojek dengan berbagai macam versi cerita yang intinya bikin jantung salto !




 Pos 1 setengah


Berdoa mulai !




Baiklah..lupakan masalah ojek, mari mulai pendakian.
Saya dan rombongan memulai pendakian sekitar jam 09.00-10.00.

Trek langsung menanjak tapi tidak terlalu terjal, beberapakali ada turunan, didominasi tanah dan batu dengan jalan berkelok-kelok, masih ada bonus dan sesekali bikin kesal karena banyak pohon tumbang menghalangi jalan yang membuat saya harus menunduk membawa si kulkas dua pintu, kadang jalan jongkok melewati pohon..eaaa...eaaa...eaaaa....kezelllll.

Hutan masih terlihat rapat di jalur ini.

 
Trek menuju Pos 2





Pohon-pohon tumbang, jalan jongkok bro !



Sangat okeh sekali sepanjang perjalanan saya menikmati keletihan namun selalu bersemangat, enjoy dan sangat suka dengan treknya, mungkin ini pengaruh sudah pemanasan di Gunung Ciremai via Linggasana beberapa minggu lalu yang bikin gempor sejadi-jadinya, sehingga ketika melakukan pendakian ini rasanya enjoy dan lebih strong 💪💪.



Pos 2

Satu jam setengah dari Pos 1 sampai ke Pos 2.
Pos 2 adalah lahan yang tidak terlalu luas, namun lumayan nyaman karena ada selter untuk berteduh.

Selter ini sangat berguna bagi para wakil partai nusa dan bangsa setanah air, karena langit menyapa kami dengan hujan di Pos 2, dengan sukarela si selter melindungi kami dari hujan..makasih selter Pos 2 !!

So...berlama-lama lah kami berada di Pos 2 menunggu hujan reda, dan merenungi nasib.
Mengeluarkan kompor dan nesting dari dalam carrier, ngopi-ngopi serta makan siang.
Saya hanya ikut ngopi-ngopi dan ngemil-ngemil karena belum merasa lapar untuk makan siang.

Pos 2




   


Setelah hujan reda kami melanjutkan perjalanan.

Trek menanjak didominasi tanah licin dan banyak bebatuan, masih ada beberapa pohon tumbang menghalangi jalan memaksa saya harus jalan jongkok lagi melewatinya, kadang saking malas jongkok saya hanya menunduk saja, sudah bisa di terka carrier tabrakan dengan si pohon, cover bag jadi korban lecet-lecet.


Menuju Pos 3


Jongkok lagi bro !!




Sekitar setengah perjalanan terdapat tempat bernama Batu Longko, tempat yang menggoda iman saya untuk beristirahat, walaupun sebenarnya saya tidak terlalu letih saat itu.

Namun apa lah daya, melihat pohon tumbang yang bisa dijadikan tempat duduk rasanya tubuh ini tiba-tiba mengandung magnet yang tak kuasa untuk menjauh..aahhhhh..nyessssss, berasa di sofa.

 

Batu Longko





Setelah puas beristirahat, saya melanjutkan perjalanan.

Hutan sudah mulai terbuka lebar, selebar hatiku yang dilanda rindu pada Pos 3, pemandangan di sekitar gunung sudah mulai terlihat.

Trek dipenuhi bebatuan besar dan menanjak tajam, entahlah kenapa saya masih bersemangat dengan trek yang aduhai itu.

Namun semangat sejenak terhenti, hujan kembali turun...ingin rasanya melanjutkan perjalanan, tapi keadaan memaksa saya menghentikan langkah karena flysheet didirikan oleh Suami dan Wahyu.

Saya kedinginan karena harus berdiam diri dengan posisi jongkok, rasa di kaki tak karu-karuan, kesemutan dan pegal sekali.

Setelah hujan reda, suami mengerti apa yang saya rasakan tanpa saya harus mengungkapkannya.
Beliau menawarkan saya untuk berjalan lebih dulu tapi jangan jauh-jauh meninggalkannya, sementara dia dan Wahyu membongkar flysheet.

Horayyyyy...penderitaan berakhir sudah, saya melangkahkan kaki sendirian dengan hati riang gembira, berharap cepat sampai di Pos 3.

Karena ingat pesan suami agar tidak terlalu jauh meninggalkan, sesekali saya beristirahat seorang diri sambil selfie-selfie.
Agak ngeri juga duduk sendirian, sesekali saya melangkah kecil perlahan agar jarak dengan suami tak terlampau jauh.

