Sejarah Gunung Batur dalam Kisah Legenda Pulau Bali
January 12, 2018
Edit
Gunung Batur merupakan sebuah gunung yang terletak di kawasan Kintanmani, Kabupaten Bangli, pulau Bali. Ia memiliki puncak dengan ketinggian 1.717 mdpl, menempati urutan ke-2 dalam barisan gunung tertinggi di pulau Bali, setelah gunung Agung yang menempati urutan pertama.
Gunung Batur juga merupakan gunung berapi aktif, hal ini ditandai dengan keberadaan kaldera besar di atas puncaknya. Letusan terakhirnya terjadi pada tahun 2000, sedangkan letusannya yang paling dahsyat terjadi pada bulan Agustus-September 1926. Letusan ini mampu menghancurkan Desa Batur, beserta Pura Ulun.
Sebagaimana gunung-gunung di Indonesia lainnya, gunung Batur pun memiliki sejarah dalam kisah legenda yang tersebar di masyarakat sekitarnya.
Ada beberapa versi tentang kisah gunung Batur di pulau Bali, namun dalam tulisan kali ini, saya hanya akan menceritakan 2 kisah yang paling populer, yaitu tentang gunung Batur yang berhubungan dengan para Dewa dan kisah tentang Kebo Iwa. Berikut di bawah ini.
Kisah 1: Kosmology Gunung Batur: Sebagai Paku Pulau Bali
Pada suatu masa, saat pulau Bali masih sunyi tak berpenduduk, mengapung di tengah samudera yang luas. Kala itu, pulau Bali hanya memiliki 4 gunung saja. Di antaranya adalah.
Sejatinya 4 gunung tersebut belum mampu memaku pulau Bali, sehingga masih belum stabil dan mengambang di atas samudera luas. Kemudian hal ini diketahui oleh para Dewa yang bernaung di gunung Semeru. Sekedar informasi, sampai saat ini masyarakat Bali percaya bahwa gunung Semeru merupakan Pura utama.
Baca juga: sejarah gunung Semeru dan puncak Mahameru
Setelah melakukan sidang, kemudian para dewa mengutus Dewa Naga Besukih, Dewa Naga Tatsaka , Dewa Ananta Boga dan Dewa Benawang Nala untuk memindahkan puncak gunung Semeru ke pulau Bali.
Dalam pemindahan ini, Dewa Benawang Nala berperan sebagai alas puncak Semeru, Dewa Naga Tatsaka dan Dewa Naga Besukih berperan sebagai pengikat, sementara Dewa Ananta Boga berperan sebagai pengangkut yang menerbangkan puncak gunung Semeru.
Setelah sampai di pulau Bali, kemudian puncak gunung Semeru dibagi menjadi 2, satu bagian menjadi gunung Agung dan bagian lainnya menjadi gunung Batur. Setelah diletakannya 2 gunung ini, kemudian pulau Bali tidak mengambang lagi, terpaku oleh gunung Agung dan gunung Batur.
Pada saat ini, masyarakat Bali percaya bahwa ke-2 gunung tersebut menjadi tempat bernaungnya para Dewa penguasa alam raya (Parahyangan Purusua Peredana).
Lanjutan dari kisah di atas, setelah gunung Batur dan gunung Agung terletak di pulau Bali, kemudian Dewa Pasupati menugaskan beberapa putranya untuk menempati pulau Bali. Di antaranya adalah.
Setelahnya, putra-putra Dewa Pasupati inilah yang menjadi Penyiwian, Sungsungan dan Amongan bagi Ratu Muang Kaula di pulau Bali.
Kisah 2: Kebo Iwa, Raksasa yang Tenggelam Oleh Masyarakat Bali
Pada sebuah masa, masyarakat Bali berada dalam ketakutan atas bayang-bayang Kebo Iwa, raksasa yang senang meminta makanan pada para penduduk. Bila tidak dikasih, maka Kebo Iwa akan mengamuk dan menghancurkan rumah pernduduk. Sangat menakutkan.
Celakanya, musim kemarau panjang melanda perkampungan tersebut, lumbung-lumbung penduduk mulai kosong, mereka kehabisan persimpanan makanan, sementara Kebo Iwa masih terus meminta makanan dan sering mengamuk. Sehingga hewan ternak milik penduduk menjadi sasarannya. Bahkan terkadang ia memakan manusia hidup-hidup.
Melihat masyarakatnya berada dalam ketakutan, akhirnya tetua kampung mengumpulkan masyarakat untuk berdiskusi, mencari jalan keluar dan menghancurkan Kebo Iwa. Dalam diskusi tersebut, mereka menyepakati sebuah rencana untuk menghancurkan Kebo Iwa.
Mereka akan pura-pura berdamai dengan Kebo Iwa, meminta bantuannya untuk menggali sebuah sumur besar dan menjajikan hadiah berupa makanan yang sangat banyak. Setelah mendengar hadiah yang ditawarkan oleh penduduk, akhirnya Kebo Iwa bersedia membuatkan sumur untuk para penduduk.
Karena tidak ada alat, akhirnya Kebo Iwa menggali sumur dengan tangannya sendiri, sumur yang ia buat sangat besar dan dalam. Sementara itu, para penduduk ramai-ramai mengumpulkan kapur yang sangat banyak.
Kemudian, ketika Kebo Iwa menggali sumur yang dalam, para penduduk memasukan kapur dan air ke dalam sumur tersebut, mengakibatkan Kebo Iwa merasakan kepanasan yang amat sangat. Kulitnya melepuh dan masuk dalam aluran pernapasan Kebo Iwa. Akhirnya ia mati di dalam sumur hasil galiannya.
Pada akhirnya, sumur besar hasil galian Kebo Iwa disebut dengan nama Danau Batur dan tanah hasil galiannya disebut dengan nama gunung Batur.
Baca juga;
Demikian adalah informasi tentang sejarah gunung Batur yang diambil dari 2 kisah legenda masyarakat Bali. Semoga bisa bermanfaat untukmu yang sedang mencari informasi tentang gunung Batur.
Gunung Batur juga merupakan gunung berapi aktif, hal ini ditandai dengan keberadaan kaldera besar di atas puncaknya. Letusan terakhirnya terjadi pada tahun 2000, sedangkan letusannya yang paling dahsyat terjadi pada bulan Agustus-September 1926. Letusan ini mampu menghancurkan Desa Batur, beserta Pura Ulun.
Sejarah Gunung Batur dalam Kisah Legenda Pulau Bali
Ada beberapa versi tentang kisah gunung Batur di pulau Bali, namun dalam tulisan kali ini, saya hanya akan menceritakan 2 kisah yang paling populer, yaitu tentang gunung Batur yang berhubungan dengan para Dewa dan kisah tentang Kebo Iwa. Berikut di bawah ini.
Kisah 1: Kosmology Gunung Batur: Sebagai Paku Pulau Bali
Pada suatu masa, saat pulau Bali masih sunyi tak berpenduduk, mengapung di tengah samudera yang luas. Kala itu, pulau Bali hanya memiliki 4 gunung saja. Di antaranya adalah.
- Gunung Karu di sebelah barat
- Gunung Andakasa di sebelah selatan
- Gunung Beratan di sebelah utara
- Gunung Lempuyang di sebelah timur
Sejatinya 4 gunung tersebut belum mampu memaku pulau Bali, sehingga masih belum stabil dan mengambang di atas samudera luas. Kemudian hal ini diketahui oleh para Dewa yang bernaung di gunung Semeru. Sekedar informasi, sampai saat ini masyarakat Bali percaya bahwa gunung Semeru merupakan Pura utama.
Baca juga: sejarah gunung Semeru dan puncak Mahameru
Setelah melakukan sidang, kemudian para dewa mengutus Dewa Naga Besukih, Dewa Naga Tatsaka , Dewa Ananta Boga dan Dewa Benawang Nala untuk memindahkan puncak gunung Semeru ke pulau Bali.
Dalam pemindahan ini, Dewa Benawang Nala berperan sebagai alas puncak Semeru, Dewa Naga Tatsaka dan Dewa Naga Besukih berperan sebagai pengikat, sementara Dewa Ananta Boga berperan sebagai pengangkut yang menerbangkan puncak gunung Semeru.
Setelah sampai di pulau Bali, kemudian puncak gunung Semeru dibagi menjadi 2, satu bagian menjadi gunung Agung dan bagian lainnya menjadi gunung Batur. Setelah diletakannya 2 gunung ini, kemudian pulau Bali tidak mengambang lagi, terpaku oleh gunung Agung dan gunung Batur.
Pada saat ini, masyarakat Bali percaya bahwa ke-2 gunung tersebut menjadi tempat bernaungnya para Dewa penguasa alam raya (Parahyangan Purusua Peredana).
Lanjutan dari kisah di atas, setelah gunung Batur dan gunung Agung terletak di pulau Bali, kemudian Dewa Pasupati menugaskan beberapa putranya untuk menempati pulau Bali. Di antaranya adalah.
- Dwi Linga Giri Purusa Predana
- Tri Lingga Giri
- Sapta Lingga Giri
Setelahnya, putra-putra Dewa Pasupati inilah yang menjadi Penyiwian, Sungsungan dan Amongan bagi Ratu Muang Kaula di pulau Bali.
Kisah 2: Kebo Iwa, Raksasa yang Tenggelam Oleh Masyarakat Bali
Pada sebuah masa, masyarakat Bali berada dalam ketakutan atas bayang-bayang Kebo Iwa, raksasa yang senang meminta makanan pada para penduduk. Bila tidak dikasih, maka Kebo Iwa akan mengamuk dan menghancurkan rumah pernduduk. Sangat menakutkan.
Celakanya, musim kemarau panjang melanda perkampungan tersebut, lumbung-lumbung penduduk mulai kosong, mereka kehabisan persimpanan makanan, sementara Kebo Iwa masih terus meminta makanan dan sering mengamuk. Sehingga hewan ternak milik penduduk menjadi sasarannya. Bahkan terkadang ia memakan manusia hidup-hidup.
Melihat masyarakatnya berada dalam ketakutan, akhirnya tetua kampung mengumpulkan masyarakat untuk berdiskusi, mencari jalan keluar dan menghancurkan Kebo Iwa. Dalam diskusi tersebut, mereka menyepakati sebuah rencana untuk menghancurkan Kebo Iwa.
Mereka akan pura-pura berdamai dengan Kebo Iwa, meminta bantuannya untuk menggali sebuah sumur besar dan menjajikan hadiah berupa makanan yang sangat banyak. Setelah mendengar hadiah yang ditawarkan oleh penduduk, akhirnya Kebo Iwa bersedia membuatkan sumur untuk para penduduk.
Karena tidak ada alat, akhirnya Kebo Iwa menggali sumur dengan tangannya sendiri, sumur yang ia buat sangat besar dan dalam. Sementara itu, para penduduk ramai-ramai mengumpulkan kapur yang sangat banyak.
Kemudian, ketika Kebo Iwa menggali sumur yang dalam, para penduduk memasukan kapur dan air ke dalam sumur tersebut, mengakibatkan Kebo Iwa merasakan kepanasan yang amat sangat. Kulitnya melepuh dan masuk dalam aluran pernapasan Kebo Iwa. Akhirnya ia mati di dalam sumur hasil galiannya.
Pada akhirnya, sumur besar hasil galian Kebo Iwa disebut dengan nama Danau Batur dan tanah hasil galiannya disebut dengan nama gunung Batur.
Baca juga;
- Jalur pendakian gunung Semeru via Ranu Pane
- Jalur pendakian gunung Semeru via Ayek-Ayek
- 4 jalur pendakian gunung Lawu (review lengkap)
Demikian adalah informasi tentang sejarah gunung Batur yang diambil dari 2 kisah legenda masyarakat Bali. Semoga bisa bermanfaat untukmu yang sedang mencari informasi tentang gunung Batur.