Tidak lama kemudian sampai lah di Pos 3, yipiiiiiiii !!

Menuju Pos 3






Pos 3

Pos 3 merupakan tempat yang luas untuk mendirikan tenda, tempat ini adalah tempat yang paling disarankan untuk mendirikan tenda karena luas dan masih ada pepohonan.

Dan disinilah Pak Kuat selalu menjaga tenda para pendaki dengan setia.
Sejenak kami berkenalan dengan Pak Kuat, beliau orang yang ramah, selalu memberi kami senyum ketika berbicara.

Saya dan rombongan memutuskan tidak mendirikan tenda di Pos 3, karena hari masih siang jadi kami melanjutkan perjalalan menuju Sunrise Camp, tempat terakhir yang disarankannya untuk mendirikan tenda, tempat lebih terbuka dibanding Pos 3.

Dan kami berpamitan pada Pak Kuat...bye..bye pak...see you tomorrowwww..rowww..rowwww.

Pada fase menuju Sunrise Camp, perut saya dilanda kelaparan yang tak terhingga, tapi perbekalan makan siang sudah dibawa oleh teman yang duluan menuju Sunrise Camp, akhirnya terpaksa nyemil cemilan favorite saya, sesuatu yang paaanjaaaannnngggg, dan laaamaaaaaa...itu lah coki-coki !! nikmat coklatnya akan tersa terussss, dan terussssss (bukan iklan).


Pos 3


Pak Kuat & Suami


Menuju Sunrise Camp jalan menanjak di dominasi batu dan tanah licin.
Kami banyak berhenti menikmati kegagahan Gunung Sumbing yang terlihat jelas.
25 menit perjalanan menuju Sunrise Camp dari Pos 3, sudah termasuk istirahat dan foto-foto.

*Lalu berhayal, apakah kelak saya akan bisa ke Gunung Sumbing ?
Ohhh Sumbing, kenapa penampakanmu begitu mengerikan dari sini ?? 


Sumbing oh Sumbing..bisakah bentukmu lebih bersahabat ?




Menuju Sunrise Camp




Sunrise Camp

Jam 15.00 kami sampai, ahhhhh senang nya.
Sungguh indah tempat ini, tapi tak berlangsung lama saya nikmati karena hujan turun lagi, tenda saya dan suami belum didirikan, saya dilanda kedinginan yang mendalam berada dinaungan flysheet.

Saya langsung meminta jatah makan siang, dan happppppp !!! dengan cepat saya habiskan makanan bak orang yang sudah tidak makan 3 hari (lebay).

Dan setelahnya, mari nikmati menggigil dengan khidmat dan tabah...da aku mah apa atuh orangnya selalu tabah.

Hingga hujan akhirnya reda, tenda didirikan dan saya masuk tenda, membalur badan dengan minyak kayu putih, sejenak beristirahat.
Lalu..kembali ke hakikatnya menjadi seorang perempuan..disibukkan dengan acara masak memasak, menu sop (wortel, kentang, kol, sosis) dan tempe goreng untuk makan malam kami semua.

Setelah semua tersaji dan makan, ngobrol-ngobrol sebentar lalu saya masuk tenda dengan suami, menyalakan kompor didalam tenda agar hangat, setelah itu....acara ngorok indah bersama dalam sleeping bag masing-masing..so romantic 😍😝 (dimana letak romanticnya tidur di sleepingbag masing-masing ? #ahsudahlah lupakan saja).


Sunrise Camp






Saya bangun jam 03.00, bersiap-siap untuk summit.
Setelah sarapan kami semua memulai pendakian, hari masih gelap, tepatnya jam 04.00 kami berangkat dari Sunrise Camp menuju puncak.

Jalan langsung menanjak berbatu tiada henti, perjalanan begitu melelahkan.

Sungguh benar adanya, ternyata hasil mbah google yang saya baca menuju puncak sangat teramat mem-PHP kan para pendaki, karena berkali-kali terlihat ujung gunung bagian atas seperti puncak, namun bukan puncak.

Boro-boro mau sampai puncak, Pos 4 pun tak sampai-sampai...hiks..hiks..baim tuh ga bisa diginiin !! 😥

Menuju Pos 4





Pelipur lara satu-satunya adalah melihat betapa indahnya pemandangan ketika saya membalikkan badan...hanya satu kata : Takjub !!

Jika boleh menambah jadi dua kata : Takjub banget !!

Tiga kata boleh donk ya ? Takjub banget layawwww !!

Gunung Sumbing tampak gagah berdiri, dibelakangnya berderet gunung tinggi lainnya, entah gunung apa saja, yang saya tau hanya gunung Merbabu dan Merapi.

Sunrise begitu cerah ramah menyapa, sama halnya dengan para pendaki yang tak saling mengenal selalu ramah saling menyapa dan memberi semangat satu sama lain ketika bertemu.

View..Otw Pos 4




Pos 4

Akhirnya....seperti penantian panjang bisa sampai ke Pos 4, dua jam dua puluh menit waktu tempuh dari Sunrise camp, sudah termasuk istirahat dan foto-foto tentunya.

Pos ini ditandai dengan adanya batu besar dan plang, pemandangan semakin indah dari Pos 4.

Saya menyiapkan tenaga, karena setelah ini akan dimulainya pendakian dengan "6 tanjakan penyesalan" (begitulah kira-kira namanya), tanjakan yang menyesakkan iman di dada, yang meluluhlantakkan perasaanku yang lemah lunglai ini.




Pos 4





Ada apa dengan tanjakan penyesalan ?? disinilah PHP sang puncak.

Tanjakan demi tanjakan berbatu membuat lemas, beberapakali terlihat ujungnya seperti puncak, ternyata bukan.

Tololnya lagi, padahal saya tau itu bukan puncak tapi selalu berharap itu adalah puncak, boleh donk menghibur diri sendiri...hiks..hiks..baim kesal diginiin terus.

Yang saya lihat di peta, terdapat hutan lamtoro sebelum puncak nyatanya tidak ada, saya baru menyadari pepohonan kering sepanjang jalur adalah pohon lamtoro yang sudah tak ada daunnya lagi.

Dan ketika saya menulis ini, baru saya sadari, kok saya tidak melihat padang Edelweis ketika menuju puncak ?? ternyata Edelweis pun kering kerontang.


Menuju Puncak





Saya baru benar-benar bahagia ketika melihat hamparan tanah menanjak pilu dihiasi batu-batu kerikil dan batu-batu besar berwarna putih (seperti yang saya liat di Mbah Google).....horeeeeeeeeeeee yang diujung itu adalah benar-benar puncaknya...prokkkk...prokkk...prokkkk...cemungud eaaaaaa !!

Heyyyy Puncak PHP !! Lu...Gue...End !!!

Horeeee...itu puncaknya !! (Jauh bangeuddd ya !!)



Puncak Gunung Sindoro 3153 Mdpl

Alhamdulillah...jam 08.15 saya sampai di puncak setelah berjalan kurang dari dua jam dari Pos 4.

Subhanallah...luar biasa, saya takjub melihat asap dari kawah selalu mengepul keatas...bunyi dari arah kawah menderu-deru tiada henti, namun saya tidak mencium bau belerang yang menyengat.

Benar-benar nikmat berada diatas puncak, cuaca cerah sangat bersahabat, udara tidak terlalu dingin dan tidak ada sengatan panas matahari, pas dan cucokkkk cuacanya !!
(beginilah bayaran untuk orang tabah, selalu indah pada waktunya...ahiwww).

Saya beserta rombongan sibuk foto-foto, setelah itu kami menikmati puncak dengan ngopi-ngopi, seperti biasa ala ala pendaki satu gelas untuk beramai-ramai.

Amazing Sindoro, puncaknya ciamikkkkk banget.
Aku suka, aku suka, dan aku suka...love it !


Puncak Gunung Sindoro
 





Artikel lainnya (KLIK) :

Traveler (Mountain Climbing) :


Tours (Traveling, Camping, Hiking) :
⏩ Wisata Religi ke Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon

Kuliner :
⏩ Kuliner Bandung : Kedai MeHek, maknyus harga bersahabat !!


Info :
⏩ 6 Tips Aman Persiapan Mendaki untuk Pemula dan Bukan Pemula
⏩ Fenomena Pendaki Kertas di Puncak Gunung 
⏩ Kisah Mistis Saat Pendakian Gunung
⏩ In Memoriam, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa (Bpk. Arief Agustianto)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel